Pada artikel sebelum nya “Mujassimah & Neo Mujassimah [seri 1]” ,kami telah membahas tentang Mujassimah dalam pandangan ulama Madzhab Hanafi, dan insyallah kali ini kita akan membahas tentang Mujassimah & Neo Mujassimah dalam pandangan ulama Madzhab Maliki, semoga kita semua terlepas dari segala bentuk Tajsim dan Tasybih, dan mantap dalam aqidah Tanzih [men-sucikan Allah dari keserupaan makhluk], madzhab Maliki sama dengan madzhab Hanafi dalam masalah Mujassimah dan Musyabbihah, baik hukum maupun rincian nya, sebagaimana yang telah kami sebutkan :
MUJASSIMAH DALAM MADZHAB MALIKI
Mujassimah menurut pandangan ulama Madzhab Maliki, juga terbagi dalam dua macam, hukum nya tergantung bagaimana Tajsim /Tasybih nya, sebagai berikut :
1. Orang yang berkata bahwa Allah itu benda seperti benda-benda lain, atau ia berkata bahwa Allah itu benda tanpa menyamakan dengan benda lain, maka ia sudah terjatuh dalam Bid’ah yang mengkafirkan nya [Bid’ah Mukfirah], begitu juga hal nya orang yang menyatakan Allah punya tangan seperti tangan lain-Nya, punya mata seperti mata makluk, punya telinga seperti telinga makhluk, atau anggota /sifat makhluk lain nya, maka ini termasuk dalam pernyataan Bid’ah yang membuat orang tersebut menjadi kafir sebagaimana pendapat ini. [Maha suci Allah dari segala sifat makhluk].
2. Orang yang berkata bahwa Allah itu benda tapi bukan seperti benda lain, maka ia telah berada diantara dua pendapat, menurut pendapat yang kuat ia telah terjatuh dalam Bid’ah yang memfasiqkan nya [Bid’ah Mufsiqah], dan menurut satu pendapat lagi, ia termasuk dalam Bid’ah Mukfirah juga. Begitu juga orang yang menyatakan Allah tangan tapi tidak sama dengan tangan lain, punya mata tapi tidak sama dengan mata makhluk, punya telinga tapi tidak sama dengan telinga makhluk, atau anggota badan makhlukl, maka orang tersebut termasuk dalam pendapat ini yaitu antara dua pendapat fasiq atau kafir, lain hal nya bila menyatakan tangan Allah tapi maksud nya bukan anggota badan, tapi maksud nya kekuasaan atau lain sebagainya, maka ini hanya bahasa kiasan dan bukan dalam artian yang sebenarnya. [Maha suci Allah dari segala sifat makhluk].
PANDANGAN ULAMA MADZHAB MALIKI TENTANG MUJASSIMAH
Berkata Ahmad ibnu Ghanim An-Nafrawi Al-Maliki :
وقع نزاع في تكفير المجسم قال ابن عرفة : الأقرب كفره , واختيار العز عدم كفره لعسر فهم العوام برهان نفي الجسمية
“Dan telah terjadi perbedaan pada masalah Mujassimah kafir atau tidak, berkata Ibnu Ruf’ah : pendapat yang kuat, Mujassimah kafir, dan Imam Al-‘Izzu lebih memilih pendapat tidak kafir nya Mujassimah, karena orang awam sulit memahami dalil Allah bukan Jism”.[Kitab Al-Fawakih Al-Dawani syarah Risalah Abi Zaid Al-Qairawani, Jilid 1, Halaman 94]
Berkata Muhammad Al-Kharasyi Al-Maliki :
مثال اللفظ المقتضي للكفر أن يجحد ما علم من الدين بالضرورة كوجوب الصلاة , ولو جزءا منها , وكذا إذا قال : الله جسم متحيز
“Contoh ucapan yang bisa menjadikan kufur adalah bahwa ia mengingkari sesuatu yang diketahui dari Agama dengan mudah, seperti wajib Sholat, sekalipun satu bagian dari Sholat, dan begitu juga apabila ia berkata : Allah benda (Jism) yang menempati ruang”.[Kitab Syarah Mukhtasar Khalil, Jilid 8, Halaman 62]
Berkata Abu Hasan Ali Ibnu Ahmad Al-‘Adawi :
( قوله : وكذا إذا قال : الله جسم متحيز ) أي : آخذ قدرا من الفراغ , والمراد أنه قال : جسم كالأجسام هذا هو الذي يكفر قائله , أو معتقده , وأما من قال : جسم لا كالأجسام فهو مبتدع على الصحيح
“(kata Musannif : dan seperti demikian apabila seorang berkata bahwa Allah adalah benda yang Mutahayyaz) artinya benda yang menempati ruang hampa, dan maksudnya adalah bahwa ia berkata Allah adalah benda seperti benda lain, inilah perkataan yang menjadikan kafir siapa yang berkata demikian, atau beri’tiqad demikian, adapun orang yang berkata bahwa Allah adalah benda tidak sama seperti benda lain, maka ia adalah ahlu bid’ah (Mubtadi’) atas pendapat yang shohih”.[Hasyiyah Adawi ala Syarah Mukhtasar Khalil, Jilid 8, Halaman 62]
Berkata Abu Hasan Ali Ibnu Ahmad Al-‘Adawi :
فالذنب المخل بالإيمان يكفر به ; لأنه حينئذ ليس بمسلم أي كرمي مصحف بقذر وكمن يعتقد أن الله جسم كالأجسام , وأما من يعتقد أنه جسم لا كالأجسام فلا يكفر إلا أنه عاص ; لأن المولى سبحانه وتعالى ليس بجسم
“Maka Dosa yang dapat mencederai Iman ialah dosa yang kufur dengan nya, karena ketika itu ia bukan lagi Muslim, artinya seperti melempar Mushaf (Al-Quran) dengan kotoran, dan seperti orang yang meyakini bahwa Allah adalah benda seperti benda lain, adapun orang yang meyakini bahwa Allah adalah benda tapi bukan seperti benda lain, maka ia tidak kafir, tapi ia berdosa, karena bahwa Allah subhanahu wa ta’ala bukan benda (Jism)”.[Kitab Hasyiyah Adawi ala Kifayah At-Thalib, Jilid 1, Halaman 102]
Berkata Ahmad ibnu Muhammad As-Showi Al-Maliki :
قوله : [ أي يقتضي الكفر ] : أي يدل عليه دلالة التزامية كقوله جسم متحيز أو كالأجسام , وأما لو قال : جسم لا كالأجسام فهو فاسق , وفي كفره قولان رجح عدم كفره
“kata Musannif [artinya ia menunjuki akan kufur], artinya ia menunjuki atas kufur secara melazimi, seperti perkataan nya “Allah adalah benda yang menempati ruang atau benda seperti benda lain”, adapun kalau ia berkata “Allah adalah benda tidak seperti benda lain, maka ia telah fasiq, dan tentang kufur atau tidak nya, ada dua pendapat, pendapat yang kuat ia tidak kufur”.[Kitab Hasyiyah As-Showi ala Asy-Syarhi As-Shoghir, Jilid 4, Halaman 432]
Berkata Muhammad ibnu Ahmad ‘Ulaisyi Al-Maliki :
) باب الردة كفر المسلم بقول صريح أو بلفظ يقتضيه ) أي يستلزم اللفظ الكفر استلزاما بينا كجحد مشروعية شيء مجمع عليه معلوم من الدين ضرورة , فإنه يستلزم تكذيب القرآن أو الرسول , وكاعتقاد جسمية الله وتحيزه , فإنه يستلزم حدوثه واحتياجه لمحدث ونفي صفات الألوهية عنه جل جلاله وعظم شأنه
“(Bab Riddah, kafirlah seorang Muslim dengan perkataan yang shorih atau dengan ucapan yang melazimi kufur), artinya ucapan yang melazimi kufur lagi yang nyata, seperti mengingkari syariat sesuatu yang telah Ijma’ lagi maklum dari Agama secara mudah, maka lazim ia telah mendustai Al-Quran dan Rasul, dan seperti I’tiqad kebendaan Allah dan Allah menempati ruang, maka ia melazimi kepada baharu Allah dan berhajat-Nya kepada pembaharu, dan hilanglah sifat ketuhanan dari-Nya, maha agung Allah lagi maha besar”.[Kitab Manhu Al-Jalil syarah Mukhtasar Khalil, Jilid 9, Halaman 206]
Begitu banyak penjelasan ulama tentang aqidah Tajsim dan Tasybih, agar ummat Islam semua terhindar dari sengaja/tidak sengaja menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya, tapi sayang nya masih banyak ummat yang mengaku bertauhid, justru menghindari atau mengelak dari nash ulama tapi tetap dalam aqidah Tajsim dan Tasybih, bukan nya menghindar dari aqidah Tajsim dan Tasybih, seorang Muslim yang baik dan benar-benar menjaga hati nya dari aqidah Tajsim dan Tasybih, pasti lebih hati-hati dan menjaga perkatan nya agar tidak ada sedikit pun kotoran Tajsim dan Tasybih yang dapat mengotori aqidah nya, sungguh menjauh dari pinggir jurang Tasybih dan Tajsim, pasti hati nya berada dalam aqidah yang selamat, bukan bermain di pinggir jurang Tasybih, lewat celah-celah pendapat ulama, semoga kita semua selamat dari kesesatan yang tidak kita sadari, dengan menjadikan pendapat ulama sebagai pertimbangan dan peringatan, wallahul muwaffiq ila aqwamit thoriq.
MAHA SUCI ALLAH DARI SERUPA MAKHLUK
Bersambung [insyaallah] ke : Mujassimah & Neo Mujassimah [seri 3]
MUJASSIMAH DALAM MADZHAB MALIKI
Mujassimah menurut pandangan ulama Madzhab Maliki, juga terbagi dalam dua macam, hukum nya tergantung bagaimana Tajsim /Tasybih nya, sebagai berikut :
1. Orang yang berkata bahwa Allah itu benda seperti benda-benda lain, atau ia berkata bahwa Allah itu benda tanpa menyamakan dengan benda lain, maka ia sudah terjatuh dalam Bid’ah yang mengkafirkan nya [Bid’ah Mukfirah], begitu juga hal nya orang yang menyatakan Allah punya tangan seperti tangan lain-Nya, punya mata seperti mata makluk, punya telinga seperti telinga makhluk, atau anggota /sifat makhluk lain nya, maka ini termasuk dalam pernyataan Bid’ah yang membuat orang tersebut menjadi kafir sebagaimana pendapat ini. [Maha suci Allah dari segala sifat makhluk].
2. Orang yang berkata bahwa Allah itu benda tapi bukan seperti benda lain, maka ia telah berada diantara dua pendapat, menurut pendapat yang kuat ia telah terjatuh dalam Bid’ah yang memfasiqkan nya [Bid’ah Mufsiqah], dan menurut satu pendapat lagi, ia termasuk dalam Bid’ah Mukfirah juga. Begitu juga orang yang menyatakan Allah tangan tapi tidak sama dengan tangan lain, punya mata tapi tidak sama dengan mata makhluk, punya telinga tapi tidak sama dengan telinga makhluk, atau anggota badan makhlukl, maka orang tersebut termasuk dalam pendapat ini yaitu antara dua pendapat fasiq atau kafir, lain hal nya bila menyatakan tangan Allah tapi maksud nya bukan anggota badan, tapi maksud nya kekuasaan atau lain sebagainya, maka ini hanya bahasa kiasan dan bukan dalam artian yang sebenarnya. [Maha suci Allah dari segala sifat makhluk].
PANDANGAN ULAMA MADZHAB MALIKI TENTANG MUJASSIMAH
Berkata Ahmad ibnu Ghanim An-Nafrawi Al-Maliki :
وقع نزاع في تكفير المجسم قال ابن عرفة : الأقرب كفره , واختيار العز عدم كفره لعسر فهم العوام برهان نفي الجسمية
“Dan telah terjadi perbedaan pada masalah Mujassimah kafir atau tidak, berkata Ibnu Ruf’ah : pendapat yang kuat, Mujassimah kafir, dan Imam Al-‘Izzu lebih memilih pendapat tidak kafir nya Mujassimah, karena orang awam sulit memahami dalil Allah bukan Jism”.[Kitab Al-Fawakih Al-Dawani syarah Risalah Abi Zaid Al-Qairawani, Jilid 1, Halaman 94]
Berkata Muhammad Al-Kharasyi Al-Maliki :
مثال اللفظ المقتضي للكفر أن يجحد ما علم من الدين بالضرورة كوجوب الصلاة , ولو جزءا منها , وكذا إذا قال : الله جسم متحيز
“Contoh ucapan yang bisa menjadikan kufur adalah bahwa ia mengingkari sesuatu yang diketahui dari Agama dengan mudah, seperti wajib Sholat, sekalipun satu bagian dari Sholat, dan begitu juga apabila ia berkata : Allah benda (Jism) yang menempati ruang”.[Kitab Syarah Mukhtasar Khalil, Jilid 8, Halaman 62]
Berkata Abu Hasan Ali Ibnu Ahmad Al-‘Adawi :
( قوله : وكذا إذا قال : الله جسم متحيز ) أي : آخذ قدرا من الفراغ , والمراد أنه قال : جسم كالأجسام هذا هو الذي يكفر قائله , أو معتقده , وأما من قال : جسم لا كالأجسام فهو مبتدع على الصحيح
“(kata Musannif : dan seperti demikian apabila seorang berkata bahwa Allah adalah benda yang Mutahayyaz) artinya benda yang menempati ruang hampa, dan maksudnya adalah bahwa ia berkata Allah adalah benda seperti benda lain, inilah perkataan yang menjadikan kafir siapa yang berkata demikian, atau beri’tiqad demikian, adapun orang yang berkata bahwa Allah adalah benda tidak sama seperti benda lain, maka ia adalah ahlu bid’ah (Mubtadi’) atas pendapat yang shohih”.[Hasyiyah Adawi ala Syarah Mukhtasar Khalil, Jilid 8, Halaman 62]
Berkata Abu Hasan Ali Ibnu Ahmad Al-‘Adawi :
فالذنب المخل بالإيمان يكفر به ; لأنه حينئذ ليس بمسلم أي كرمي مصحف بقذر وكمن يعتقد أن الله جسم كالأجسام , وأما من يعتقد أنه جسم لا كالأجسام فلا يكفر إلا أنه عاص ; لأن المولى سبحانه وتعالى ليس بجسم
“Maka Dosa yang dapat mencederai Iman ialah dosa yang kufur dengan nya, karena ketika itu ia bukan lagi Muslim, artinya seperti melempar Mushaf (Al-Quran) dengan kotoran, dan seperti orang yang meyakini bahwa Allah adalah benda seperti benda lain, adapun orang yang meyakini bahwa Allah adalah benda tapi bukan seperti benda lain, maka ia tidak kafir, tapi ia berdosa, karena bahwa Allah subhanahu wa ta’ala bukan benda (Jism)”.[Kitab Hasyiyah Adawi ala Kifayah At-Thalib, Jilid 1, Halaman 102]
Berkata Ahmad ibnu Muhammad As-Showi Al-Maliki :
قوله : [ أي يقتضي الكفر ] : أي يدل عليه دلالة التزامية كقوله جسم متحيز أو كالأجسام , وأما لو قال : جسم لا كالأجسام فهو فاسق , وفي كفره قولان رجح عدم كفره
“kata Musannif [artinya ia menunjuki akan kufur], artinya ia menunjuki atas kufur secara melazimi, seperti perkataan nya “Allah adalah benda yang menempati ruang atau benda seperti benda lain”, adapun kalau ia berkata “Allah adalah benda tidak seperti benda lain, maka ia telah fasiq, dan tentang kufur atau tidak nya, ada dua pendapat, pendapat yang kuat ia tidak kufur”.[Kitab Hasyiyah As-Showi ala Asy-Syarhi As-Shoghir, Jilid 4, Halaman 432]
Berkata Muhammad ibnu Ahmad ‘Ulaisyi Al-Maliki :
) باب الردة كفر المسلم بقول صريح أو بلفظ يقتضيه ) أي يستلزم اللفظ الكفر استلزاما بينا كجحد مشروعية شيء مجمع عليه معلوم من الدين ضرورة , فإنه يستلزم تكذيب القرآن أو الرسول , وكاعتقاد جسمية الله وتحيزه , فإنه يستلزم حدوثه واحتياجه لمحدث ونفي صفات الألوهية عنه جل جلاله وعظم شأنه
“(Bab Riddah, kafirlah seorang Muslim dengan perkataan yang shorih atau dengan ucapan yang melazimi kufur), artinya ucapan yang melazimi kufur lagi yang nyata, seperti mengingkari syariat sesuatu yang telah Ijma’ lagi maklum dari Agama secara mudah, maka lazim ia telah mendustai Al-Quran dan Rasul, dan seperti I’tiqad kebendaan Allah dan Allah menempati ruang, maka ia melazimi kepada baharu Allah dan berhajat-Nya kepada pembaharu, dan hilanglah sifat ketuhanan dari-Nya, maha agung Allah lagi maha besar”.[Kitab Manhu Al-Jalil syarah Mukhtasar Khalil, Jilid 9, Halaman 206]
Begitu banyak penjelasan ulama tentang aqidah Tajsim dan Tasybih, agar ummat Islam semua terhindar dari sengaja/tidak sengaja menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya, tapi sayang nya masih banyak ummat yang mengaku bertauhid, justru menghindari atau mengelak dari nash ulama tapi tetap dalam aqidah Tajsim dan Tasybih, bukan nya menghindar dari aqidah Tajsim dan Tasybih, seorang Muslim yang baik dan benar-benar menjaga hati nya dari aqidah Tajsim dan Tasybih, pasti lebih hati-hati dan menjaga perkatan nya agar tidak ada sedikit pun kotoran Tajsim dan Tasybih yang dapat mengotori aqidah nya, sungguh menjauh dari pinggir jurang Tasybih dan Tajsim, pasti hati nya berada dalam aqidah yang selamat, bukan bermain di pinggir jurang Tasybih, lewat celah-celah pendapat ulama, semoga kita semua selamat dari kesesatan yang tidak kita sadari, dengan menjadikan pendapat ulama sebagai pertimbangan dan peringatan, wallahul muwaffiq ila aqwamit thoriq.
MAHA SUCI ALLAH DARI SERUPA MAKHLUK
Bersambung [insyaallah] ke : Mujassimah & Neo Mujassimah [seri 3]
Abu Abdurrahman berkata: pernyataan ini merupakan pernyataan yang mengandung konsekuensi penafian shifat Allah, bahkan kalau Allah tidak memiliki shifat sebagiamana yang Allah sebutkan untuk-Nya sendiri, ini berarti juga menafikan keberadaan Allah! “Inna Lillahi wa Inna ‘Ilaihi Raji’un”
alam menyikapi ayat-auat/hadis-hadis shifat (?) ada tiga aliran paling tidak:
MMaha Suci Allah dari Kaum Mu’athillah, Jahmiyah dan Asy’ariyah, dan yang semisal dengan mereka.
kalau anda meniadakan keberadaan Allah dan Shifat-Shifat-Nya, bagaimana kalau ada orang awam yang dengan fitrahnya bertanya tentang dimana Allah? apa yang harus kita jawab????
apakah kita harus menjawab:
“Allah tidak dimana-mana!!”
pernyataan ini mengandung konsekuensi bahwa Allah tidak ada dan ini jelas kebathilannya!!!
atau bila dikatakan:
“Allah ada dimana-mana!!!!”
pernyataan ini memaksa bahwa Allah juga berada di pasar-pasar, ditoilet atau tempat-tempat kotor”
Maha Tinggi Allah dari pernyaan-pernyataan bathil sperti ini dengan Ketinggian yang sebesar-besarnya.
wahai kaum mu’athillah!!
jika kalian menafsirkan al-Qur-an dan as-Sunnah sesuai dengan majaz:
maka cobalah kalian kumpulkan 5 orang saja dari ahli bahasa untuk menafsirkan Ayat-ayat Allah dan Rasul-Nya niscaya kalian akan mendapati mereka berbeda-beda dalam menafsirkannya.
kemudian anda juga menolak khabar ahad untuk masalah aqidah, maka sekarang jika anta ingin menyampaikan masalah aqidah maka janganlah anta menyampaikan seorang diri, karena khabar anta ahad, sungguh kami tidak bisa menerimanya untuk aqidah, untuk itu ajaklah teman-teman anta supaya khabarnya bisa mutawatir.!!!!
terakhir!!
beritahukan kepada kami Apakah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam juga Shahabat-shahabatnya radhiyallahu ta’ala ‘anhum memerintahkan untuk mennta-wil ayat-ayat shifat, apakah nereka mengetahuinya???, atau apakah mereka tidak tahu???
“Tunjukanlah bukti bila anta orang yang benar”
kepada Allah-lah kami memohon taufiq!
___________
Abu Salafy:
Akhi Abu Abdurrahman -hadakallah ila Shawabil aiqidah-, Sepertinya Anda sedang keracunan kerancuan berpikir kaum Mujassimah/musyabbihah… Argumentasi yang Anda bawakan sama persisi dengan yang mereka bawakan!
Menafikan tasybih dan tajsim tidak berkonsekuensi menafikan sifat-sifat Allah dan kemudian berarti menafikan wujud Allah -Maha suci Allah dari anggapan kaum jahil-!
Dalam menyikapi ayat-ayat/hadis-hadis shifat paling tidak ada tiga aliran:
1) Menyerahkan pemaknaannya kepada Allah SWT. Artinya para ulama tidak melibatkan diri dalam menfsirkannya… tafsirnya adalah bacaannya itu!
2) Mena’wilkannya, semisal kata: يد عين وجه dll dengan penakwilan tertentu.
3) Mengartikan kata-kata sifat itu dengan arti apa adanya yang digunakan, seperti kata: نزل-خرول-ضحك dll dengan makna yang ada: turun-berlari-lari kecil dan tertawa!
Aliran pertama, no komen. Aliran kedua memberikan penafsiran yang sesuai dengan kemahasucian dan kemaha-agungan Allah SWT. Sedangkan aliran ketika meniscayakan tajsim dan tasybih.
Jadi kalau kita tidak memilik aliran tidak berarti menjadi menta’thil (menafikan) dari pensifatan!
Itu hanya khayalan kaum mujassimah dan musyabbihah belaka!
Kalau boleh saya sarankan untuk Anda saudaraku, baca buku DAF’U SYUBAHI AT TASYBIH BI AKUFFI AT TANZIH, karya Ibnu al Jauzi, seorang ulama bermazhab Hanbali seperti juga kaum Wahhabi (dalam klaim mereka)… di sana semua syubhat yang selama ini menghinggap dalam pikiran saudara insyaAllah tersingkap…. atau paling tidak saudara mengetahui dalil-dalil mereka yang menentang aliran pemikiran saudara dan teman-teman Wahhabi/Salafy. Jangan taku membaca buku orang selain kelompok Anda!
Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Pandangan yang kami ikuti berkenaan dengan masalah ini adalah pandangan Salafush Shalih seperti Imam Malik, al-Auza’i, ats-Tsauri, al-Laits bin Sa’ad, Imam asy-Syafi’i, Imam Ahmad, Ishaq bin Rahawaih dan Imam-Imam lainnya sejak dahulu hingga sekarang, yaitu mem-biarkannya seperti apa adanya, tanpa takyif (mempersoalkan kaifiyahnya/hakikatnya), tanpa tasybih (penyerupaan) dan tanpa ta’thil (penolakan). Dan setiap makna zhahir yang terlintas pada benak orang yang menganut faham musyabbihah (menyerupakan Allah dengan makhluk), maka makna tersebut sangat jauh dari Allah, karena tidak ada sesuatu pun dari ciptaan Allah yang menyerupai-Nya.
Bukti lain: Ketika Imam Malik rahimahullah ditanya tentang istiwa’ Allah, maka beliau menjawab:
“Istiwa’-nya Allah ma’lum (sudah diketahui maknanya), dan kaifiyatnya tidak dapat dicapai nalar (tidak diketahui), dan beriman kepadanya wajib, bertanya tentang hal tersebut adalah perkara bid’ah, dan aku tidak melihatmu kecuali dalam kesesatan.”
Imam Abu Hanifah juga mengatakan “Barangsiapa yang mengingkari bahwa Allah k berada di atas langit, maka ia telah kafir.” (apa abu hanifah ra. termasuk wahabi takfiri? buka matamu wahai abu salafy)
Jadi menurut saya kamu cuma mau membelokkan pandangan para salaf kepada pandangan sesat kamu wahai dhall mudhill.
__________
Abu Salafy:
Wan… semoga ketika menulis tanggapan di atas Anda tidak sedang mabok….
Mabok ghurur (PD)….
atau sedang keracunan syubhat Mujassimah…
Sungguh saya, heran, Anda mengutip kata-kata Ibnu Katsir, sementara komentar tersebut merugikan aliranmu ya akhi benthaleb!
Para ulama Salaf, antara dua pendapat mereka, mendiamkan (tafwidh), tidak menafsirkannya atau mena’wilkan ayat-ayat shifat (?).. Adapun kaum mujassimah dan Musyabbihah mereka meyerupakan Allah dengan makhuk-Nya….
Imam kalian menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya, memaknai nuzul, misalnya dengan mencontohkan ia turun dari tangga mimbar yang sedang ia duduki….
Para tokoh Mujassimah yang kalian banggakan mengatakan bahwa Allah duduk di Arsy-Nya dan kelak di hari kaimat mendudukan Nabi Muhammad saw. di sebelah-Nya! Apa ini bukan tajsim ben Tasybih ya berthaleb?!
Adapun penukilan dari Imam Malik juga tidak menguntungkan kalian!
Adapun ucapan Imam Abu Hanifah tolong buktikan keshahihan penukilannya! Jangan asal nukil tanpa membuktikan kesahahihan. Itu gaya kaum Awam yang suka silau dengan riwayat/atsar betapapun palsu dan maudhu’nya!
Ya benthaleb, coba kalau berani sebutkan sanad ucapan Imam Abu Hanifah! Dan pasti saya akan buktikan kepada pembaca bahwa parawinya adalah cacat berat!! Jadi jangan buat malu, saya tunggu sanadnya ya! Kalau kamu tidak malu!
Ya akhi benthaleb, saya beraharap kamu mampu menyelamatkan Imam kamu al Albani dari kritik saya di atas bahwa ia curang! Benar kan?! Dia sekarang lebih butuh kamu bela dari pada kamu puji kerapian jenggotnya saja!
anta tidak mampu menjawabnya??
atau anta berjiwa pengecut??
kalau memang anta diatas al-Haq, maka tunjukanlah dalil dari kitabullah dan sunnah Rasulillah shalallahu ‘alaihi wa sallam tentang perintah menta-wil ayat-ayat shifat??
apakah Rasulullah dan Shahabatnya mengetahui yang anta bicarakan tentang ta-wil ayat-ayat shifat??? atau tidak mengetahui??
__________
Abu Salafy:
Tulisan yang mana mas?!
Baca ayat 7 surah Alu Imran dan sabda Nabi saw. untuk Ibnu Abbas ra.
اللهم فقهه في الدين و علمه التأويل.
Fahami keduanya pasti kamu terselamatkan dari jeratan syubhat Mujassimah dan musyabbihah!
___________
Abu Salafy:
Demi Allah..dan cukup Allah sebagai saksi… betapa kita di sini terlihat bertengkar/kurang akur tapi demi Allah saya tidak memandang saudara sebagai musuh saya. Allah syahid!
mudah-mudahan Anda juga demikian memandang saya.
Saya berharap diskusi kita membuahkan hasil… kita menemukan kebenaran yang selama ini kita idam-idamkan. Amin.
saya ingin meluruskan pendapat kalian dengan artikel yang saya dapat dari salah satu blog sbb :
apakah benar atau salah tergantung dari sudut pandang mana yang memandangnya. dan TOLONG ARTIKEL INI DIBACA DENGAN TELITI DAN DIPAHAMI MUNGKIN SEBAGAI BAHAN RENUNGAN DAN MASUKAN.
Tajsim/penjasmanian dan Tasybih/penyerupaan Allah swt.kepada makhluk-Nya
XXXXXXXXXXXXXXXXXX
_______________
-abu salafy-
Afwan mas Din, artikel (copy-paste) anda tidak dapat kami tampilkan (lihat pemberitahuan disebelah kanan blog) tolong anda sebutkan aja URL (alamat link artikel tsbt) nanti kami tampilkan.
Blog ini telah penuh dengan copy-paste, kalo punya saudara kami tampilkan, maka para wahabi akan membalas anda dengan copy-paste juga, karena hoby mereka memposting copy-paste. dan blog ini sudah penuh dengan copy-paste mereka!
ma’af ya!
wassalam
Perkataan abu hanifah saya kira kamu punya bukunya karena buku ini juga kamu jadikan referensi.
Asal jujur aja kamu ya abu salafy…..!
__________
Abu Salafy:
Salam wan benthaleb….
Anda menukil kalimat Abu Hanifah yang dalam anggapan kaum Mujassimah mendukung pendapat mereka, lalu kami meminta Anda untuk membawakan sanadnya, apa itu salah? Bukankan tanpa sanad yang dapat dipertanggung jawabkan semua orang bisa ngomong dan asal gomong?!
Kami memaklumi kenapa Anda berbelit-belit untuk mau menyebutkan sanad ucapan Abu hanifah itu, sebab Anda takut dipermalukan di sini kan? Sebab kami akan membongkar kepalsuannya?!
Jadi begini saja, Anda rembukan dulu dengan ustadz-ustadz Wahhabi Anda dan kalau mereka mengizinkan itu artinya siap dipermalukan di sini pasti mereka mengizinkan! Kalau tidak, ya Anda ta’ati saja! Bukankah mena’ati dan bertaqlid kepada ulama (pewaris para Nabi as.) itu wajib hukumnya!!
Adapun kata-kata kasar, itu kami sudah biasa mendengarnya dari kaum rendahan, jadi kami berharap Anda (sebagai keturunan Arab berakhlak mulia) tidak termasuk dari mereka.
كُنَّا وَالتَّابَعُوْنَ مُتَوَافِرُوْنَ نَقُوْلُ : انَّ اللهَ عَلَى عَرْشِهِ وَنُؤْمِنُ بِمَا وَرَدَتْ بِهِ السُنَّةَ مِنْ صِفَاتِ اللهِ تَعَالَى
“Kami dan para Tabi’in semuanya menetapkan dengan kesepakatan qaul kami bahwa: Sesungguhnya Allah di atas ‘Arsy-Nya dan kami beriman dengan apa yang telah dinyatakan oleh Sunnah berkenaan sifat-sifat Allah Ta’ala”
berkata al-Humaidi rahimahullah dalam kitabnya Ushulussunnah hal. 42, Dar Ibnul ‘Atsir – Kuwait, Dirasah dan Tahqiq: Misy’al Muhammad al-Hadadi, Cetakan Pertama 1418H, berkata:
وما نطق به القرآن والحديث مثل قوله تعالى: ” وقالَتِ اليَهُودُ يدُ اللَّه مَغْلُولةً غلّت أيْديهم ولُعِنُوا بما قَالُوا بَلْ يَدَاه مَبْسُوطتان ” سورة المائدة آية 64. ومثل قوله تعالى: ” والسّمواتُ مَطْوياتٌ بيَمينه ” سورة الزمر آية 67. وما أشبه هذا من القرآن والحديث لا نزيد فيه ولا نفسّره، ونقف على ما وقف عليه القرآن والسنة
“dan apa yang disebutkan dalam al-qur-an dan al-hadits, seperti, “”orang-orang yahudi berkata: tangan Allah terbelenggu, sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu” (al-Maaidah-4), “dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya” (az-Zumar:67), dan ayat-ayat al-qur-an dan al-hadits, yang sejenis dengan ayat diatas tidak boleh menambah-nambahinya dan juga tidak boleh menta-wilnya, kita memutuskan sebagaima yang diputuskan al-qur-an dan as-sunnah”
selanjutnya beliau berkata:
ونقول: ” الرحمنُ على العرش استوى ” ، ومن زعم غير هذا فهوِ مُبْطِلٌ جهميٌّ
“dan kami menegaskan : “Yang Maha Pemurah, yang beristiwa diatas Arsy” (Thaa-haa:5), barangsiapa yang berpendapat selain itu ia adalah seorang mu’athil dan jahmi.”
bagaimana????
begitu jug Imam al-Mufassir ath-Thabari rahiamhullah ketika mentafsirkan surat al-Hadid ayat:4: beliau berkata:
وهو شاهد لكم أيها الناس أينما كنتم يعلمكم، ويعلم أعمالكم، …، وهو على عرشه فوق سمواته السبع
“Dia melihat kamu wahai manusia! Di mana saja kamu berada, Dia mengetahui (apa saja) tentang kamu dan mengetahui segala amal kamu.., Dan Dia di atas ‘ArasyNya dan ‘ArasyNya di atas langit yang ke tujuh”
begitu juga IbnKatsir ketika menafsirkan al-A’raf:54::
maka maka merujuklah kepada kitab-kitab tersebu (walaupun masih banyak kitab yang membahas masalah ini)!!!
__________
Abu Salafy:
Mas abu abdurrahman, pertama, tolong baca pengumuman kami hari ini di: Hadis ‘Aina Allah’ Dimana Allah!
kedua, saya berharap Anda mau membaca sikap dan mazhab Ibnu Jarir, Ibnu Hajar dalam menyikapi ayat-hadis shifat….
Saya harap Anda bersabar, karena kami akan membahasnya dalam kesempatan lain. dengan melibatkan sebanyak mungkin data untuk diskusi kita. Gimana, setuju mas?
untuk semua yang saudara bawakan di atas insyaAllah akan kami bahas nanti bidznillah wa tawfiqihi..
sebab menetapkan sesuatu harus dengan dalil!!!
bukan akal-akalan,dan niat baik saja untuk mensucikan Allah
bukankah al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah pernah berkata:
من استحسان فقد شرع
“barangsiapa yang menganggap baik perbuatan (tanpa dalil) berarrti ia telah menetapkan syari’at” (al-Musytashfa – al-Imam al-Ghazali)
lalu siapakah abu salafy yang berani-beraninya menganggap pebuatan anta baik untuk menjauhkan dari tajsim dan tasybih terhadap Allah Jalla wa ‘Ala, apakah anda pembuat syari’at???
mana dalilnya???? mana hujjahnya???
__________
Abu Salafy:
Salamun Alaikum mas abu.
kemarin sudah saya jawab kan?!
Tapi nggak apalah saya sebutkan lagi di sini.
Tolong baca jawaban saya di:
1. Benarkah Wahhabiyah Pewaris Sejati Mazhab salaf? (1)
2. Benarkah Wahhabiyah Pewaris Sejati Mazhab salaf? (2)
selain itu, nanti akan saya tambahkan lagi bukti-bukti baru kalau bukti dalam dua artikel saya di atas dirasa kurang cukup. Insyaallah.
“Membongkar Syubhat….”?
ane usul kalo diterima, kenafa gak
“Membongkar Ideologi…” ?
Abu Salafy:
Memang itu ideologi mereka, akan tetapi mereka gemar menabur syubhat itu di tengah-tengah kaum awam… jadi atas pertimbangan itu kami tulis judul di atas. Bisa jadi hemat Anda yang lebih benar.
dimaknai استىلاءه على العرش
maka seandainya dihubungkan dengan ayat
و كان عرشه علي الماء maka maknanya adalah kekuasaan allah itu ada diatas air, ini suatu hal yang mustahil karena kekuasaan allah meliputi langit dan bumi dan yang ada diantaranya. Maka benarlah pemaknaan sebagaimana apa adanya bhw allah bersemayam diatas ‘arsy tanpa bisa dan boleh diserupakan dengan bersemayamnya makhluknya. dan rupanya abu salafy hendak memaksakan pemahaman kaum mu’athilah dari grup abdullah bin kilab yang diikuti oleh orang2 asy’ariyah yang justru menafikan tentang keberadaan allah diatas arsynya. Dan lucunya lagi abu salafy menafsirkan ayat allah tentang keberadaan allah diatas langit cuma bemodalkan pada perkataan penyair yang tidak diketahui keabsahannya/siapa si penyair ini/apa aqidahnya dengan kata lain penyair majhul. dan hadis shaih yang diriwyatkan bukhari yang digunakan imam bukhari untuk membantah kaum jahmiyah dan mu’athilah seperti abu salafy justru dimaknainya dengan seenak udelnya untuk membenarkan kebathilan fahamnya.
dan lagi untuk membuktikan kebenaran allah bersemayam diatas arsy dilangit adalah riwayat bukhari-muslim dari abu hurairah tentang pergantian malaikat siang dan malam yang kemudian mereka naik kelangit untuk melaporkan perihal hamba pada allah (و هو اعلم) .Kemudian riwayat dari muslim ketika haji wada’ dan nabi mengatakan telah menyampaikan seluruh risalah (jadi gak perlu lagi tambahan2 hal baru) dan beliau berkata اللهم اشهد seraya mengisyaratkn telunjuk beliau kelangit. jadi wahai abu salafy secara dhohir sudah kelihatan bahwa nabi mengajarkan pada kita bahwa allah itu ada dilangit dan bersemayam diatas arsynya apakah engkau yang mengaku mencintai beliau dan keturunan beliau masih mau menolak? kebenaran macam apa yang kau cari wahai abu salafy….?
___________
Abu Salafy:
Semua syubhat yang Anda sampaikan itu telah dibantah habis oleh ulama Ahlusunnah! tapi sayang Anda mungkin belum membacanya atau takut membacanya, karenanya racum tajsim dan tasybih belum bisa dikeluarkan dari pikran Anda! (maaf ya).
Akhi benthaleb, apa yang Anda pahami dari ‘Uluw nya Allah di atas arsy-Nya itu? ‘Uluw hissi atau ‘ulw maknawi?
Apa Anda yakin Allah itu di langit? Atau dibumi? atau ditempat lain?
Oh ya, bagaimana Anda dan ulama-ulama Mujassimah Anda memahami ayat-ayat di bawah ini yang menunjukkan Allah itu bukan di langit:
1 – قال تعالى : * ( فلما أتاها نودي من شاطئ الواد الايمن في البقعة المباركة من الشجرة أن يا موسى إني أنا الله رب العالمين * وأن ألق عصاك فلما رآها تهتز كأنها جآن ولى مدبرا ولم يعقب يا موسى أقبل ولا تخف إنك من الامنين ” القصص : 30 – 31 .
2 – وقال تعالى : * ( والذين كفروا أعمالهم كسراب بقيعة يحسبه الخمان ماء حتى إذا جاءه لم يجده شيئا ووجد الله عنده فوفاه حسابه والله سريع الحساب ) * النور : 39 .
3 – وقال تعالى : * ( ونحن أقرب إليه منكم ولكن لا تبصرون ) * الواقعة .
4 – وقال تعالى : * ( ما يكون من نجوى ثلاثة إلا هو رابعهم ولا خمسة إلا هو سادسهم ولا أدنى من ذلك ولا أكثر الا هو معهم أين ما كانوا ” المجادلة : 7
5 – وقال تعالى لسيدنا موسى وأخيه سيدنا هارون * ( إنني معكما أسمع وأرى ) * طه : 46 .
6 – وقال تعالى : * ( وهو معكم أينما كنتم ) * الحديد : 4 ، :
Cukup dulu ustdaz benthaleb.
Alhamdulillah rupanya komputer ustdaz sekarang sudah bisa tulis bahasa Arab, Jadi gimana, apa kita berdiskusi dengan mengunakan bahasa Arab aja? Jelek-jelek begini saya ini santrinya Kyia NU yang ahli nahwu dan bahasa Arab… walaupun belum pernah jadi TKI di negeri Arab sana!
assalamu alaikum wr. wb.
Sampean minta bin thaleb membawakan sanad ucapan Imam hanafi? tentu ya nggak berani, bener sampean apa siap dibikin malu,
kalo ngomong sama kita yang bodoh ini wahabi sedikit-sedikit bawa hadis riwayat ini riwayat itu, tapi kalo ngedepi tiang kados panjenengan yo miki-mikir desek to…
jangan harap ben thaleb mau membawakan…
maju terus pak yai (abu salafy), wahabi pun ketingalan kedodorane!
_________
abu salafy
akhi benthaleb, dak usah banyak berbohong.
tulisan anda sama sekali tidak berbobot,
jadi tidak ada yang perlu ditakuti.
jawab saja tulisan saya dak perlu lari kesana kemari!
Sanad ucapan Imam Abu Hanifah sampai sekarang belum anda bawakan, takut dipermalukan ya?
Kalau diskusi pakai bahasa arab disini maka manfaatnya tidak bisa diambil oleh semua pengunjung blog kamu, tapi bagaimana kalau kita ngomong2 pertelpon aja? telponmu berapa nanti jangan kuatir saya yang nelpon !!! OK!!!
__________
Abu Salafy:
Salam ya tukang nujum…
Begini aja, Anda sebutkn dengan tanpa malu, menurut Anda ‘Ulw Allah itu bersifat ma’nawi atau hissi?
Kemudian sebutkan tafsiran Salaf yang sesuai dengan tafsiran kaum Wahhabiah Mujasimah?
Masalah menulis komentar dengan bahasa Arab saya idak ingin mamakasa Anda lagi, mungkin itu merepotkan Anda…. dan menurut Anda sedikit manfa’atnya. Apalagi telpon lebih sedikit ,manfaatnya… Jika Anda punya banyak uang reyal, dari pada dibuang untuk pulsa, lebih baik disimpan saja untuk membeli alat cukur merapikan jenggot-jenggot yang serabutan…
__________
Abu Salafy:
Allah SWT mengisra’kan Nabi Nya ke langit untuk: memperlihatkan kepadanya tanda-tanda kebesaranNya. Baca ayat 1 surah a Isra’.
__________
Abu Salafy:
Kalau Ahli Bid’ah yang mengaku sebagai Ahlusunnah sudak mengacau pikiran awam dengan syubhat-syubhat palsu murahan, apa kita harus diam tidak membongkarnya?
Jadi semestinya pertanyaan/protes (jika itu protes) Anda akan lebih tepat jika Anda alamatkan kepada kaum Wahhabiyah Mujassimah bukan kepada yang mau menerangkan masalah dan menepis syubhat murahan!
1. (Dimensi) ruang; waktu, dan kesadaran adalah makhluq Alloh. Alloh tidak dibatasi ruang dan waktu dan kesadaran makhluq. Bukankah dalil bahwa alloh pencipta segalanya, dan tidak setipa dengan apapun adalah cukup untuk hujjah ini.
2. Nash2 yg menyatakan sifat atau perbuatan sabg pebcipta tentunya gaeis dipahami:
a. Maknanya kita serahkan pada alloh,
b. Harus dipahami alloh bukan makhluq, memahami makna sifat atau perbuatan itu tentu dalam pengertian memahami sesuatu yang diluar batas ruang, waktu, dam kesadaran.
c. Jika memang ada dalil2 bahwa memhami ayat2 sifat itu memakai bahasa majaz adalah sesuatu yang boleh atau bahkan diajarkan nabi, saya kira lebih baik, untuk menghidari mujassimah,
d. Dalih mengatakan bahwa kita meyakini ayat2 itu, tanpa menjelaskan bahwa maknanya diserahkn pada alloh dan alloh bukan mahluq (tidak terikat waktu, ruang, ) bisa menjebak ke mujassimah
__________
Abu Salafy:
Bukankah tempat itu ciptaan Allah? Lalu bagaimana kita akan bertanya dimana Allah? Pertanyaannya sudah salah mas!
Hanya kaum Mujassimah (Wahhabiyah) seperti Ibnu Taimiyah, dan anak-anak pikirannya seperti Utsaimin saja yang meyakini Allah bertempat!
Pertanyaan seperti itu muncul di pikiran saudara karena mungkin saudara membayangkan Allah itu seperti meteri lain! Lalu saudara akan diserang syubhat kalau Allah SWT. tidak di mana-nama (tidak bertempat) berarti tidak ada! Itu anggapan yang salah mas….!
Saya berharap syubhat-syubhat seperti itu bisa terusir dengan dalil-dalil apabila saudara mau membaca dan memperlajari akidah Islam dengan benar.
Kalau menurut saudara, Allah itu bertempat di mana?
Wassalam.
misalkan untuk mengatakan bahwa “ujud zat Allah itu, berupa cahaya yang putih, berbentuk ini,itu dan sebagainya, maka kata-kata yang demikian jelas merupakan kata-kata yang syirik (na’uzubillahi min dzalik).
yang jelas kita meyakini bahwa Allah Wujud (ada). Allah wajib adaNya/ Allah pasti adaNya. Mustahil Allah tidak ada.
Bisakah alam dan sesuatu ini terjadi dengan sendirinya, tentulah jawabnya tidak bisa. maka Allah pasti adanya (wujud).
wasalammualaikum
mas/mbak cintaku…
Dimana Allah?
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah bahwasanya Aku ini dekat …” (QS. Al Baqarah :186)
“.. dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya” (QS. Qaaf:16)
” … ingatlah bahwa sesungguhnya Dia maha meliputi segala sesuatu” (QS. Al Fushilat 54)
” … kemanapun kamu menghadap disitulah wajah Allah .. “(QS. Al Baqarah:115)
Untuk pembahasannya, dan sebagai perbandingan, jika saudara mau bacalah artikel dibawah ini:
Dimanakah Sebenarnya Allah ? klik disini:
http://kajianislam.wordpress.com/2007/08/31/dimanakah-sebenarnya-allah/
Ayna Allah? Mata Allah ? Kaefa Allah ? Kam Allah ?
Syekh Nawawi bin Umar al-Bantany al-Jawi dlm syarh qathru al-Ghaits li Abi Laits menjlaskan keempat prtanyaan tsb;
1. Laysa fi makan wa la yamurru alaihi zaman.
2. Awwalun bila ibtida’in wa akhirun bila intiha’in.
3. Laysa kamitslihi syae’un.
4. Ahadun walaysa ahaduhu min ajza’in.
Mohon koreksi dlm penukilannya..
Jd klo Allah SWT bersemayam di ‘Arsy sprti yg diyakini seyakin-yakinnya oleh gol mujassimah atau yg mewarisinya,maka jelas-jelas syubhat yg nyata.
Maha Suci Allah (Subhanallah) sama dg makhluknya.
http://ibnutaymiah.wordpress.com/
PASTI DIJAMIN LANGSUNG KENAL SIAPA IBNU TAYMIAH ITU.
JAJNJI!