Sabtu, 27 Oktober 2012

'AQIDAH ULUHIYYAH WAHDANIYAT




SIFAT SALABIYYAH

Salabiyyah adalah bahasa arab yang berasal dari kata salab yang artinya mencabut, lalu ditambah ya nisbat. Artinya:

Sifat yang mencabut, karena sifat salabiyah ini mencabut data dan sifat yang disebut maqulat, yang tidak layak bagi Allah. Oleh karena karena sifat salabiyah menjadi sifat yang mencabut data yang mustahil bagi Allah, maka disebut juga sifat ‘adamiyah artinya menjadi sifat “dengan ketidak adaanya”, seperti Qidam yang memiliki arti tidak ada permulaan, tidak ada akhir dst”.

Ditinjau dari sudut istighna dan iftiqor, sifat salabiyyah ini termasuk kepada sifat istighna, artinya sifat yang tidak berkaitan dengan keberadaan makhluk, melainkan suatu tanda ke-Mahakuasaan dan ke-Mahabesaran Allah, kecuali sifat wahdaniyat fil af’al merupakan sifat iftiqor, yakni sifat yang berkaitan, dengan makhluk, sehingga makhluk membutuhkan sifat tersebut.

Berdasarkan konsideran sifat Kamal, Jamal, Jalal dan Qohar, sifat salabiyyah ini termasuk pada sifat Kamal, yakni sifat yang menunjukan kesempurnaan Allah, yang dengan sifat tersebut cukup untuk menunjukan bahwa Allah itu ada, kecuali sifat Wahdaniyat fil Af’al yang termasuk sifat Qohar, artinya sifat Allah yang memaksa makhluknya untuk ada atau tidak ada.

Banyaknya sifat salabiyyah pada pokoknya tidak dapat dihitung, hanya saja para Ulama Ushuluddin menyimpulkannya menjadi lima (5) sifat, sehingga untuk mema’rifatkan seluruh sifat salabiyyah cukup dengan yang lima ini, yaitu:

1) Qidam;
2) Baqo;
3) Mukholafatul lil Hawadits;
4) Qiyamuhu Binafsihi;
5) Wahdaniyat.

Oleh karena sifat salabiyyah ini mencabut maqulat, yakni segala sifat yang lazim ada pada makhluk, maka untuk lebih memperjelas sifat salabiyyah tersebut kita perlu mengetahui apa yang dimaksud dengan maqulat.

Maqulat jumlahnya ada sepuluh dan terbagi dua bagian:

1) Maqulat Jauhar

Maqulat Jauhar, adalah materi kata yang menunjukan kepada adanya jauhar (jirim) yang wujudnya membutuhkan ruang pas untuk berdiam, akan tetapi tidak membutuhkan yang lain untuk bersemayam, sekalipun lazim ittishol (melekat pada jauhar lainnya) sebagaimana halnya benda padat dan benda cair.

2) Maqulat ‘Arodh

Maqulat ‘Arodh, adalah materi kata yang menunjukan kepada sesuatu yang tidak ada kecuali pada jauhar, seperti kata-kata: merah, putih, bulat, berdiri, berpakaian dan lain-lain.
Maqulat ‘Arodh ini terbagi tiga bagian:
(1) ‘Arodh Kam
(2) ‘Arodh Kaifa
(3) ‘Arodh Nisbi

(1) ‘Arodh Kam,

adalah materi kata yang menunjukan kepada suatu bilangan, seperti: satu, dua, tiga dan seterusnya. ‘Arodh kam terbagi pada dua bagian:

1. ‘Arodh Kam Muttashil, yaitu bilangan tanpa pecahan;
2. ‘Arodh Kam Munfashil, yaitu bilangan pecahan atau bagian dari ‘Arodh Kam Munfashil, seperti ; 1 = 4 x ¼, 1 = 2 x ½

(2) ‘Arodh Kaifa

terbagi tiga bagian :

1. Kaifa Kammiyat.
2. Kaifa Jasmaniyat.
3. Kaifa Qolbiyat.

1. ‘Arodh Kaifa Kammiyat, ialah materi kata yang menunjukan sifat sesuatu yang diambil dari sudut bilangan, seperti kata mahal, murah, banyak, sedikit dsb.

2. ‘Arodh Kaifa Jasmaniyat, ialah materi kata yang menunjukan sifat luar atau jasmani, seperti : gemuk, kurus, cantik dsb.

3. ‘Arodh Qolbiyat, ialah materi kata yang menunjukan sifat batin manusia, seperti: bodoh, pintar, gembira, marah, penakut dsb.

(3) ‘Arodh Nisbi

terbagi tujuh bagian :

1) ‘Arodh Nisbi Aina, yaitu materi kata yang isinya menunjukan tempat yang dapat ditanyakan dengan pertanyaan dimana ?, seperti dimesjid, dijalan, di Bandung, di Manonjaya dsb.

2) ‘Arodh Nisbi Mata, yaitu materi kata yang menunjukan zaman, waktu yang dapat ditanyakan dengan pertanyaan kapan ?, seperti ; sekarang, tadi, siang dsb.

3) ‘Arodh Nisbi Kaefa, yaitu materi kata yang menunjukan sesuatu yang bersandar pada yang lain, seperti kata bapak bersandar kepada adanya anak, kata suami bersandar kepada adanya istri dsb.

4) ‘Arodh Nisbi Wadho, yaitu materi kata yang menunjukan kepada perilaku dari gabungan anggota badan, seperti ; duduk, berbaring, berjalan dsb.

5) ‘Arodh Nisbi Milki, yaitu materi kata yang menunjukan pemilikan liputan badan, seperti, berpakaian, bersepatu, berdasi dsb.

6) ‘Arodh Nisbi Fi’li, yaitu materi kata yang menunjukan pekerjaan yang membekas, seperti ;memukul, menanak dsb.

7) ‘Arodh Nisbi Infi’al, yaitu materi kata yang menunjukan hasil pekerjaan yang lain, seperti, dibacok dsb.

http://www.komunitasmuslim.com/blog/29/aqidah-uluhiyyah-sifat-salabiyah/