Dalam
pemikiran filsafatnya Al-Farabi nama lengkapnya Abu Nasr Muhammad bin Muhammad
bin Tarkhan bin Auzalagh, lahir di kota Turkistan tahun 257 H (870 M) adalah
Filofos Muslim yang terkenal dengan sebutan guru kedua, sebab ia menguasai
betul filsafat Aristoteles yang disebut guru pertama. Diantara pemikiran
filsafatnya meliputi :
A. Metafisika
Konsep Al-maujud awwal
sebagai sebab pertama dari segala yang ada diambil dari pemikiran Aristoteles
dan Neoplatonisme. Hal ini sebagai penguat terhadap pembuktian adanya Tuhan.
Maka, dalam pembuktian adanya Tuhan akhirnya Al-Farabi menggunkan dalil Wajibul
Wujud dan Mumkinul Wujud. Dalam Wajibul Wujud adalah wujudnya tidak
boleh tidak harus ada dengan sendirinya, yang memiliki kesempurna selamanya dan
tidak tergantung pada yang lainnya. Hal ini hanya ada dan dimiliki oleh sesuatu
yang Maha Sempurna, ia adalah Tuhan.
Mumkinul Wujud adalah sesuatu yang sama antara berwujud
dan tidaknya. Sebab ia tidak akan menjadi wujud actual tanpa adanya wujud yang
menguatkannya. Yang menguatkan bukan dirinya akan tetapi wajibul wujud sendiri.
Begitu pula dengan sifat Tuhan. Baginya, Tuhan tidak berbeda dengan
substansinya, atau sifat (nama-nama) yang ada padanya seperti al-asmaul Husna.
Begitu pula dengan pengetahuan
Tuhan. Menurutnya Tuhan tidak mengetahui yang partikule, atau pengetahuan Tuhan
tidak sama dengan pengetahuan manusia. Maka, Tuhan hanya mengetahui yang
universal yang pada akhirnya terbentuklah kemudian segala yang partikuler. Oleh
karenanya Tuhan tidak mungkin tahu tentang yang jus i.
Dalam penciptaan alam menurut
Al-farabi, Tuhan tidak mencipta alam, akan tetapi ia sebagai penggerak pertama
dari segala yang ada. Singkatnya, Tuhan mencipta sesuatu dari yang sudah ada
dengan cara pancaran atau Emanasi. Maka, dunia ini bersifat azali tanpa
permulaan dan bukan ciptaan. Ini terjadi karena proses emanasi. Dalam proses
emanasi ini Tuhan sebagai akal pertama berfikir tentang dirnya sendiri yang
kemudian timbul wujud yang lain. Tuhan merupakan wujud pertama dengan
pemikiran-Nya timbullah wujud kedua (yang disebut akal pertama). Wujud kedua
ini berfikir tentang wujud pertama, kemudian timbul wujud ketiga (atau akal
kedua). Kemudian wujud kedua (akal pertama) ini berfikir tentang dirinya, yang
timbul kemudian Langit pertama.
Wujud ke 3 (akal 2) – Tuhan =
wujud 4 (atau akal 3), darinya timbul Bintang-bintang. Dari wujud 4
(akal 3) – Tuhan = wujud 5 (atau akal 4) lalu lahir saturnus. Dengan
wujud 5 (atau akal 4) – Tuhan = wujud 6 (atau akal 5) darinya timbul Jupiter.
Dari wujud 6 (atau akal 5) – Tuhan = wujud 7 (atau akal 6) lalu muncul Mars.
Dari wujud 7 (atau akal 6) – Tuhan = wujud 8 (atau akal 7) lahirlah Matahari.
Dari wujud 8 (atau akal 7) – Tuhan = wujud 9 (atau akal 8) muncullah Venus.
Dari wujud 9 (atau akal 8) – Tuhan = wujud 10 (atau akal 9) lahirlah Mercuri.
Dari wujud 10 (atau akal 9) – Tuhan = wujud 11 (atau akal 10) muncullah Bulan.
B. Jiwa
Dalam persoalan jiwa Al-Farabi
mengatakan bahwa jiwa itu bersifat rohani terwujud setelah adanya badan, yang
memancar dari akal sepuluh. Maka kesatuan jiwa dan badan berbeda secara
substansinya, hal ini terjadi ketika badan hancur jiwa sama sekali tidaklah
demikian, ini oleh Al-farabi disebut accident. Sebab jiwa berasl dari
Ilahi dan tubuh atau badan dari alam khalq, bentuk, rupa dan lain-lain.
Terciptanya jiwa tatkala jasad siap menerimanya. Oleh karenya jiwa memiliki beberapa
daya antara lain : daya gerak, daya mengetahui, daya berfikir. Di dalam daya
fikir terbagi dua lagi yakni akal praktis dan akal teoritis.
Sedangkan dalam akal teoritis, terbagi tiga tingkatan anatara lain : akal Potensial,
akal Actual dan akal Mustafad.
C. Politik
Dalam politik
atau pemerintahan Al-Farabi sanagat mengutamakan pemimpin atau penguasanya.
Maka pemimpin bagainya harus memiliki kelebihan yang unggul dari pada yang lain
baik meliputi moral mapun intelektualnya. Maka ia harus memiliki beberapa
criteria atau keharusan antara lain : cerdas, ingatan baik, pikiran yang tajam,
cinta pengetahuan, sikap moderat dalam (makan, minum, seks), cinta kejujuran,
murah hati, sederhana, cinta keadilan, tegar dan berani, sehat jasmani, dan
fasih berbicara. Begitu pula rakyatnya (yang dipimpin), senantiasa bekerja
sesuai kemempuan masing-masing untuk kepentingan bersama. Inilah konsep ideal
negara Al-Farabi.
D. Moral
Untuk mencapai
kebahagiaan dunia dan akhirat bagi AL-Farabi sesorang atau bangsa harus memiliki
bebrapa sifat utama anatara lain 1. keutamaan teoritis dengan cara kontemplasi,
penelitian dan belajar mengajar, 2. keutamaan pemikiran, untuk mengetahui
hal-hal yang berguna dalam tujuan, yang didalamnya berfikir untuk membuat
aturan-aturan yang kemudian disebut keutamaan pemikiran budaya. 3. keutamaan
akhlak yang bertujuan untuk mencapai kebaikan. 4. keutamaan amaliah, didapat
dengan dua cara yaitu membuat pernyataan-pernyataan yang memuaskan dan
merangsang, atau dangan cara pemaksaan.
Begitu pula dengan
bertindak seseorang harus mengambil jalan tengah, artinya seseorang berbuat
tidak berlebihan yang pada akhirnya merusak jiwa dan badan. Kita harus
memperhatikan situasi zaman, waktu atau tempat dalam berbuat.
E. Teori Kenabian
Dalam hal ini seseorang dapat berhubungan dengan akal fa al (akal actual)
dengan cara penalaran atau renungan pemikiran, dan imaginasi atau intuisi. Akan
tetapi pada cara pertama (atau renungan pemikiran) dimiliki oleh beberapa orang
saja yang dapat menembus alam materi hingga dapat mencapai cahaya ketuhanan.
Sedangkan cara kedua, hanya dimiliki oleh orang-orang pilihan Tuhan yaitu para
Nabi. Seorang Nabi dapat berhubungan langsung melalui akal actual untuk
mendapatkan visi dan kebenaran keTuhanan yang disebut mendapat Wahyu, melalui
akal sepuluh yang disebut Al-Farabi Jibril tanpa melalui latihan apapun.
Sedangkan filosof berhubungan dengan Tuhan melalui akal mustafad
(perantara) dengan pelantara latihan dan kekuatan daya tangkap sehingga mampu
menangkap hal-hal abstrak murni dari akal sepuluh. Maka, Nabi dan Filosof
memiliki tingkat yang tidak sejajar, sebab para Nabi adalah Filosof (dalam arti
pilihan Tuhan) dan tidak semua Filosof adalah Nabi.
AL-FARABI DAN
PEMIKIRAN FILSAFATNYA
Resume diajukan Untuk
Memenuhi Tugas mata
Kuliah Filsafat Islam
![]() |
Oleh : Rasuki
NIM : EO1300189
Dosen Pembimbing :
Drs. Abu Sufyan, M.Ag
JURUSAN AQIDAH
FILSAFAT
FAKULTAS
USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA

Tidak ada komentar:
Posting Komentar