Posted on April 28, 2008 by
abusalafy
Di tengah-tengah dunia pemikiran
kaum Muslimin di masa silam pernah muncul sekelompok orang yang meyakini konsep
Tajsîm dan Tasybîh, bahwa Allah SWT itu berpostur, bertempat pada tempat
tertentu, dan menetapkan bagi Allah SWT berbagai konsekuensi fisik, seperti
bergerak, diam dll.
Munculnya pola pandan menyimpang
seperti itu, akibat dari syubhat-syubhat (bukan dalil) yang meracuni pikirang
mereka. Syubhat-syubhat itu berupa beberapa dzahir ayat (yang tentunya
maksudnya bukan seperti pengertian dangkal yang mereka fahami) atau adanya
beberapa hadis (baik shahih maupun bukan) atau beberepa pernyataan Salaf
(sahabat dan tokoh-tokoh ulama generesi tiga pertama).
Ciri paling menonjol pada pola
pandang kelompok ini adalah pengingkarannya terhadap penggunaan majâz dalam
bahasa Arab, dan kecenderungannya menerima dan berpegang pada riwayat yang
mengesankan (bahkan menunjukkan) tajsîm dan menutup mata dari riwayat yang
mensucikan Allah dari penyerupaan dengan hamba-Nya.
Dalam kesempatan sebelumnya: Sekte
Wahhabiyah Pewaris Mazhab Mujassimah telah kami paparkan masalah dan kami
buktikn bagiamana kecenderungan memihak kepadda hadis-hadis yang menunjukkan
tajsim telah membuat mereka menutup mata dari riwayat lain dalam hadis yang
sama yang mensucikan Allah SWT. kini saya ajak para pembaca setia Abu Salafy
menyaksikan langsung dominasi kecendreungan tersebut.
Dalam pembuktian bahwa Allah SWT
berada/bersemayma di atas langit, kaum Mujassimah (yang sekerang lebih
diwakili oleh kelompok Salafy/Wahhabi, seperti didemonstrasikan oleh Syeikh
Wahhabi; Nâshiruddîn al Albani dalam Mukhtashar al Uluw dan Syeikh as
Sabt dalam kitab Ar Rahmân ’Alâ al Asryi Istawâ) membawakan beberapa
hadis, sebagiannya shahih sanadnya, sementara sebagian lainnya cacat secara
kualitas sanadnya (walaupun oleh sebagian Mujassimah Modern disulap
menjadi hadis shahih).
Adapun hadis-hadis yang shahih
sanadnya tidak jarang mereka salah dalam memaknainya, akibat terpesonanya hati
dan pikiran mereka kepada syubhat konsep Tajsîm dan Tasybîh.
Untuk lebih jelasnya mari kita ikuti
istidlâlh/upaya pengajuan dalil oleh mereka.
Hadis Pertama:
أَلاَ تَأْمَنُونِى وَأَنَا أَمِينُ
مَنْ فِى السَّمَاءِ ، يَأْتِينِى خَبَرُ السَّمَاءِ صَبَاحًا وَمَسَاءً
“Tidaklah kalian percaya padaku,
padahal aku ini kepercayaan yang dilangit, dimana khabar datang kepadaku pada
pagi dan sore hari” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Jawab:
Abu salafy berkata:
Setiap ayat/hadis yang menyebut
kata: مَنْ فِى السَّمَاءuntuk Allah SWT maka yang
dimaksud dalam bahara orang-orang Arab (yang Al Qur’an diturunkan dengan bahasa
mereka) adalah makna majâzi, yaitu keagungan, kemuliaan dan ketinggian maknawi,
bukan ketinggain hissi (material).
Seorang pujangga Arab klasik
bersyair:
علونا السماءَ مَجْد ُنا
وجدودُنا*** و إِنَّا لنبغِي فوق ذلك مظهرا
Kami menaiki langit, kejayaan daan
moyang kami*** dan kami menginginkan kemenangan di atas itu.
Jelas sekali bahwa yang dimaksdu
menaiki/meningggii langit bukan langit fisik di atas kita itu, akan tetapi
langit kemuliaan dan keagungan.
Demikianlah yang dimaksud dalam
setiap nash yang datang dengan redaksi: مَنْ فِى السَّمَاء (andai
ia shahih tentunya). Hal demikian dikarenakan dasar-dasar yang pasti dalam al
Qur’an dan as Sunnah shahihah yang mengharuskan kita mensucikan Allah SWT dari
bersemayam, bersentuhan dan bertempat di atas langit ata di atas bumi
/bertempat pada makhluk-Nya.
Hadis di atas dalam riwayat
Bukhari& Muslim, telah mengalami “olah kata” oleh perawi. Artinya si perawi
meriwayatkannya dengan makna saja, ia tidak menghadirkan redaksi sebenarnya.
Akan tetapi seperti telah saya singgung, kaum Mujassimah lebih cenderung
membuka mata mereka ke aarah hadis di atas ketimbang membuka mata mereka
terhadap riwayat lain dari hadis ini yang juga diriwayatkan Imam Bukhari. Untuk
riwayat-riwayat yang tidak bersejalan dengan pikiran Tajsim mereka, mereka
menutup mata dan telinga mereka, seperti pada kasus hadis Jâriyah yang telah
lewat kami bicarakan.
Coba perhatikan, dalam Shahih
Bukhari dan Muslim terdapat banyak redaksi periwayatan hadis di atas yang
tersebar di beberapa tempat, akan tetapi tidak memuat kata: مَنْ فِى السَّمَاء yangb tentunya tidak akan membantu kaum Mujassimah,
karenanya hadis itu tidak pernah mereka gubris.
Perhatikan hadis di bawah ini:
فَمن يُطيعُ اللهَ إذا عصيْتُهُ،
فَيَأْمَنُنِي على أهلِ الأرضِ ولا تَأْمَنُونِى؟!
“Siapakah
yang mena’ati Allah jika aku (Nabi saw.) menentaangnya?! Dia (Allah)
mempercayaiku untuk mengurus penduduk bumi sedangkan kalian tidak
mempercayaiku?!”
coba perhatikan radaksi hadis di
atas lalu bandingkan dengan radaksi hadis sebelumnya yang juga diriwayatkaan
Bukhari!
Al Hâfidz Ibnu Hajar al Asqllani
mengomentari hadis tersebut dengan kata-katanya, “Nanti akan dibicarakan makna
sabda:
مَنْ فِى السَّمَاء pada Kitab at
Tauhid.
Kemudian seperti beliau janjikan,
beliau menguraikan makna kata tersebut:
“Al Kirmâni berkata, ‘Sabda: مَنْ فِى
السَّمَاءmakna dzâhirnya jelas bukan yang dimaksudkan, sebab
Allah Maha Suci dari bertempat di sebuah tempat, akan tetapi, karena sisi atas
adalah sisi termulia di banding sisi-sisi lainnya, maka ia disandarkan
kepada-Nya sebagai isyarat akan ketinggian Dzat dan sifat-Nya.’ Dan seperti
inilah para ulama selainya menjawan/menerangkan setiap kata yang datang dalam
nash yang menyebut kata atas dan semisalnya.” (Fathu al Bâri,28/193)
Abu Salaafy berkata: Andai seorang mau merenungkan dan
meresapi keterangan di atas pasti ia akann selaamat dari syubhat kaum
Mujassimah dan pemuja riwayat yang belum pasti; al hasyawiyah.
Jadi para ulama telah memaknai
hadis-hadis yang memuat redaksi yang mengesankan keberadaan Allah SWT di sebuah
tempat dengan pemaknaan yang sesuai dengan Kemaha Sucian dan Kemaha Agungan
Allah SWT.
Akan tetapi sepeti berulang saya
katakana, kaum Mujassimah dan mereka yang tertipu oleh syubhat kaum Mujasimah
lebih tertarik mengedepankan hadis-hadis dengan redaksi yang mendukung konsep
dan pandangan Tajsîm yang mereka yakini, walaupun mereka enggan disebut
sebagai Pewaris Mazhab Mujassimah!
(Bersambung)
Be the first to like this post.
Filed under: Aqidah,
Kajian
Hadis, Kenaifan Kaum Wahhabi, Manhaj,
Mengenal Pemimpin Wahabi
« Tokoh
Besar Wahhâbi; Syeikh Nâshiruddin al Albâni menipu Awam Wahhâbi
Hadis ‘Aina Allah’ Dimana Allah! »
22
Tanggapan
Abu
Abdurrahman, on April 28, 2008 at 4:03 am said:
Abu
Salafy berkata: “Di tengah-tengah dunia pemikiran kaum Muslimin di masa silam
pernah muncul sekelompok orang yang meyakini konsep Tajsîm dan Tasybîh, bahwa
Allah SWT itu berpostur, bertempat pada tempat tertentu, dan menetapkan bagi
Allah SWT berbagai konsekuensi fisik, seperti bergerak, diam dll.”
Abu
Abdurrahman berkata: pernyataan ini merupakan pernyataan yang mengandung
konsekuensi penafian shifat Allah, bahkan kalau Allah tidak memiliki shifat
sebagiamana yang Allah sebutkan untuk-Nya sendiri, ini berarti juga menafikan
keberadaan Allah! “Inna Lillahi wa Inna ‘Ilaihi Raji’un”
alam
menyikapi ayat-auat/hadis-hadis shifat (?) ada tiga aliran paling tidak:
MMaha Suci Allah dari Kaum Mu’athillah, Jahmiyah dan Asy’ariyah, dan yang semisal dengan mereka.
MMaha Suci Allah dari Kaum Mu’athillah, Jahmiyah dan Asy’ariyah, dan yang semisal dengan mereka.
kalau
anda meniadakan keberadaan Allah dan Shifat-Shifat-Nya, bagaimana kalau ada
orang awam yang dengan fitrahnya bertanya tentang dimana Allah? apa yang harus
kita jawab????
apakah
kita harus menjawab:
“Allah tidak dimana-mana!!”
pernyataan ini mengandung konsekuensi bahwa Allah tidak ada dan ini jelas kebathilannya!!!
“Allah tidak dimana-mana!!”
pernyataan ini mengandung konsekuensi bahwa Allah tidak ada dan ini jelas kebathilannya!!!
atau
bila dikatakan:
“Allah ada dimana-mana!!!!”
pernyataan ini memaksa bahwa Allah juga berada di pasar-pasar, ditoilet atau tempat-tempat kotor”
“Allah ada dimana-mana!!!!”
pernyataan ini memaksa bahwa Allah juga berada di pasar-pasar, ditoilet atau tempat-tempat kotor”
Maha
Tinggi Allah dari pernyaan-pernyataan bathil sperti ini dengan Ketinggian yang
sebesar-besarnya.
wahai
kaum mu’athillah!!
jika
kalian menafsirkan al-Qur-an dan as-Sunnah sesuai dengan majaz:
maka
cobalah kalian kumpulkan 5 orang saja dari ahli bahasa untuk menafsirkan
Ayat-ayat Allah dan Rasul-Nya niscaya kalian akan mendapati mereka berbeda-beda
dalam menafsirkannya.
kemudian
anda juga menolak khabar ahad untuk masalah aqidah, maka sekarang jika anta
ingin menyampaikan masalah aqidah maka janganlah anta menyampaikan seorang
diri, karena khabar anta ahad, sungguh kami tidak bisa menerimanya untuk
aqidah, untuk itu ajaklah teman-teman anta supaya khabarnya bisa mutawatir.!!!!
terakhir!!
beritahukan kepada kami Apakah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam juga Shahabat-shahabatnya radhiyallahu ta’ala ‘anhum memerintahkan untuk mennta-wil ayat-ayat shifat, apakah nereka mengetahuinya???, atau apakah mereka tidak tahu???
beritahukan kepada kami Apakah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam juga Shahabat-shahabatnya radhiyallahu ta’ala ‘anhum memerintahkan untuk mennta-wil ayat-ayat shifat, apakah nereka mengetahuinya???, atau apakah mereka tidak tahu???
“Tunjukanlah
bukti bila anta orang yang benar”
kepada
Allah-lah kami memohon taufiq!
___________
Abu Salafy:
Abu Salafy:
Akhi
Abu Abdurrahman -hadakallah ila Shawabil aiqidah-, Sepertinya Anda
sedang keracunan kerancuan berpikir kaum Mujassimah/musyabbihah…
Argumentasi yang Anda bawakan sama persisi dengan yang mereka bawakan!
Menafikan
tasybih dan tajsim tidak berkonsekuensi menafikan sifat-sifat Allah dan
kemudian berarti menafikan wujud Allah -Maha suci Allah dari anggapan kaum
jahil-!
Dalam
menyikapi ayat-ayat/hadis-hadis shifat paling tidak ada tiga aliran:
1) Menyerahkan pemaknaannya kepada Allah SWT. Artinya para ulama tidak melibatkan diri dalam menfsirkannya… tafsirnya adalah bacaannya itu!
2) Mena’wilkannya, semisal kata: يد عين وجه dll dengan penakwilan tertentu.
3) Mengartikan kata-kata sifat itu dengan arti apa adanya yang digunakan, seperti kata: نزل-خرول-ضحك dll dengan makna yang ada: turun-berlari-lari kecil dan tertawa!
1) Menyerahkan pemaknaannya kepada Allah SWT. Artinya para ulama tidak melibatkan diri dalam menfsirkannya… tafsirnya adalah bacaannya itu!
2) Mena’wilkannya, semisal kata: يد عين وجه dll dengan penakwilan tertentu.
3) Mengartikan kata-kata sifat itu dengan arti apa adanya yang digunakan, seperti kata: نزل-خرول-ضحك dll dengan makna yang ada: turun-berlari-lari kecil dan tertawa!
Aliran
pertama, no komen. Aliran kedua memberikan penafsiran yang sesuai dengan
kemahasucian dan kemaha-agungan Allah SWT. Sedangkan aliran ketika meniscayakan
tajsim dan tasybih.
Jadi
kalau kita tidak memilik aliran tidak berarti menjadi menta’thil (menafikan)
dari pensifatan!
Itu hanya khayalan kaum mujassimah dan musyabbihah belaka!
Itu hanya khayalan kaum mujassimah dan musyabbihah belaka!
Kalau
boleh saya sarankan untuk Anda saudaraku, baca buku DAF’U SYUBAHI AT TASYBIH BI
AKUFFI AT TANZIH, karya Ibnu al Jauzi, seorang ulama bermazhab Hanbali seperti
juga kaum Wahhabi (dalam klaim mereka)… di sana semua syubhat yang selama ini
menghinggap dalam pikiran saudara insyaAllah tersingkap…. atau paling tidak
saudara mengetahui dalil-dalil mereka yang menentang aliran pemikiran saudara
dan teman-teman Wahhabi/Salafy. Jangan taku membaca buku orang selain kelompok
Anda!
benthaleb, on April 28, 2008 at 1:29 pm said:
Kamu
gak bosan ya abusalfy bikin fitnah hanya dengan kebodohan dan kedangkalan
nalarmu apalagi ilmumu. Penetapan bahwa allah swt beristiwa diatas langit
adalah keimanan yang diyakini oleh salafushalih, sebagai buktinya (kamu pasti
minta bukti)
Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Pandangan yang kami ikuti berkenaan dengan masalah ini adalah pandangan Salafush Shalih seperti Imam Malik, al-Auza’i, ats-Tsauri, al-Laits bin Sa’ad, Imam asy-Syafi’i, Imam Ahmad, Ishaq bin Rahawaih dan Imam-Imam lainnya sejak dahulu hingga sekarang, yaitu mem-biarkannya seperti apa adanya, tanpa takyif (mempersoalkan kaifiyahnya/hakikatnya), tanpa tasybih (penyerupaan) dan tanpa ta’thil (penolakan). Dan setiap makna zhahir yang terlintas pada benak orang yang menganut faham musyabbihah (menyerupakan Allah dengan makhluk), maka makna tersebut sangat jauh dari Allah, karena tidak ada sesuatu pun dari ciptaan Allah yang menyerupai-Nya.
Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Pandangan yang kami ikuti berkenaan dengan masalah ini adalah pandangan Salafush Shalih seperti Imam Malik, al-Auza’i, ats-Tsauri, al-Laits bin Sa’ad, Imam asy-Syafi’i, Imam Ahmad, Ishaq bin Rahawaih dan Imam-Imam lainnya sejak dahulu hingga sekarang, yaitu mem-biarkannya seperti apa adanya, tanpa takyif (mempersoalkan kaifiyahnya/hakikatnya), tanpa tasybih (penyerupaan) dan tanpa ta’thil (penolakan). Dan setiap makna zhahir yang terlintas pada benak orang yang menganut faham musyabbihah (menyerupakan Allah dengan makhluk), maka makna tersebut sangat jauh dari Allah, karena tidak ada sesuatu pun dari ciptaan Allah yang menyerupai-Nya.
Bukti
lain: Ketika Imam Malik rahimahullah ditanya tentang istiwa’ Allah, maka beliau
menjawab:
“Istiwa’-nya Allah ma’lum (sudah diketahui maknanya), dan kaifiyatnya tidak dapat dicapai nalar (tidak diketahui), dan beriman kepadanya wajib, bertanya tentang hal tersebut adalah perkara bid’ah, dan aku tidak melihatmu kecuali dalam kesesatan.”
“Istiwa’-nya Allah ma’lum (sudah diketahui maknanya), dan kaifiyatnya tidak dapat dicapai nalar (tidak diketahui), dan beriman kepadanya wajib, bertanya tentang hal tersebut adalah perkara bid’ah, dan aku tidak melihatmu kecuali dalam kesesatan.”
Imam
Abu Hanifah juga mengatakan “Barangsiapa yang mengingkari bahwa Allah k berada
di atas langit, maka ia telah kafir.” (apa abu hanifah ra. termasuk wahabi
takfiri? buka matamu wahai abu salafy)
Jadi menurut saya kamu cuma mau membelokkan pandangan para salaf kepada pandangan sesat kamu wahai dhall mudhill.
Jadi menurut saya kamu cuma mau membelokkan pandangan para salaf kepada pandangan sesat kamu wahai dhall mudhill.
__________
Abu Salafy:
Abu Salafy:
Wan…
semoga ketika menulis tanggapan di atas Anda tidak sedang mabok….
Mabok ghurur (PD)….
atau sedang keracunan syubhat Mujassimah…
Sungguh saya, heran, Anda mengutip kata-kata Ibnu Katsir, sementara komentar tersebut merugikan aliranmu ya akhi benthaleb!
Mabok ghurur (PD)….
atau sedang keracunan syubhat Mujassimah…
Sungguh saya, heran, Anda mengutip kata-kata Ibnu Katsir, sementara komentar tersebut merugikan aliranmu ya akhi benthaleb!
Para
ulama Salaf, antara dua pendapat mereka, mendiamkan (tafwidh), tidak
menafsirkannya atau mena’wilkan ayat-ayat shifat (?).. Adapun kaum mujassimah
dan Musyabbihah mereka meyerupakan Allah dengan makhuk-Nya….
Imam
kalian menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya, memaknai nuzul, misalnya dengan
mencontohkan ia turun dari tangga mimbar yang sedang ia duduki….
Para
tokoh Mujassimah yang kalian banggakan mengatakan bahwa Allah duduk di Arsy-Nya
dan kelak di hari kaimat mendudukan Nabi Muhammad saw. di sebelah-Nya! Apa ini
bukan tajsim ben Tasybih ya berthaleb?!
Adapun
penukilan dari Imam Malik juga tidak menguntungkan kalian!
Adapun ucapan Imam Abu Hanifah tolong buktikan keshahihan penukilannya! Jangan asal nukil tanpa membuktikan kesahahihan. Itu gaya kaum Awam yang suka silau dengan riwayat/atsar betapapun palsu dan maudhu’nya!
Adapun ucapan Imam Abu Hanifah tolong buktikan keshahihan penukilannya! Jangan asal nukil tanpa membuktikan kesahahihan. Itu gaya kaum Awam yang suka silau dengan riwayat/atsar betapapun palsu dan maudhu’nya!
Ya
benthaleb, coba kalau berani sebutkan sanad ucapan Imam Abu Hanifah! Dan pasti saya akan buktikan kepada pembaca bahwa parawinya
adalah cacat berat!! Jadi jangan buat malu, saya tunggu sanadnya ya! Kalau kamu
tidak malu!
Ya
akhi benthaleb, saya beraharap kamu mampu menyelamatkan Imam kamu al Albani
dari kritik saya di atas bahwa ia curang! Benar kan?! Dia sekarang lebih butuh
kamu bela dari pada kamu puji kerapian jenggotnya saja!
Abu
Abdurrahman, on April 28, 2008 at 1:31 pm said:
mengapa
anta menghapus tulisan ana??
anta tidak mampu menjawabnya??
atau anta berjiwa pengecut??
anta tidak mampu menjawabnya??
atau anta berjiwa pengecut??
kalau
memang anta diatas al-Haq, maka tunjukanlah dalil dari kitabullah dan sunnah
Rasulillah shalallahu ‘alaihi wa sallam tentang perintah menta-wil ayat-ayat
shifat??
apakah
Rasulullah dan Shahabatnya mengetahui yang anta bicarakan tentang ta-wil
ayat-ayat shifat??? atau tidak mengetahui??
__________
Abu Salafy:
Abu Salafy:
Tulisan
yang mana mas?!
Baca
ayat 7 surah Alu Imran dan sabda Nabi saw. untuk Ibnu Abbas ra.
اللهم فقهه في الدين و علمه التأويل.
Fahami
keduanya pasti kamu terselamatkan dari jeratan syubhat Mujassimah dan
musyabbihah!
Abu
Abdurrahman, on April 28, 2008 at 2:19 pm said:
afwan
ana tidak bermaksud mengatakan anta pengecut seperti diatas tadi karena ada
kesalahfahaman di koneksi komp ana, jadi agak sedikit lambat membukanya!!
___________
Abu Salafy:
Abu Salafy:
Demi
Allah..dan cukup Allah sebagai saksi… betapa kita di sini terlihat
bertengkar/kurang akur tapi demi Allah saya tidak memandang saudara sebagai
musuh saya. Allah syahid!
mudah-mudahan Anda juga demikian memandang saya.
Saya berharap diskusi kita membuahkan hasil… kita menemukan kebenaran yang selama ini kita idam-idamkan. Amin.
mudah-mudahan Anda juga demikian memandang saya.
Saya berharap diskusi kita membuahkan hasil… kita menemukan kebenaran yang selama ini kita idam-idamkan. Amin.
Din, on April 29, 2008 at 4:55 am said:
Untuk
Abu Abdurrahman dan benthaleb dan yang lainnya
saya ingin meluruskan pendapat kalian dengan artikel yang saya dapat dari salah satu blog sbb :
apakah benar atau salah tergantung dari sudut pandang mana yang memandangnya. dan TOLONG ARTIKEL INI DIBACA DENGAN TELITI DAN DIPAHAMI MUNGKIN SEBAGAI BAHAN RENUNGAN DAN MASUKAN.
saya ingin meluruskan pendapat kalian dengan artikel yang saya dapat dari salah satu blog sbb :
apakah benar atau salah tergantung dari sudut pandang mana yang memandangnya. dan TOLONG ARTIKEL INI DIBACA DENGAN TELITI DAN DIPAHAMI MUNGKIN SEBAGAI BAHAN RENUNGAN DAN MASUKAN.
Tajsim/penjasmanian
dan Tasybih/penyerupaan Allah swt.kepada makhluk-Nya
XXXXXXXXXXXXXXXXXX
_______________
-abu salafy-
-abu salafy-
Afwan
mas Din, artikel (copy-paste) anda tidak dapat kami tampilkan (lihat
pemberitahuan disebelah kanan blog) tolong anda sebutkan aja URL (alamat link
artikel tsbt) nanti kami tampilkan.
Blog
ini telah penuh dengan copy-paste, kalo punya saudara kami tampilkan, maka para
wahabi akan membalas anda dengan copy-paste juga, karena hoby mereka memposting
copy-paste. dan blog ini sudah penuh dengan copy-paste mereka!
ma’af
ya!
wassalam
wassalam
benthaleb, on April 29, 2008 at 11:49 am said:
kalau
perkataan ulama diatas kamu fahami dengan pemahaman akal kamu yang gak beres ya
memang seperti membenarkan ocehan kamu tapi menurut pemahaman akal yang beres
dan punya bashiroh tentunya tidak sebagimana pemahamnmu. sekarang tinggal kita
ini mau jadi orang yang beres ya pasti akan menolak pendapatmu yang tidak
beres.
Perkataan abu hanifah saya kira kamu punya bukunya karena buku ini juga kamu jadikan referensi.
Asal jujur aja kamu ya abu salafy…..!
Perkataan abu hanifah saya kira kamu punya bukunya karena buku ini juga kamu jadikan referensi.
Asal jujur aja kamu ya abu salafy…..!
__________
Abu Salafy:
Abu Salafy:
Salam
wan benthaleb….
Anda menukil kalimat Abu Hanifah yang dalam anggapan kaum Mujassimah mendukung pendapat mereka, lalu kami meminta Anda untuk membawakan sanadnya, apa itu salah? Bukankan tanpa sanad yang dapat dipertanggung jawabkan semua orang bisa ngomong dan asal gomong?!
Anda menukil kalimat Abu Hanifah yang dalam anggapan kaum Mujassimah mendukung pendapat mereka, lalu kami meminta Anda untuk membawakan sanadnya, apa itu salah? Bukankan tanpa sanad yang dapat dipertanggung jawabkan semua orang bisa ngomong dan asal gomong?!
Kami
memaklumi kenapa Anda berbelit-belit untuk mau menyebutkan sanad ucapan Abu
hanifah itu, sebab Anda takut dipermalukan di sini kan? Sebab kami akan
membongkar kepalsuannya?!
Jadi
begini saja, Anda rembukan dulu dengan ustadz-ustadz Wahhabi Anda dan kalau
mereka mengizinkan itu artinya siap dipermalukan di sini pasti mereka
mengizinkan! Kalau tidak, ya Anda ta’ati saja! Bukankah mena’ati dan bertaqlid
kepada ulama (pewaris para Nabi as.) itu wajib hukumnya!!
Adapun
kata-kata kasar, itu kami sudah biasa mendengarnya dari kaum rendahan, jadi
kami berharap Anda (sebagai keturunan Arab berakhlak mulia) tidak termasuk dari
mereka.
Abu
Abdurrahman, on April 29, 2008 at 3:19 pm said:
bagaimana
dengan perkataan al-Hafidz Ibn Hajar rahimahullah dalam al-Fath 13/417,Tahqiq:Abdul
Qadir Syaibah al-Hamd, terbitan: al-Malik al-Amir Sulthan bin Abdul Aziz Alu
Su’ud, Cetakan pertama 1421H,: “dikeluarkan oleh al-Baihaqi dengan sanad jayyid
dari al-Auza’i ia berkata:
كُنَّا وَالتَّابَعُوْنَ مُتَوَافِرُوْنَ نَقُوْلُ : انَّ اللهَ عَلَى عَرْشِهِ وَنُؤْمِنُ بِمَا وَرَدَتْ بِهِ السُنَّةَ مِنْ صِفَاتِ اللهِ تَعَالَى
“Kami dan para Tabi’in semuanya menetapkan dengan kesepakatan qaul kami bahwa: Sesungguhnya Allah di atas ‘Arsy-Nya dan kami beriman dengan apa yang telah dinyatakan oleh Sunnah berkenaan sifat-sifat Allah Ta’ala”
كُنَّا وَالتَّابَعُوْنَ مُتَوَافِرُوْنَ نَقُوْلُ : انَّ اللهَ عَلَى عَرْشِهِ وَنُؤْمِنُ بِمَا وَرَدَتْ بِهِ السُنَّةَ مِنْ صِفَاتِ اللهِ تَعَالَى
“Kami dan para Tabi’in semuanya menetapkan dengan kesepakatan qaul kami bahwa: Sesungguhnya Allah di atas ‘Arsy-Nya dan kami beriman dengan apa yang telah dinyatakan oleh Sunnah berkenaan sifat-sifat Allah Ta’ala”
berkata
al-Humaidi rahimahullah dalam kitabnya Ushulussunnah hal. 42, Dar Ibnul ‘Atsir
– Kuwait, Dirasah dan Tahqiq: Misy’al Muhammad al-Hadadi, Cetakan Pertama
1418H, berkata:
وما نطق به القرآن والحديث مثل قوله تعالى: ” وقالَتِ اليَهُودُ يدُ اللَّه مَغْلُولةً غلّت أيْديهم ولُعِنُوا بما قَالُوا بَلْ يَدَاه مَبْسُوطتان ” سورة المائدة آية 64. ومثل قوله تعالى: ” والسّمواتُ مَطْوياتٌ بيَمينه ” سورة الزمر آية 67. وما أشبه هذا من القرآن والحديث لا نزيد فيه ولا نفسّره، ونقف على ما وقف عليه القرآن والسنة
“dan apa yang disebutkan dalam al-qur-an dan al-hadits, seperti, “”orang-orang yahudi berkata: tangan Allah terbelenggu, sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu” (al-Maaidah-4), “dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya” (az-Zumar:67), dan ayat-ayat al-qur-an dan al-hadits, yang sejenis dengan ayat diatas tidak boleh menambah-nambahinya dan juga tidak boleh menta-wilnya, kita memutuskan sebagaima yang diputuskan al-qur-an dan as-sunnah”
selanjutnya beliau berkata:
ونقول: ” الرحمنُ على العرش استوى ” ، ومن زعم غير هذا فهوِ مُبْطِلٌ جهميٌّ
“dan kami menegaskan : “Yang Maha Pemurah, yang beristiwa diatas Arsy” (Thaa-haa:5), barangsiapa yang berpendapat selain itu ia adalah seorang mu’athil dan jahmi.”
وما نطق به القرآن والحديث مثل قوله تعالى: ” وقالَتِ اليَهُودُ يدُ اللَّه مَغْلُولةً غلّت أيْديهم ولُعِنُوا بما قَالُوا بَلْ يَدَاه مَبْسُوطتان ” سورة المائدة آية 64. ومثل قوله تعالى: ” والسّمواتُ مَطْوياتٌ بيَمينه ” سورة الزمر آية 67. وما أشبه هذا من القرآن والحديث لا نزيد فيه ولا نفسّره، ونقف على ما وقف عليه القرآن والسنة
“dan apa yang disebutkan dalam al-qur-an dan al-hadits, seperti, “”orang-orang yahudi berkata: tangan Allah terbelenggu, sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu” (al-Maaidah-4), “dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya” (az-Zumar:67), dan ayat-ayat al-qur-an dan al-hadits, yang sejenis dengan ayat diatas tidak boleh menambah-nambahinya dan juga tidak boleh menta-wilnya, kita memutuskan sebagaima yang diputuskan al-qur-an dan as-sunnah”
selanjutnya beliau berkata:
ونقول: ” الرحمنُ على العرش استوى ” ، ومن زعم غير هذا فهوِ مُبْطِلٌ جهميٌّ
“dan kami menegaskan : “Yang Maha Pemurah, yang beristiwa diatas Arsy” (Thaa-haa:5), barangsiapa yang berpendapat selain itu ia adalah seorang mu’athil dan jahmi.”
bagaimana????
begitu
jug Imam al-Mufassir ath-Thabari rahiamhullah ketika mentafsirkan surat
al-Hadid ayat:4: beliau berkata:
وهو شاهد لكم أيها الناس أينما كنتم يعلمكم، ويعلم أعمالكم، …، وهو على عرشه فوق سمواته السبع
“Dia melihat kamu wahai manusia! Di mana saja kamu berada, Dia mengetahui (apa saja) tentang kamu dan mengetahui segala amal kamu.., Dan Dia di atas ‘ArasyNya dan ‘ArasyNya di atas langit yang ke tujuh”
وهو شاهد لكم أيها الناس أينما كنتم يعلمكم، ويعلم أعمالكم، …، وهو على عرشه فوق سمواته السبع
“Dia melihat kamu wahai manusia! Di mana saja kamu berada, Dia mengetahui (apa saja) tentang kamu dan mengetahui segala amal kamu.., Dan Dia di atas ‘ArasyNya dan ‘ArasyNya di atas langit yang ke tujuh”
begitu
juga IbnKatsir ketika menafsirkan al-A’raf:54::
maka maka merujuklah kepada kitab-kitab tersebu (walaupun masih banyak kitab yang membahas masalah ini)!!!
maka maka merujuklah kepada kitab-kitab tersebu (walaupun masih banyak kitab yang membahas masalah ini)!!!
__________
Abu Salafy:
Abu Salafy:
Mas
abu abdurrahman, pertama, tolong baca pengumuman kami hari ini di: Hadis ‘Aina Allah’ Dimana Allah!
kedua,
saya berharap Anda mau membaca sikap dan mazhab Ibnu Jarir, Ibnu Hajar dalam
menyikapi ayat-hadis shifat….
Saya
harap Anda bersabar, karena kami akan membahasnya dalam kesempatan lain. dengan
melibatkan sebanyak mungkin data untuk diskusi kita. Gimana, setuju mas?
untuk
semua yang saudara bawakan di atas insyaAllah akan kami bahas nanti bidznillah
wa tawfiqihi..
Abu
Abdurrahman, on April 29, 2008 at 3:41 pm said:
lagi-lagi
anta tidak menjawab pertanyaan ana, mana dalil perintah ment-wil dari al-qur-an
dan as-Sunnah????
sebab
menetapkan sesuatu harus dengan dalil!!!
bukan
akal-akalan,dan niat baik saja untuk mensucikan Allah
bukankah
al-Imam asy-Syafi’i rahimahullah pernah berkata:
من استحسان فقد شرع
“barangsiapa yang menganggap baik perbuatan (tanpa dalil) berarrti ia telah menetapkan syari’at” (al-Musytashfa – al-Imam al-Ghazali)
من استحسان فقد شرع
“barangsiapa yang menganggap baik perbuatan (tanpa dalil) berarrti ia telah menetapkan syari’at” (al-Musytashfa – al-Imam al-Ghazali)
lalu
siapakah abu salafy yang berani-beraninya menganggap pebuatan anta baik untuk
menjauhkan dari tajsim dan tasybih terhadap Allah Jalla wa ‘Ala, apakah anda
pembuat syari’at???
mana
dalilnya???? mana hujjahnya???
__________
Abu Salafy:
Abu Salafy:
Salamun
Alaikum mas abu.
kemarin sudah saya jawab kan?!
Tapi nggak apalah saya sebutkan lagi di sini.
Tolong baca jawaban saya di:
kemarin sudah saya jawab kan?!
Tapi nggak apalah saya sebutkan lagi di sini.
Tolong baca jawaban saya di:
1.
Benarkah Wahhabiyah Pewaris Sejati Mazhab salaf? (1)
2. Benarkah Wahhabiyah Pewaris Sejati Mazhab salaf? (2)
2. Benarkah Wahhabiyah Pewaris Sejati Mazhab salaf? (2)
selain
itu, nanti akan saya tambahkan lagi bukti-bukti baru kalau bukti dalam dua
artikel saya di atas dirasa kurang cukup. Insyaallah.
Din, on April 30, 2008 at 8:08 am said:
terima
kasih atas sarannya
arsyad, on April 30, 2008 at 9:13 am said:
koq
judulnya
“Membongkar Syubhat….”?
“Membongkar Syubhat….”?
ane
usul kalo diterima, kenafa gak
“Membongkar Ideologi…” ?
Abu Salafy:
Memang itu ideologi mereka, akan tetapi mereka gemar menabur syubhat itu di tengah-tengah kaum awam… jadi atas pertimbangan itu kami tulis judul di atas. Bisa jadi hemat Anda yang lebih benar.
“Membongkar Ideologi…” ?
Abu Salafy:
Memang itu ideologi mereka, akan tetapi mereka gemar menabur syubhat itu di tengah-tengah kaum awam… jadi atas pertimbangan itu kami tulis judul di atas. Bisa jadi hemat Anda yang lebih benar.
benthaleb, on April 30, 2008 at 1:22 pm said:
kalau
ayat الرحمن على العرش استوى
dimaknai استىلاءه على العرش
maka seandainya dihubungkan dengan ayat
و كان عرشه علي الماء maka maknanya adalah kekuasaan allah itu ada diatas air, ini suatu hal yang mustahil karena kekuasaan allah meliputi langit dan bumi dan yang ada diantaranya. Maka benarlah pemaknaan sebagaimana apa adanya bhw allah bersemayam diatas ‘arsy tanpa bisa dan boleh diserupakan dengan bersemayamnya makhluknya. dan rupanya abu salafy hendak memaksakan pemahaman kaum mu’athilah dari grup abdullah bin kilab yang diikuti oleh orang2 asy’ariyah yang justru menafikan tentang keberadaan allah diatas arsynya. Dan lucunya lagi abu salafy menafsirkan ayat allah tentang keberadaan allah diatas langit cuma bemodalkan pada perkataan penyair yang tidak diketahui keabsahannya/siapa si penyair ini/apa aqidahnya dengan kata lain penyair majhul. dan hadis shaih yang diriwyatkan bukhari yang digunakan imam bukhari untuk membantah kaum jahmiyah dan mu’athilah seperti abu salafy justru dimaknainya dengan seenak udelnya untuk membenarkan kebathilan fahamnya.
dan lagi untuk membuktikan kebenaran allah bersemayam diatas arsy dilangit adalah riwayat bukhari-muslim dari abu hurairah tentang pergantian malaikat siang dan malam yang kemudian mereka naik kelangit untuk melaporkan perihal hamba pada allah (و هو اعلم) .Kemudian riwayat dari muslim ketika haji wada’ dan nabi mengatakan telah menyampaikan seluruh risalah (jadi gak perlu lagi tambahan2 hal baru) dan beliau berkata اللهم اشهد seraya mengisyaratkn telunjuk beliau kelangit. jadi wahai abu salafy secara dhohir sudah kelihatan bahwa nabi mengajarkan pada kita bahwa allah itu ada dilangit dan bersemayam diatas arsynya apakah engkau yang mengaku mencintai beliau dan keturunan beliau masih mau menolak? kebenaran macam apa yang kau cari wahai abu salafy….?
dimaknai استىلاءه على العرش
maka seandainya dihubungkan dengan ayat
و كان عرشه علي الماء maka maknanya adalah kekuasaan allah itu ada diatas air, ini suatu hal yang mustahil karena kekuasaan allah meliputi langit dan bumi dan yang ada diantaranya. Maka benarlah pemaknaan sebagaimana apa adanya bhw allah bersemayam diatas ‘arsy tanpa bisa dan boleh diserupakan dengan bersemayamnya makhluknya. dan rupanya abu salafy hendak memaksakan pemahaman kaum mu’athilah dari grup abdullah bin kilab yang diikuti oleh orang2 asy’ariyah yang justru menafikan tentang keberadaan allah diatas arsynya. Dan lucunya lagi abu salafy menafsirkan ayat allah tentang keberadaan allah diatas langit cuma bemodalkan pada perkataan penyair yang tidak diketahui keabsahannya/siapa si penyair ini/apa aqidahnya dengan kata lain penyair majhul. dan hadis shaih yang diriwyatkan bukhari yang digunakan imam bukhari untuk membantah kaum jahmiyah dan mu’athilah seperti abu salafy justru dimaknainya dengan seenak udelnya untuk membenarkan kebathilan fahamnya.
dan lagi untuk membuktikan kebenaran allah bersemayam diatas arsy dilangit adalah riwayat bukhari-muslim dari abu hurairah tentang pergantian malaikat siang dan malam yang kemudian mereka naik kelangit untuk melaporkan perihal hamba pada allah (و هو اعلم) .Kemudian riwayat dari muslim ketika haji wada’ dan nabi mengatakan telah menyampaikan seluruh risalah (jadi gak perlu lagi tambahan2 hal baru) dan beliau berkata اللهم اشهد seraya mengisyaratkn telunjuk beliau kelangit. jadi wahai abu salafy secara dhohir sudah kelihatan bahwa nabi mengajarkan pada kita bahwa allah itu ada dilangit dan bersemayam diatas arsynya apakah engkau yang mengaku mencintai beliau dan keturunan beliau masih mau menolak? kebenaran macam apa yang kau cari wahai abu salafy….?
___________
Abu Salafy:
Abu Salafy:
Semua
syubhat yang Anda sampaikan itu telah dibantah habis oleh ulama Ahlusunnah!
tapi sayang Anda mungkin belum membacanya atau takut membacanya, karenanya
racum tajsim dan tasybih belum bisa dikeluarkan dari pikran Anda! (maaf ya).
Akhi
benthaleb, apa yang Anda pahami dari ‘Uluw nya Allah di atas arsy-Nya itu?
‘Uluw hissi atau ‘ulw maknawi?
Apa
Anda yakin Allah itu di langit? Atau dibumi? atau ditempat lain?
Oh ya, bagaimana Anda dan ulama-ulama Mujassimah Anda memahami ayat-ayat di bawah ini yang menunjukkan Allah itu bukan di langit:
Oh ya, bagaimana Anda dan ulama-ulama Mujassimah Anda memahami ayat-ayat di bawah ini yang menunjukkan Allah itu bukan di langit:
1 – قال تعالى : * ( فلما أتاها نودي من شاطئ الواد الايمن في البقعة المباركة من الشجرة أن يا موسى إني أنا الله رب العالمين * وأن ألق عصاك فلما رآها تهتز كأنها جآن ولى مدبرا ولم يعقب يا موسى أقبل ولا تخف إنك من الامنين ” القصص : 30 – 31 .
2
– وقال تعالى : * ( والذين كفروا أعمالهم كسراب بقيعة
يحسبه الخمان ماء حتى إذا جاءه لم يجده شيئا ووجد الله عنده فوفاه حسابه والله
سريع الحساب ) * النور : 39 .
3 – وقال تعالى : * ( ونحن أقرب إليه منكم ولكن لا تبصرون ) * الواقعة .
4 – وقال تعالى : * ( ما يكون من نجوى ثلاثة إلا هو رابعهم ولا خمسة إلا هو سادسهم ولا أدنى من ذلك ولا أكثر الا هو معهم أين ما كانوا ” المجادلة : 7
5 – وقال تعالى لسيدنا موسى وأخيه سيدنا هارون * ( إنني معكما أسمع وأرى ) * طه : 46 .
3 – وقال تعالى : * ( ونحن أقرب إليه منكم ولكن لا تبصرون ) * الواقعة .
4 – وقال تعالى : * ( ما يكون من نجوى ثلاثة إلا هو رابعهم ولا خمسة إلا هو سادسهم ولا أدنى من ذلك ولا أكثر الا هو معهم أين ما كانوا ” المجادلة : 7
5 – وقال تعالى لسيدنا موسى وأخيه سيدنا هارون * ( إنني معكما أسمع وأرى ) * طه : 46 .
6
– وقال تعالى : * ( وهو معكم أينما كنتم ) * الحديد : 4
، :
Cukup
dulu ustdaz benthaleb.
Alhamdulillah rupanya komputer ustdaz sekarang sudah bisa tulis bahasa Arab, Jadi gimana, apa kita berdiskusi dengan mengunakan bahasa Arab aja? Jelek-jelek begini saya ini santrinya Kyia NU yang ahli nahwu dan bahasa Arab… walaupun belum pernah jadi TKI di negeri Arab sana!
Alhamdulillah rupanya komputer ustdaz sekarang sudah bisa tulis bahasa Arab, Jadi gimana, apa kita berdiskusi dengan mengunakan bahasa Arab aja? Jelek-jelek begini saya ini santrinya Kyia NU yang ahli nahwu dan bahasa Arab… walaupun belum pernah jadi TKI di negeri Arab sana!
Wong
Bodoh, on April 30, 2008 at 4:09 pm said:
Yth
Abu Salafy
assalamu
alaikum wr. wb.
Sampean
minta bin thaleb membawakan sanad ucapan Imam hanafi? tentu ya nggak berani,
bener sampean apa siap dibikin malu,
kalo
ngomong sama kita yang bodoh ini wahabi sedikit-sedikit bawa hadis riwayat ini
riwayat itu, tapi kalo ngedepi tiang kados panjenengan yo miki-mikir desek to…
jangan
harap ben thaleb mau membawakan…
maju
terus pak yai (abu salafy), wahabi pun ketingalan kedodorane!
benthaleb, on Mei 1, 2008 at 3:45 am said:
komentar
saya disini tentana ‘aina allah kok gak muncul bib? apa saya yang keliru
postingnya ya?
_________
abu salafy
abu salafy
akhi
benthaleb, dak usah banyak berbohong.
tulisan anda sama sekali tidak berbobot,
jadi tidak ada yang perlu ditakuti.
jawab saja tulisan saya dak perlu lari kesana kemari!
Sanad ucapan Imam Abu Hanifah sampai sekarang belum anda bawakan, takut dipermalukan ya?
tulisan anda sama sekali tidak berbobot,
jadi tidak ada yang perlu ditakuti.
jawab saja tulisan saya dak perlu lari kesana kemari!
Sanad ucapan Imam Abu Hanifah sampai sekarang belum anda bawakan, takut dipermalukan ya?
benthaleb, on Mei 1, 2008 at 5:10 am said:
Sifat
“uluwnya allah jangan pakai pemahaman syair ya abu salafy assegaf, tapi pkai
pemahaman para salaf seperti sahabt dan tabi’in lebih selmet dari perkataan
penyair majhul.
Kalau
diskusi pakai bahasa arab disini maka manfaatnya tidak bisa diambil oleh semua
pengunjung blog kamu, tapi bagaimana kalau kita ngomong2 pertelpon aja?
telponmu berapa nanti jangan kuatir saya yang nelpon !!! OK!!!
__________
Abu Salafy:
Abu Salafy:
Salam
ya tukang nujum…
Begini aja, Anda sebutkn dengan tanpa malu, menurut Anda ‘Ulw Allah itu bersifat ma’nawi atau hissi?
Kemudian sebutkan tafsiran Salaf yang sesuai dengan tafsiran kaum Wahhabiah Mujasimah?
Masalah menulis komentar dengan bahasa Arab saya idak ingin mamakasa Anda lagi, mungkin itu merepotkan Anda…. dan menurut Anda sedikit manfa’atnya. Apalagi telpon lebih sedikit ,manfaatnya… Jika Anda punya banyak uang reyal, dari pada dibuang untuk pulsa, lebih baik disimpan saja untuk membeli alat cukur merapikan jenggot-jenggot yang serabutan…
Begini aja, Anda sebutkn dengan tanpa malu, menurut Anda ‘Ulw Allah itu bersifat ma’nawi atau hissi?
Kemudian sebutkan tafsiran Salaf yang sesuai dengan tafsiran kaum Wahhabiah Mujasimah?
Masalah menulis komentar dengan bahasa Arab saya idak ingin mamakasa Anda lagi, mungkin itu merepotkan Anda…. dan menurut Anda sedikit manfa’atnya. Apalagi telpon lebih sedikit ,manfaatnya… Jika Anda punya banyak uang reyal, dari pada dibuang untuk pulsa, lebih baik disimpan saja untuk membeli alat cukur merapikan jenggot-jenggot yang serabutan…
ora-urus, on Mei 1, 2008 at 7:28 am said:
Buat
pak kyai saya mau tanyak kalau allah tidak dilangit terus ngapin nabi isro’
mi’rojnya ada kelangitnya? ini mungkin yng jadi pegangan mereka, jadi kulo
nyuwun sanget dipun jelasaken.
__________
Abu Salafy:
Abu Salafy:
Allah
SWT mengisra’kan Nabi Nya ke langit untuk: memperlihatkan kepadanya tanda-tanda
kebesaranNya. Baca ayat 1 surah a Isra’.
assalamah, on Mei 1, 2008 at 7:30 am said:
tentang
mslh istiwa’,kami yg bermadzab ahlus sunah hanya mengimani saja terhadap ayat2
yg menyebutkan tentang ISTIWA’. dan tanpa berani mencoba2 utk mentakwil2kan .
sebab hal itu akan menjerumuskan seseorang kpd kekafiran. yg sy heran kenapa
antum kok membawakan syubhat2 bodoh tersebut?? untuk apa? dan dgn tujuan apa??
sdgkan bertanya saja tentang mslh itu secara mendetail sdh merupakan perbuatan
“bid’ah”.apa lg menjadikanya sbgai bahan obrolan seperti ini.
__________
Abu Salafy:
Abu Salafy:
Kalau
Ahli Bid’ah yang mengaku sebagai Ahlusunnah sudak mengacau pikiran awam dengan
syubhat-syubhat palsu murahan, apa kita harus diam tidak membongkarnya?
Jadi semestinya pertanyaan/protes (jika itu protes) Anda akan lebih tepat jika Anda alamatkan kepada kaum Wahhabiyah Mujassimah bukan kepada yang mau menerangkan masalah dan menepis syubhat murahan!
Jadi semestinya pertanyaan/protes (jika itu protes) Anda akan lebih tepat jika Anda alamatkan kepada kaum Wahhabiyah Mujassimah bukan kepada yang mau menerangkan masalah dan menepis syubhat murahan!
cleaner, on Mei 2, 2008 at 10:08 am said:
Yabd
perlu dipahami adalah:
1. (Dimensi) ruang; waktu, dan kesadaran adalah makhluq Alloh. Alloh tidak dibatasi ruang dan waktu dan kesadaran makhluq. Bukankah dalil bahwa alloh pencipta segalanya, dan tidak setipa dengan apapun adalah cukup untuk hujjah ini.
2. Nash2 yg menyatakan sifat atau perbuatan sabg pebcipta tentunya gaeis dipahami:
a. Maknanya kita serahkan pada alloh,
b. Harus dipahami alloh bukan makhluq, memahami makna sifat atau perbuatan itu tentu dalam pengertian memahami sesuatu yang diluar batas ruang, waktu, dam kesadaran.
c. Jika memang ada dalil2 bahwa memhami ayat2 sifat itu memakai bahasa majaz adalah sesuatu yang boleh atau bahkan diajarkan nabi, saya kira lebih baik, untuk menghidari mujassimah,
d. Dalih mengatakan bahwa kita meyakini ayat2 itu, tanpa menjelaskan bahwa maknanya diserahkn pada alloh dan alloh bukan mahluq (tidak terikat waktu, ruang, ) bisa menjebak ke mujassimah
1. (Dimensi) ruang; waktu, dan kesadaran adalah makhluq Alloh. Alloh tidak dibatasi ruang dan waktu dan kesadaran makhluq. Bukankah dalil bahwa alloh pencipta segalanya, dan tidak setipa dengan apapun adalah cukup untuk hujjah ini.
2. Nash2 yg menyatakan sifat atau perbuatan sabg pebcipta tentunya gaeis dipahami:
a. Maknanya kita serahkan pada alloh,
b. Harus dipahami alloh bukan makhluq, memahami makna sifat atau perbuatan itu tentu dalam pengertian memahami sesuatu yang diluar batas ruang, waktu, dam kesadaran.
c. Jika memang ada dalil2 bahwa memhami ayat2 sifat itu memakai bahasa majaz adalah sesuatu yang boleh atau bahkan diajarkan nabi, saya kira lebih baik, untuk menghidari mujassimah,
d. Dalih mengatakan bahwa kita meyakini ayat2 itu, tanpa menjelaskan bahwa maknanya diserahkn pada alloh dan alloh bukan mahluq (tidak terikat waktu, ruang, ) bisa menjebak ke mujassimah
cintaku, on Mei 2, 2008 at 2:44 pm said:
mas
abusalafy kalau mas ditanya dimana Allah jawabnya apa???
__________
Abu Salafy:
Abu Salafy:
Bukankah
tempat itu ciptaan Allah? Lalu bagaimana kita akan bertanya dimana Allah?
Pertanyaannya sudah salah mas!
Hanya kaum Mujassimah (Wahhabiyah) seperti Ibnu Taimiyah, dan anak-anak pikirannya seperti Utsaimin saja yang meyakini Allah bertempat!
Hanya kaum Mujassimah (Wahhabiyah) seperti Ibnu Taimiyah, dan anak-anak pikirannya seperti Utsaimin saja yang meyakini Allah bertempat!
Pertanyaan
seperti itu muncul di pikiran saudara karena mungkin saudara membayangkan Allah
itu seperti meteri lain! Lalu saudara akan diserang syubhat kalau Allah SWT.
tidak di mana-nama (tidak bertempat) berarti tidak ada! Itu anggapan yang salah
mas….!
Saya
berharap syubhat-syubhat seperti itu bisa terusir dengan dalil-dalil apabila
saudara mau membaca dan memperlajari akidah Islam dengan benar.
Kalau
menurut saudara, Allah itu bertempat di mana?
Wassalam.
Wassalam.
din, on Mei 3, 2008 at 3:52 pm said:
Allah
” Laisa Kamistlihi syai’un (tidak ada persamaanNya dengan sesuatu) Zat Allah
dan ujudNya itu bukan “Jisim” (berupa bentuk),
misalkan untuk mengatakan bahwa “ujud zat Allah itu, berupa cahaya yang putih, berbentuk ini,itu dan sebagainya, maka kata-kata yang demikian jelas merupakan kata-kata yang syirik (na’uzubillahi min dzalik).
yang jelas kita meyakini bahwa Allah Wujud (ada). Allah wajib adaNya/ Allah pasti adaNya. Mustahil Allah tidak ada.
Bisakah alam dan sesuatu ini terjadi dengan sendirinya, tentulah jawabnya tidak bisa. maka Allah pasti adanya (wujud).
wasalammualaikum
misalkan untuk mengatakan bahwa “ujud zat Allah itu, berupa cahaya yang putih, berbentuk ini,itu dan sebagainya, maka kata-kata yang demikian jelas merupakan kata-kata yang syirik (na’uzubillahi min dzalik).
yang jelas kita meyakini bahwa Allah Wujud (ada). Allah wajib adaNya/ Allah pasti adaNya. Mustahil Allah tidak ada.
Bisakah alam dan sesuatu ini terjadi dengan sendirinya, tentulah jawabnya tidak bisa. maka Allah pasti adanya (wujud).
wasalammualaikum
Tholib
ILim, on Mei 3, 2008 at 5:37 pm said:
@cintaku
mas/mbak
cintaku…
Dimana
Allah?
“Dan
apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah bahwasanya
Aku ini dekat …” (QS. Al Baqarah :186)
“..
dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya” (QS. Qaaf:16)
”
… ingatlah bahwa sesungguhnya Dia maha meliputi segala sesuatu” (QS. Al
Fushilat 54)
”
… kemanapun kamu menghadap disitulah wajah Allah .. “(QS. Al Baqarah:115)
Untuk
pembahasannya, dan sebagai perbandingan, jika saudara mau bacalah artikel
dibawah ini:
Dimanakah
Sebenarnya Allah ? klik disini:
Agus
NU, on Mei 4, 2008 at 7:00 pm said:
Salam
to semua……..
Ayna Allah? Mata Allah ? Kaefa Allah ? Kam Allah ?
Syekh Nawawi bin Umar al-Bantany al-Jawi dlm syarh qathru al-Ghaits li Abi Laits menjlaskan keempat prtanyaan tsb;
1. Laysa fi makan wa la yamurru alaihi zaman.
2. Awwalun bila ibtida’in wa akhirun bila intiha’in.
3. Laysa kamitslihi syae’un.
4. Ahadun walaysa ahaduhu min ajza’in.
Mohon koreksi dlm penukilannya..
Jd klo Allah SWT bersemayam di ‘Arsy sprti yg diyakini seyakin-yakinnya oleh gol mujassimah atau yg mewarisinya,maka jelas-jelas syubhat yg nyata.
Maha Suci Allah (Subhanallah) sama dg makhluknya.
Ayna Allah? Mata Allah ? Kaefa Allah ? Kam Allah ?
Syekh Nawawi bin Umar al-Bantany al-Jawi dlm syarh qathru al-Ghaits li Abi Laits menjlaskan keempat prtanyaan tsb;
1. Laysa fi makan wa la yamurru alaihi zaman.
2. Awwalun bila ibtida’in wa akhirun bila intiha’in.
3. Laysa kamitslihi syae’un.
4. Ahadun walaysa ahaduhu min ajza’in.
Mohon koreksi dlm penukilannya..
Jd klo Allah SWT bersemayam di ‘Arsy sprti yg diyakini seyakin-yakinnya oleh gol mujassimah atau yg mewarisinya,maka jelas-jelas syubhat yg nyata.
Maha Suci Allah (Subhanallah) sama dg makhluknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar