Minggu, 20 Mei 2012

Menguak Misteri Muhammad



Menguak Misteri Muhammad

Kepalsuan nabi-nabi sejati umat Kristiani terbongkar bersama ayat-ayat palsu yang dinisbahkan kepada Nabi Daud, Yohanes, Yesus, dan sebagainya. Misteri Muhammad pun terkuak lewat Injil yang telah lama disembunyikan.

Tuesday, November 06, 2007

Pengantar

Nabi Arabia yang Disebutkan dalam Alkitab (Bibel)

"Ucapan Ilahi terhadap Arabia." (Yesaya 21:13)

Periode kesarjanaan klasik yang mandul saat ini, disertai kurangnya pengetahuan kita tentang bahasa-bahasa kuno, telah melumpuhkan cita rasa modern dalam mengapresiasi setiap upaya seperti yang hendak saya lakukan. Halaman-halaman berikut ini telah menghasilkan serangkaian artikel yang sangat cerdas dari pena Rev. Profesor David Benjamin Keldani (Abdul Ahad Dawud), tetapi saya ragu apakah terdapat banyak orang, dikalangan hierarki gereja kristen sekalipun, yang dapat mengikuti penjelasan terperinci dari seorang Profesor yang berpengetahuan tinggi ini. Malah saya benar-benar ragu ketika ia berusaha membawa para pembacanya kedalam sebuah labirin ilmu pengetahuan dari ratusan tahun silam.

Bagaimana dengan bahasa Aramia, ketika sangat sedikit dikalangan pendeta sekalipun yang mampu memahami versi Perjanjian Baru dalam bahasa latin (Vulgate) dan versi bahasa Yunani? Khususnya lagi ketika riset-riset kami didasarkan hanya pada etimologi bahasa Yunani dan Latin!

Bagaimanapun nilai disertasi-disertasi seperti itu di mata musuh kami, pada saat sekarang, sama sekali tidak mampu mengapresiasinya dari sudut ilmu pengetahuan; karena ambiguitas makna yang melekat pada ungkapan-ungkapan nubuat yang saya singgung membuat ungkapan-ungkapan itu cukup elastis untuk mencakup setiap kasus.

Yang dikatakan "paling kurang" dalam nubuat Johanes Pembaptis tidak mungkin adalah anak Maria, meskipun ia dipandang hina oleh masyarakat bangsanya sendiri. Asal tukang kayu suci itu dari kalangan sederhana. Ia dicemooh, diperolok, dan didiskreditkan, ia diremehkan dan dibuat keliatan "paling kurang" dalam penilaian kalangan Scribe (ahli menulis) dan Pharisee (anggota sekte Yahudi yang menafsirkan hukum Musa secara keras).

Ekses dari semangat yang ditunjukkan oleh para pengikutnya pada abad kedua dan ketiga masehi, yang selalu cenderung loncat pada apa saja dalam bentuk nubuat dalam Alkitab, sudah pasti akan menyebabkan mereka meyakini ahwa Tuhan mereka adalah orang yang disinggung oleh Yohanes Pembaptis.

Namun, ada kesulitan lain yang menghadang, bagaimana seseorang dapat mempercayai kesaksian dari sebuah kitab yang tak dapat disangkal penuh dengan dongeng? Keaslian Alkitab telah dipertanyakan oleh seluruh dunia. Tanpa menindaklanjuti pertanyaan tentang keasliannya, paling tidak kita bisa mengatakan bahwa kita tidak bisa bergantung pada pernyataan-pernyataan Alkitab mengenai Yesus dan mukjizat-mukjizatnya.

Sebagian orang malah lebih jauh lagi menegaskan bahwa eksistensi dia sebagai makhluk bersejarah dipertanyakan, dan menurut kitab Injil akan berbahaya kalau sampai pada sesuatu kesimpulan yang keliatannya aman mengenai masalah ini.

Seorang Kristen Fundamentalis tidak bisa berkomentar apa pun terhadap pernyataan saya mengenai hal ini. Jika "kalimat-kalimat sesat" dan kata-kata yang objektif dalam Perjanjian Lama dapat dikhususkan oleh para penulis sinoptik sebagai berlaku bagi Yesus, maka segala komentar dari penulis yang berpengetahuan tinggi mengenai artikel-artikel ilmiah dan sangat menarik ini pasti menimbulkan respek dan apresiasi dalam segala hal sekalipun dari lembaga kependetaan.

Saya menulis dengan nada yang sama, tetapi saya telah berusaha mendasarkan argumen-argumen saya pada bagian-bagian Alkitab yang hampir tidak membolehkan adanya perselisihan linguistik apa pun. Saya tidak akan pergi ke bahasa Latin, Yunani, atau Arami, karena hal itu tidak ada gunanya. Saya hanya memberikan kutipan berikut dari Alkitab Versi Revisi yang diterbitkan oleh British and Foreign Bible Society.

Kami membaca firman berikut dalam kitab Ulangan 18 ayat 18

"Seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; dan Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya"

Jika firman diatas tidak tertuju kepada Muhammad, maka firman itu tetap masih berlum terpenuhi. Yesus sendiri tidak pernah mengklaim sebagai nabi yang dimaksud. Bahkan murid-muridnya pun berpendapat sama. Mereka mengharapkan kedatangan Yesus yang kedua untuk memenuhi nubuat 1

Sejauh ini tidak ada perselisihan bahwa kedatangan Yesus yang pertama bukanlah kelahiran "nabi seperti engkau", dan kelahirannya yang kedua hampir tidak dapat memenuhi nubuat itu. Yesus, sebagaimana diyakini oleh gerejanya, akan muncul sebagai “Hakim” dan bukan sebagai “Pemberi Hukuman”. Tetapi, orang yang dijanjikan haruslah membawa "api (hukum) yang menyala" ditangannya.

Namun, dalam memastikan personalitas dari nabi yang dijanjikan, nubuat yang lain dari Musa sangatlah menolong yang berkata tentang sinar Tuhan dari Paran, pegunungan Mekah. Firman dalam kitab Ulangan, pasal 33 ayat 2, berbunyi sebagai berikut:

Tuhan datang dari Sinai, dan terbit dari Seir kepada mereka; Ia tampak bersinar dari pegunungan Paran, dan datang bersama puluhan ribu orang yang kudus, dari tangan kanannya tampak kepada mereka api [hukum] yang menyala."

Dalam firman ini, Tuhan diibaratkan dengan matahari. Dia datang dari Sinai, dia muncul dari Seir, tetapi ia bersinar dengan penuh keagungan dari Paran, dimana ia akan muncul disertai puluhan ribu orang suci dengan membawa api [hukum] yang menyala ditangan kanannya. Tidak seorang pun bangsa Israel, termasuk Yesus, yang ada hubungannya dengan Paran. Hajar, dengan anaknya Ismail, berkeluyuran di padang gurun Bisheba, yang kemudian menetap di padang gurun Paran (Kitab Kejadian 21:21)

Ia mengawini seorang perempuan Mesir, dan dari kelahiran pertamanya, Kedar, memberikan keturunan kepada bangsa Arab yang dari sejak itu sampai sekarang menjadi penghuni padang gurun Paran. Dan jika tidak dapat disangkal lagi, bahwa silsilah keturunan Muhammad merujuk ke Ismail melalui Kedar dan ia tampil sebagai seorang nabi di padang gurun Paran dan menaklukkan Mekah bersama puluhan ribu orang suci dan memberikan api [hukum] yang menyala kepada kaumnya, maka bukankah nubuat tsb diatas telah terpenuhi sesuai bunyinya?

Bunyi nubuat dari Habakuk 3:3 sangat perlu diperhatikan. Kemuliaanna [Yang Kudus2 dari Paran itu] meliputi langit dan bumi pun penuh dengan pujiannya. Kata "pujian" ini sangat penting, karena nama Muhammad secara harfiah berarti "orang yang terpuji." Disamping bangsa Arab, para penghuni padang gurun Paran juga telah dijanjikan Wahyu:

"Biarkan padang gurun menyaringkan suara dengan kota-kotanya dan dengan desa-desa yang didiami Kedar, biarkanlah bersorak-sorai penduduk Bukit Batu, biarkan mereka berseru-seru dari puncak gunung-gunung. Biarkan mereka memberi penghormatan kepada Tuhan, dan menyatakan pujian kepadanya di pulau-pulau. Tuhan akan berperang seperti manusia kuat (pahlawan), seperti orang perang dia membangkitkan semangatnya untuk bertempur, dia bertempik sorak, ya, dia memekik, dia menang melawan musuh-musuhnya." (Yesaya 42:11-13)

Sehubungan dengan itu, ada dua nubuat lain yang perlu diperhatikan yang merujuk kepada Kedar: Pertama dalam Yesaya pasal 60 yang bunyinya:

“Bangkitlah, bersinarlah karena terangmu datang, dan kemuliaan Tuhan terbit atasmu .... Sejumlah besar unta akan menutupi daerahmu, unta-unta dari Midian dan Efa; mereka semua akan datang dari Syeba .... Semua kambing domba Kedar akan berhimpun kepadamu, domba-domba jantan Nebayot akan tersedia untuk ibadahmu: semuanya akan dipersembahkan di atas mezbahku, dan aku akan menyemarakkan rumah keagunganku." (1-7)

Nubuat lainnya, lagi-lagi dalam Yesaya 21:

“Ucapan ilahi terhadap Arabia . Di belukar di Arabia engkau akan bermalam, Wahai kafilah-kafilah orang Dedan! Penduduk tanah Tema membawakan air kepadanya yang sedang kehausan, mereka menyambut dia yang melarikan diri dengan roti. Karena mereka melarikan diri dari pedang ..... dan dari busur yang dilentur dan dari peperangan yang hebat. Karena beginilah Tuhan berfirman kepadaku, 'Dalam setahun lagi, menurut masa prajurit upahan, maka semua kemuliaan Kedar akan habis. Dan dari pemanah-pemanah yang gagah perkasa dari bani Kedar, akan tersisa sejumlah kecil saja.'" (13-17)

Bacalah nubuat-nubuat dari kitab Yesaya menurut nubuat dalam Ulangan yang berbicara tentang sinar Tuhan dari Paran: Jika Ismail menghuni padang gurun Paran, tempat ia melahirkan Kedar, yakni nenek moyang bangsa Arab; dan jika anak-anak Kedar harus menerima wahyu dari Tuhan; jika kawan-kawan Kedar harus memberikan sambutan pada altar ilahi untuk mengagungkan "rumah keagunganku" dimana kegelapan akan meliputi bumi selama beberapa abad, dan kemudian negeri itu akan menerima terang dari Tuhan; dan jika semua keagungan Kedar akan runtuh dan sejumlah pemanah, orang-orang kuat dari anak-anak Kedar, akan lenyap dalam setahun setelah orang itu melarikan diri dari pedang-pedang dan dari busur-busur yang dikokang- Yang Kudus dari pegunungan Paran (Habakuk 3:3) tak lain adalah Muhammad.

Muhammad keturunan suci dari Ismail melalui Kedar, yang berdiam di padang gurun paran. Muhammad adalah satu-satunya Nabi melalui siapa bangsa Arab menerima wahyu di masa ketika kegelapan telah menyelimuti bumi. Melalui dia Tuhan bersinar dari Paran, dan Mekah adalah satu-satunya tempat dimana rumah Tuhan dimuliakan dan domba-domba Kedar memberikan sambutan diatas altarnya.

Muhammad dizhalimi oleh kaumnya dan terpaksa meninggalkan Mekah. Dia kehausan dan melarikan diri dari pedang yang dihunus dan busur yang dikokang, dan tak lebih dari setahun setelah kepergiannya, anak cucu keturunan Kedar berjumpa dengannya di Badr, tempat pertempuran pertama antara penduduk Mekah dan Nabi. Bani Kedar dan sejumlah pemanah gugur dan semua kemuliaan Kedar tumbang.

Jika para nabi suci tidak diakui sebagai pemenuhan semua nubuat ini, maka nubuat-nubuat tersebut akan tetap tidak terpenuhi. “Rumah keagunganKu” yang disebutkan dalam Yesaya 60 adalah rumah Tuhan di Mekah dan bukan Gereja Kristus sebagaimana perkiraan para ahli tafsir Kristen. Kawanan kambing domba Kedar, sebagaimana disebut dalam ayat 7, belum pernah datang ke Gereja Kristus, dan adalah fakta bahwa kampung-kampung Kedar dan penduduknya adalah satu-satunya kaum didunia ini yang tetap tidak dapat dimasuki pengaruh Gereja Kristus. Lagi-lagi, penyebutan 10.000 orang suci dalam ulangan 33, sangatlah penting: Dia [Tuhan] bersinar dari Paran. Dan ia datang bersama 10.000 orang suci.

Bacalah seluruh sejarah padang gurun Paran dan Anda akan menemukan tidak ada peristiwa lain selain peristiwa penaklukan Mekah oleh Nabi. Dia datang bersama 10.000 pengikut dari Medinah dan memasuki kembali "rumah keagunganku". Dia memberikan api [hukum] yang menyala kepada dunia, yang menghancurleburkan semua hukum lain.

Sang Penghibur (The Comforter) - roh kebenaran- yang disebut oleh Yesus tak lain Muhammad sendiri. Tidak bisa diartikan sebagai the Holy Ghost (Roh Kudus), seperti versi teolog Gereja.

“Ada gunanya bagimu kalau aku pergi” Kata Yesus,”Karena kalau aku tidak pergi maka Sang Penghibur tidak akan datang kepadamu, tapi jika aku pergi, maka aku akan mengirim dia kepadamu”. Perkataan ini dengan jelas menunjukkan bahwa Sang Penghibur pasti datang setelah kepergian Yesus, dan tidak berada bersama Yesus ketika ia mengucapkan kata-kata ini. Akankah kita menduga bahwa Yesus sama sekali tanpa Holy Ghost jika kedatangannya tergantung pada kepergian Yesus: disamping itu, cara Yesus menggambarkan dia menunjukkan bahwa dia adalah seorang manusia, bukan roh. "Dia tidak akan berbicara tentang dirinya sendiri, melainkan apa saja yang akan ia dengar yang akan ia bicarakan." Akankah kita menduga bahwa Holy Ghost dan Tuhana dalah dua entitas yang berbeda dan bahwa Holy Ghost berbicara tentang dirinya sendiri dan juga apa yang ia dengar dari Tuhan?

Ucapan-ucapan Yesus jelas sekali menunjuk kepada seorang pesuruh Tuhan. Ia menyebutnya Roh Kebenaran, dan begitulah Al-Qur'an berbicara tentang MUHAMMAD, "Tidak, ia telah datang membawa kebenaran dan membenarkan para rasul sebelumnya."



Footnotes

1. "21 Yang harus tinggal di surga sampai tiba waktu pemulihan segala sesuatu, seperti yang difirmankan Allah dengan perantaraan nabi-nabiNya yang kudus sejak duni dimulai. 22 Bukankah telah dikatakan Musa: Tuhan Allah akan membangkitkan bagimu seorang nabi dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku. Dengarkanlah dia dalam segala sesuatu yang akan dikatakannya kepadamu." (Kisah 3)

2. The Holy One, dalam Alkitab versi bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai "Yang Maha Kudus" --penerj.
Kepalsuan nabi-nabi sejati umat Kristiani terbongkar bersama ayat-ayat palsu yang dinisbahkan kepada Nabi Daud, Yohanes, Yesus, dan sebagainya. Misteri Muhammad pun terkuak lewat Injil yang telah lama disembunyikan.

Tuesday, November 06, 2007

 

 

 

 

Biografi Singkat Profesor Rev. David Benjamin Keldani, B.D

Setelah masuk Islam, David Benjamin Keldani mengganti namanya menjadi 'Abdul Ahad Dawud. Dia adalah seorang pendeta katolik Roma dari sekte Uniate-Khaldean. Ia lahir pada 1867 di Urmia, Persia. Ia mengenyam pendidikan sejak kecil dikota itu. Dari 1886-89 (3 tahun) ia menjadi staf pengajar Arbischop of Canterbury's Mission untuk Assyrian (Nestorian) Christians di Urmia.

Pada 1892, ia diutus oleh Kardinal Vaughan ke Roma. Disana ia mempelajari filsafat dan teologi pada Propaganda Fide College, dan pada tahun 1895 dinobatkan sebagai pendeta. Pada 1892 ia menulis serangkaian artikel di The Tablet tentang “Assyria, Romawi, dan Canterbury”; dan juga pada Irish Record tentang “keotentikan Pentateuch”3 Ia mempunyai beberapa terjemahan Ave Maria dalam bahasa berbeda-beda, yang diterbitkan di Illustrated Catholic Missions.

Ketika berada di Konstantinopel – dalam perjalanannya ke Persia pada 1895 – ia menulis serangkaian artikel panjang tentang “Gereja-Gereja Timur” dalam bahasa Inggris dan Perancis di surat kabar harian yang terbit disana dengan nama The Levant Herald. Pada 1895, ia bergabung dengan French Lazarist Mission di Urmia, dan terbit untuk pertama kali dalam sejarah misi itu sebuah majalah berkala dalam bahasa daerah Syria yang bernama Qala-la-Syara (Suara Kebenaran).

Pada 1867 ia diutus oleh dua uskup besar Uniate-Khaldean dari Urmia dan Salmas untuk mewakili Katolik Timur pada Kongres Ekaristik yang diselenggarakan di Paray-le-monial, Perancis, dibawah pimpinan Kardinal Perraud –tentu saja ini adalah undangan resmi. Makalah yang dibacakan di kongres oleh “Bapa Benjamin” disiarkan dalan Tawarikh Kongres Ekaristik tahun lalu, yang disebut “Le Pellerin”. Dalam makalah ini, Khaldean Arch-Priest (begitu gelar resminya) menyesalkan sistem pendidikan Katolik dikalangan Nestorian, dan meramalkan kemunculan yang sudah dekat dari pendeta Rusia di Urmia.

Pada 1888 Bapak Benjamin kembali lagi ke Persia. Di kampung halamannya, Digala, sekitar 1 mil dari kota, ia membuka sekolah gratis.

Tahun berikutnya ia dikirim oleh otoritas-otoritas Gereja untuk memimpin Keuskupan Salmas, dimana konflik yang tajam dan berbau skandal antara Uskup Besar Uniate, Khudabash, dan para Bapa Lazarist yang sudah berlangsung lama telah mengancam terjadinya perpecahan.

Pada tahun Baru 1900, Bapak Benjamin menyampaikan khotbah yang terakhi dan patut dikenang dihadapan banyak sekali jemaat, termasuk orang Armenia yang non-Katolik dan lain-lainnya, didalam Katedral Khorovabad St. George, Salmas. Pokok bahasan sang pengkhotbah adalah “Abad Baru dan Manusia Baru”. Ia mengingatkan kepada fakta bahwa para misionaris Nestorian, sebelum munculnya Islam, telah mengabarkan ajaran-ajaran Yesus (kitab injil) di seluruh Asia; Bahwa mereka memiliki banyak lembaga di India (khususnya pantai Malabar), di Tartary, Cina, dan Mongolia; dan bahwa mereka menerjemahkan kitab Injil kedalam bahasa Turki, Uighur, dan bahasa-bahasa lainnya; Bahwa misi-misi Katholik, Amerika, dan Anglikan, meskipun mereka telah melakukan sedikit kebaikan untuk bangsa Assyro-Khaldean melalui pendidikan dasar, telah memcah bangsa itu –sudah sedikit- di Persia, Kurdistan, dan Mesopotamia menjadi banyak sekali sekte yang bermusuhan; dan bahwa upaya-upaya mereka ditakdirkan untuk menyebabkan keruntuhan yang terakhir. Konsekuensinya, ia menganjurkan kepada orang-orang pribumi untuk melakukan pengorbanan agar dapat berdiri diatas kaki sendiri sebagai manusia sejati, dan tidak tergantung pada misi-misi asing, dan sebagainya.

Pada prinsipnya pendeta itu seratus persen benar, tapi ucapan-ucapannya menyinggung kepentingan para Misionaris Tuhan.
Khotbah ini segera mendatangkan Delegasi Apostolik, Mgr. Lesne dari Urmia ke Salmas. Ia tetap menjadi teman yang terakhir bagi Bapa Benjamin. Mereka berdua kembali ke Urmia. Sebuah misi Rusia baru sudah diadakan di Urmia sejak 1899. Kaum Nestorian dengan antusias memeluk agama Tsar "suci" untuk seluruh Rusia!

Lima misi yang besar dan angkuh (Amerika, Anglikan, Perancis, Jerman, dan Rusia) disertai universitas-universitas mereka, pers yang didukung oleh kalangan agamawan yang kaya, para konsul dan duta besar, berusaha keras mengajak sekitar seratus ribu orang Assyro-Khaldean untuk pindah dari Bid'ah Nestorian ke salah satu dari lima bid'ah itu. Tetapi misi Rusia segera melampui misi-misi lainnya, dan misi inilah pada 1915 mendorong atau memaksa bangsa Assyria dari Persia dan juga suku-suku pegunungan Kurdistan, yang kemudian pindah ke dataran Salmas dan Urmia, untuk mengangkat senjata melawan pemerintah mereka masing-masing. Hasilnya adalah separuh pengikutnya lenyap dan sisanya terusir dari kampung halaman mereka.

Pertanyaan besar yang sudah lama berkecamuk dalam benak pendeta ini sekarang mendekati klimaksnya: Apakah agama Kristen, dengan banyak sekali bentuk dan warnanya, dan dengan naskah-naskah sucinya yang tidak otentik, palsu, dan menyimpang, adalah agama Tuhan yang sejati?

Pada musim panas 1900 ia pensiun dan tinggal di villa mungilnya ditengah-tengah kebun anggur dekat air mancur Challi Boulaghi yang terkenal di Digala, dan disana selama sebulan ia habiskan waktunya untuk sembahyang dan meditasi, membaca berulang-ulang naskah-naskah suci dalam teks-teks aslinya. Krisis pun berakhir dengan pengunduran resmi yang dikirimkan ke Uskup Agung Uniate, Urmia, dimana ia secara terbuka menjelaskan kepada Mar (Mgr.) Touma Audu mengenai alasan-alasan dia melepaskan fungsi kependetaannya. Segala upaya yang dilakukan oleh otoritas-otoritas kependetaan untuk membatalkan keputusannya sia-sia belaka. Tidak ada perselisihan atau permusuhan pribadi antara Bapa Benjamin dan para atasannya; semua itu hanya persoalan kesadaran.

Selama beberapa bulan Mr. Dawud – begitulah panggilannya sekarang – dipekerjakan di Tibriz sebagai inspektur di Kantor Pos dan Bea Cukai Persia dibawah para ahli Belgia. Kemudian ia ditugaskan sebagai guru dan penerjemah Putera Mahkota Muhammad Ali Mirza.

Pada 1903, sekali lagi ia mengunjungi Inggris dan disana ia bergabung dengan komunitas Unitarian. Pada tahun 1904 ia dikirim oleh British and Foreign Unitarian Association untuk menangani masalah pendidikan dan penerangan ditengah masyarakat desanya. Dalam perjalanan menuju Persia ia mengunjungi Konstantinopel; dan setelah mengadakan beberapa wawancara dengan syeikhul Islam yang bernama Jamaluddin Effendi dan beberapa ulama lainnya, ia memeluk agama Islam.



Footnotes

3. Lima kitab pertama dari Perjanjian Lama: Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan--penerj..

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pendahuluan

Saya berharap melalui tulisan ini juga tulisan-tulisan saya selanjutnya dapat menunjukkan bahwa ajaran Islam mengenai Ketuhanan dan Rasul Allah terakhir yang agung adalah seratus persen benar dan sesuai dengan ajaran Alkitab (Bibel).

Saya akan mencurahkan tulisan sekarang ini untuk membahas poin pertama, dan dalam beberapa makalah lainnya saya akan mencoba menunjukkan bahwa Muhammad adalah objek riil dari Perjanjian, dan pada dirinya, dan hanya pada dirinya, benar-benar terpenuhi semua nubuat dalam Perjanjian Lama.

Saya berharap dapat menjelaskan bahwa pandangan-pandangan yang dikemukakan dalam artikel ini dan artikel-artikel berikutnya sangatlah pribadi, dan bahwa hanya saya bertanggung jawab atas riset-riset pribadi dan tidak dipinjamkan mengenai Kitab Suci Yahudi. Namun, saya tidak menerima sikap otoriter dalam menjelaskan ajaran Islam.

Saya tidak punya sedikit pun niat atau keinginan untuk melukai perasaan keagamaan sahabat-sahabat Kristen saya. Saya mencintai Kristus, Musa, dan Ibrahim, sebagaimana terhadap Muhamamd dan semua nabi suci lainnya.4

Tulisan-tulisan saya tidak dimaksudkan untuk memicu perselisihan yang sengit dan karenanya tidak berguna dengan gereja-gereja, tapi hanya mengajak kepada mereka untuk mengadakan investigasi yang menyenangkan dan bersahabat terhadap persoalan yang sangat penting ini dengan semangat cinta dan kejujuran. Jika kaum Kristen menghentikan upaya-upaya mereka yang sia-sia untuk mendefinisikan hakikat dari Tuhan (Yang Maha Tinggi), dan mengakui keesaan Mutlak-Nya, maka kesatuan antara mereka dan kaum Muslim tidak hanya mungkin tapi juga amat-sangat mungkin. Karena begitu ketauhidan (keesaan) Tuhan diterima dan diakui, maka poin-poin perbedaan lainnya antara dua agama ini dapat lebih mudah diselesaikan.

Allah dan Sifat-sifatnya

Ada dua fundamental antara Islam dan Kristen yang, demi kebenaran dan perdamaian. Karena dua agama ini mengklaim berasal dari satu sumber yang sama, maka sebagai konskuensi semestinya tidak perlu ada poin kontroversi yang penting diantara mereka. Kedua agama besar ini meyakini eksistensi Ketuhanan dan perjanjian yang dibuat antara Tuhan dan Nabi Ibrahim. Mengenai dua poin prinsipil ini, suatu kesepakatan yang sungguh-sungguh dan final harus dicapai oleh para pemeluk yang pandai dari kedua agama: Apakah kita ini makhluk yang malang dan bodoh untuk meyakini dan takut kepada jumlah tuhan yang banyak? Siapa diantara dua, Kristus atau Muhammad, yang menjadi objek Perjanjian Tuhan? Dua pertanyaan ini harus dijawab secara definitif.

Hanya akan buang-buang waktu saja kalau disini kita membuktikan kesalahan mereka yang secara bodoh atau dengki mengira Allah Islam bukan Tuhan sebenarnya dan hanya merupakan tuhan khayala kreasi Muhammad sendiri. Jika para pendeta dan teolog Kristen mengetahui Kitab-kitab suci mereka dalam bahasa Ibrani asli, bukannya dalam terjemahan, sebagaimana kaum Muslim membaca Al-Qur'an mereka dalam teks bahasa Arabnya, merekan akan dengan jelas mengetahui bahwa Allah adalah nama dalam bahasa Semit untuk menyingkapkan dan berbicara kepada Adam dan semua nabi.

Allah adalah Dia yang ada sendiri, mengetahui, dan kuasa. Dia meliputi, mengisi setiap ruang, makhluk, dan benda; dan Dialah sumber kehidupan, pengetahuan, dan kekuatan.
Allah adalah Pencipta, Pengatur, dan Penguasa alam semesta yang unik. Dia Esa secara mutlak. Hakikat, pesona, dan sifat Allah sama sekali di luar jangkauan pemahaman manusia, dan oleh karena itu setiap upaya apa pun untuk mendefinisikan hakikat-Nya tidak hanya sia-sia tapi juga berbahaya bagi kesejahteraan dan keimanan spiritual kita; karena sudah pasti hal itu akan membawa kita ke dalam kekeliruan.

Cabang trinitarian Gereja Kristen, selama sekitar tujuh belas abad, telah membuat otak para santo (orang-orang suci) dan para filsufnya letih karena mendefinisikan hakikat dan Pesona Tuhan; dan apa yang telah mereka temukan? Athanasius, Augustine, dan Aquinas telah memaksa kaum Kristen berada "dibawah derita kutukan abadi"--harus meyakini Tuhan yang "ketiga dari tiga"! Allah, dalam Al-Qur'an Suci-Nya, mengutuk keyakinan ini dengan kata-kata yang tegas:

"Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan bahwa Allah adalah salah satu dari yang tiga; padahal sekali-kali tidak ada Tuhan [yang berhak disembah] selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih." (Q.S. al-Maidah 5:73)

Alasan mengapa para ulama Muslim ortodoks selalu menghindar dari mendefinisikan Hakikat Tuhan adalah karena Hakikat-Nya melampaui semua sifat yang dapat didefinisikan (dijelaskan dengan uraian). Allah mempunyai banyak nama yang dalam realitasnya hanyalah merupakan sifat-sifat yang berasal dari hakikat-Nya melalui berbagai macam manifestasinya di alam raya yang telah dibentuk oleh Dia sendiri. Kita menyeru Allah dengan sebutan Yang Mahakuasa, Mahakekal, Mahaada dimana-mana, Maha Pengasih, dan sebagainya, karena kita memahami kekekalan, keberadaan di mana-mana, pengetahuan universal, kemurah-hatian, sebagai sifat yang memancar dari hakikat-Nya, dan secara mutlak hanya milik-Nya saja. Hanya Dia yang Maha Mengetahui, Mahakuasa, Mahahidup, Mahasuci, Mahaindah, Mahabaik, Maha Mencintai, Mahaagung, Maha Penuntut Balas yang Dahsyat, karena hanya dari Dia saja memancar dan mengalir kualitas pengetahuan, kekuasaan, kehidupan, kesucian, keindahan, dan sebagainya.

Tuhan tidak memiliki sifat dalam arti sebagaimana kita memahami atribut-atribut itu. Pada kita ada suatu sifat atau suatu ciri yang juga dimiliki banyak individu dari suatu spesies, tetapi sifat dan ciri yang dimiliki Tuhan maka hanya Dia saja yang memilikinya, dan tidak ada selain Dia yang memilikinya. Ketika kita mengatakan, "Sulaiman itu bijak, kuat, adil, dan cantik," maka kita tidak menganggap semua kebijakan, kekuatan, keadilan, dan kecantikan berasal dari dia semata. Kita hanya bermaksud mengatakan bahwa dia relatif bijak dibandingkan dengan yang lain dari spesiesnya, dan kebijakan ini pun relatif merupakan sifatnya yang sama-sama dimiliki oleh individu-individu dari golongannya.

Sifat ilahiah adalah suatu emanasi (pancaran) Tuhan, dan oleh karena itu merupakan suatu aktivitas. Jadi setiap perbuatan ilahiah tak lebih dan tak kurang adalah sebuah penciptaan.

Harus juga diakui bahwa sifat-sifat ilahiah, karena merupakan emanasi, menunjukkan waktu dan sebuah permulaan, konsekuesinya, ketika Allah mengatakan "kun fakana"(Jadi, maka jadilah), atau Dia mengucapkan, menyatakan firman-Nya dalam waktu dan dalam permulaan penciptaan. Inilah yang disebut kaum sufi ''aql awwal' (kecerdasan pertama). Kemudian 'nafs-kull' (jiwa universal) yaitu yang pertama mendengar dan menaati perintah ilahiah ini, memancar dari "jiwa pertama" dan menjelma menjadi alam semesta. Tentu saja, pandangan-pandangan mistis dari kaum sufi ini tidak perlu dianggap sebagai dogma Islam.; dan jika kita menembus lebih jauh ke dalam ajaran-ajaran gaib ini, kita secara tanpa sengaja bisa tergiring ke dalam panteisme (kemusyrikan) yang merusak amalan agama.

Penalaran ini akan membawa kita kepada kesimpulan bahwa setiap perbuatan Tuhan menunjukkan suatu emanasi ilahiah sebagai manifestasi dan sifat khusus-Nya, tapi itu bukan Hakikat atau Eksistensi-Nya. Tuhan adalah Pencipta, karena Dia menciptakan pada permulaan waktu, dan selalu mencipta. Tuhan berbicar pada permulaan waktu persis sebagaimana selalu Dia berbicara dengan cara-Nya. Tetapi karena ciptaan-Nya tidak kekal atau bukan Tuhan, maka begitu pula, firman-Nya tidak dapat dianggap kekal atau bukan Tuhan.

Kaum Kristen melangkah lebih jauh, dan menjadikan Pencipta sebagai bapak Tuhan dan firman-Nya sebagai anak Tuhan; dan juga, karena Dia menghembuskan kehidupan ke dalam makhluk-makhluk-Nya, maka Dia disebut Roh Tuhan, dengan melupakan bahwa secara logika Dia tidak bisa menjadi bapak sebelum penciptaan, tidak juga "anak" sebelum Dia berbicara, dan tidak juga "Roh Kudus" sebelum Dia memberi kehidupan.

Saya dapat memahami sifat-sifat Tuhan melalui karya-karya-Nya dalam berbagai manifestasi sebagai suatu posteriori, tetapi mengenai sifat kekal dan a priori-Nya saya tidak memiliki pemahaman apa pun, tidak juga membayangkan ada kecerdasan manusia yang mampu memahami wujud dari suatu sifat kekal dan hubungannya dengan hakikat Tuhan. Sesungguhnya Tuhan tidak mengungkapkan kepada kita wujud dari Eksistensi-Nya dalam Kitab Suci atau pun melalui kecerdasan manusia.

Sifat-sifat Tuhan jangan dianggap sebagai entitas atau personalitas ilahiah yang berbeda-beda dan terpisah-pisah, kalau tidak, maka kita akan memiliki tidak satu trinitas dari oknum-oknum dalam Ketuhanan, melainkan beberapa puluh trinitas.
Sebuah sifat, sebelum ia benar-benar memancar dari subjeknya, maka ia tidak ada. Kita tidak dapat memberi sifat suatu subjek dengan suatu sifat tertentu sebelum sifat tersebut benar-benar muncul darinya dan terlihat. Karenanya kita mengatakan "Tuhan adalah baik" ketika kita menikmati perbuatan-Nya yang baik; tapi kita tidak dapat menjelaskan Dia--sebenarnya--dengan "Tuhana dalah Kebaikan," karena kebaikan bukanlah Tuhan, melainkan perbuatan dan kerja-Nya.

Karena alasan inilah Al-Qur'an selalu menghubungkan Allah dengan sebutan kata sifat, seperti Yang Bijak, Yang Mengetahui, Yang Belaskasih, tapi tidak pernah dengan deskripsi seperti "Tuhana dalah cinta, pengetahuan, firman," dan sebagainya; karena cinta adalah perbuatan dan pecinta bukan si pecinta itu sendiri, sebagaimana pengetahuan atau firman adalah perbuatan dari orang yang mengetahui dan bukan orangnya itu sendiri.

Saya terutama sekali bersikukuh dengan pendapat ini karena kesalahan yang telah terjadi pada mereka dalam mempertahankan kekekalan dan personifikasi beberapa sifat Tuhan yang berbeda-beda. Kata kerja atau firman Tuhan telah dipertahankan sebagai satu oknum ketuhanan yang berbeda; padahal firman Tuhan tidak bisa memiliki arti lain selain ungkapan Pengetahuan dan Kehendak-Nya.

Al-Qur'an juga disebut "firman Tuhan," dan beberapa doktor hukum Muslim awal menyatakan bahwa Al-Qur'an kekal dan tidak diciptakan. Sebutan yang sama juga diberikan kepada Yesus Kristus dalam Al-Qur'an --kalimatun minhu, yakni, "Firman dari-Nya" (Q.S. Ali Imran 3:45). Tetapi sangat tidak akademis kalau menyatakan bahwa firman atau logos Tuhan adalah oknum yang berbeda, dan bahwa ia mendapat daging dan menjadi menjelma ke dalam bentuk seorang manusia dari nazareth atau dalam bentuk sebuah kitab, yang berbentuk manusia disebut" Kristus" dan yang berbentuk kitab disebut "Al-Qur'an"!

Kesimpulan dari pokok bahasan ini, secara tegas saya menyatakan bahwa firman Tuhan atau sifat Tuhan lainnya yang dapat dibayangkan, tidak hanya bukan merupakan entitas atau individualitas Tuhan yang berbeda, tapi juga tidak benar-benar eksis (in in actu) sebelum permulaan waktu dan penciptaan.

Ayat pertama dalam Injil Yohanesa sering disangkal oleh para penulis Trinitarian awal, yang memberikan bacaannya yang benar sebagai berikut: "Pada permulaannya adalah Firman; dan Firman itu bersama Tuhan; dan Firman itu milik Tuhan."

Perlu diketahui bahwa bentuk bahasa Yunani dari kasus genitif "theou" (milik Tuhan)5 diselewengkan menjadi "theos"; yakni, "Tuhan," dalam bentuk nominatif dari nama itu! Juga harus diperhatikan bahwa kalimat "Pada permulaannya adalah firman" secara jelas menunjukkan asal-mula firman yang bukan sebelum permulaan! "Firman Tuhan" tidak diartikan sebagai suatu substansi yang terpisah dan berbeda, seusia dan hidup berdampingan dengan Yang Mahakuasa, tetapi suatu ungkapan dan pernyataan tentang pengetahuan dan kehendak-Nya ketika Dia mengucapkan kata Kun (Jadilah). Ketika Tuhan mengatakan Kun, untuk pertama kalinya, jadilah dunia; ketika Dia mengatakan Kun, Al-Qur'an diciptakan dan ditulis di atas 'Louh' atau 'Meja'; dan ketika Dia mengucapkan kata 'jadilah', Yesus diciptakan dalam rahim Perawan Maria yang Diberkahi; dan seterusnya--bilamana Dia ingin menciptakan, Dia memerintahkan 'jadilah' maka sudah cukup.

Ucapan umat Kristen: "Dengan nama Bapak, Anak, dan Roh Kudus," sama sekali tidak menyebutkan nama Tuhan! Dan inilah Tuhan umat Kristen! Ucapan kaum Nestorian dan Jacobite, yang terdiri dari sepuluh suku kata persis 'Bismillahi' kaum Muslim, ditransliterasikan menjadi: "Bshim Abha wu-Bhra ou-Ruha d-Qudsha", yang mempunyai makna sama dengan yang terdapat dalam semua ucapan Kristen lainnya.

Ucapan Al-Qur'an, di lain pihak, yang mengungkapkan fondasi kebenaran Islam sangat kontras sekali dengan formula kaum Trinitarian: Bismillahir-Rahmanir-Rahim (Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)

Trinitas Kristen --karena mengakui pluralitas oknum dan Ketuhanan, memberi sifat personal yang berbeda pada masing-masing oknum; dan menggunakan nama keluarga mirip dengan nama-nama mitologi kaum pagan-- tidak dapat diterima sebagai konsepsi Ketuhanan yang benar. Allah bukan bapak dari seorang anak, juga bukan anak dari seorang bapak. Dia tidak punya ibu, juga Dia bukan bikinan sendiri. Keyakinan terhadap "Tuhan Bapak dan Tuhan Anak dan Tuhan Roh Kudus" adalah penolakan yang menonjol terhadap keesaan Tuhan, dan pengakuan yang berani akan tiga zat yang tidak sempurna yang, secara bersatu atau terpisah, tidak bisa sebagai Tuhan yang sejati.

Matematika sebagai ilmu pengetahuan positif mengajarkan kepada kita bahwa satu unit tidak lebih dan tidak kurang dari satu; yang satu itu tidak pernah sama dengan satu ditambah satu; dengan kata lain, satu tidak sama dengan tiga, karena satu adalah yang ketiga dari tiga. Dengan cara yang sama, satu tidak sama dengan sepertiga. Dan vice versa, tiga tidak sama dengan satu juga sepertiga tidak sama dengan satu unit (kesatuan). Unit adalah basis dari semua bilangan, dan standar untuk ukuran dan berat dari dimensi, jarak, kuantitas, dan waktu. Sebenarnya, semua bilangan merupakan agregat dari unit 1. Sepuluh adalah agregat dari begitu banyak unit-unit yang sama dari jenis yang sama.

Mereka yang mempertahankan kesatuan Tuhan dalam trinitas oknum mengatakan kepada kita bahwa "masing-masing oknum adalah Tuhan yang mahakuasa, mahaada, kekal, dan sempurna; namun tidak ada tiga Tuhan yang mahakuasa, mahaada, kekal dan sempurna, selain satu Tuhan yang Mahakuasa!" Jika tidak ada cara berpikir yang tidak masuk akal dalam penalaran di atas maka kami akan mengemukakan 'misteri' gereja-gereja ini dengan sebuah persamaan:

1 Tuhan = 1 Tuhan + 1 Tuhan + 1 Tuhan; oleh karena itu: 1 Tuhan = 3 Tuhan: Pertama, satu tuhan tidak bisa sama dengan tiga tuhan, tapi hanya dengan salah satu diantaranya. Kedua, karena Anda mengakui masing-masing oknum sebagai Tuhan yang sempurna seperti dua sekutu-Nya, kesimpulan Anda bahwa 1+1+1=1 tidaklah matematis, melainkan kesimpulan yang tidak masuk akal.

Anda terlalu arogan ketika mencoba membuktikan bahwa tiga kesatuan sama dengan satu kesatuan; atau terlalu pengecut untuk mengakui bahwa tiga satu (satunya ada tiga) sama dengan tiga satu. Dalam kasus pertama, Anda tidak akan pernah dapat membuktikan solusi yang salah untuk suatu persoalan melalui proses yang salah; dan dalam kasus kedua, Anda tidak punya keberanian untuk mengetahui keyakinan Anda akan tiga tuhan.

Di samping itu, kita semua--Muslim dan Kristen--percaya bahwa Tuhan Mahaada di mana-mana, bahwa Dia mengisi dan meliputi setiap ruang dan partikel. Bisakah dipahami bahwa tiga oknum ketuhanan semuanya pada saat yang sama dan secara terpisah meliputi alam semesta, atau apakah hanya salah satu di antaranya pada satu waktu? Mengatakan "sifat ketuhanan mampu melakukannya" sama sekali bukan jawaban. Karena Ketuhanan bukanlah Tuhan, tetapi keadaan sebagai Tuhan, dan karenanya merupakan kualitas (sifat). Ketuhanan (Godhead) adalah kualitas dari satu Tuhan yang tidak terkena kejamakan (godheads) melainkan satu Ketuhanan (Godhead), yakni sifat dari satu Tuhan saja.

Kemudian dikatakan: Masing-masing oknum trinitas memiliki beberapa sifat tertentu yang tidak layak untuk dua oknum lainnya. Dan sifat-sifat ini menunjukkan--menurut penalaran dan bahasa manusia--prioritas dan keterkemudianan dalam urutan di antara mereka. Bapak selalu memegang urutan pertama, dan lebih dahulu dari Anak. Roh Kudus tidak hanya yang kemudian sebagai yang ketiga dalam urutan hitungan tapi juga lebih rendah dari yang mendahuluinya. Bukankah dianggap dosa bid'ah jika nama-nama dari tiga oknum itu dibaca secara terbalik? Tidakkah penandaan salib pada wajah atau di atas elemen-elemen Ekaristi akan dianggap tidak beriman oleh gereja-gereja jika formulanya dibalik demikian: "Dengan nama Roh Kudus, Anak, dan Bapak"? Karena jika mereka memang mutlak sama dan sebaya, maka urutan mana yang harus didahulukan tidak perlu diperhatikan dengan begitu seksama.

Kenyataannya adalah bahwa para Paus dan Dewan-Dewan Umum selalu mengutuk ajaran Sabelian yang tetap berpendapat bahwa Tuhan adalah satu, tapi Dia mewujudkan Diri-Nya sebagai Bapa atau Anak atau Roh Kudus, selalu satu dan oknumnya itu-itu juga. Sudah pasti, agama Islam tidak mewujudkan jamal atau keindahan-Nya pada Kristus, jalal atau kemuliaan atau kemegahan-Nya pada Muhammad, dan kearifan-Nya pada Sulaiman, dan seterusnya pada banyak objek alam lainnya, tapi tidak satu pun dari nabi-nabi itu lebih Tuhan dari lautan yang luas atau langit yang megah.

Kebenarannya adalah bahwa tidak ada ketetapan matematis, tidak ada kesamaan mutlak di antara ketiga oknum Trinitas. Jika sang Bapak dalam segala hal sama dengan sang Anak atau Roh Kudus, sebagaimana satuan 1 benar-benar sama dengan jumlah 1 lainnya, maka sudah pasti ada hanya satu oknum Tuhan dan tidak tiga, karena suatu satuan bukan suatu penggalan atau bagian ataupun kelipatan dari dirinya sendiri. Perbedaan dan hubungan yang diakui eksis di antara oknum-oknum Trinitas tidak meninggalkan keraguan sedikit pun bahwa mereka tidak sama satu sama lain dan juga tidak saling mengenal. Bapak memperanakkan dan tidak diperanakkan; Anak diperanakkan dan ia bukan Bapak; Roh Kudus adalah keturunan dari dua oknum lainnya; oknum pertama digambarkan sebagai pencipta dan perusak, oknum kedua sebagai penyelamat atau penebus, dan oknum ketiga sebagai pemberi kehidupan.

Konsekuensinya, tidak satu pun dari tiga oknum itu yang sendirian menjadi Pencipta, Penebus, dan Pemberi Kehidupan. Kemudian dikatakan bahwa oknum kedua adalah firman dari Oknum pertama, menjadi manusia dan dikorbankan di atas salib untuk memenuhi keadilan bapaknya, dan bahwa inkarnasi dan kebangkitannya dijalankan dan diselesaikan oleh oknum ketiga.

Sebagai kesimpulan, saya harus mengingatkan umat Kristen bahwa kalau mereka tidak meyakini keesaan Tuhan yang mutlak, dan meninggalkan keyakinan akan tiga oknum itu, mereka pasti menjadi kaum yang tidak beriman terhadap Tuhan yang sejati. Sesungguhnya, umat Kristen itu kaum politheis (musyrikin), hanya dengan pengecualian ini, bahwa tuhan-tuhan kaum penyembah berhala itu palsu dan khayalan, sedangkan tiga tuhan yang diyakini gereja-gereja memiliki ciri yang berbeda, diantaranya Bapak--sebagai julukan lain untuk Pencipta--adalah Tuhan yang sejati, tapi sang anak hanyalah seorang nabi dan hamba Tuhan, dan oknum ketiga adalah salah satu dari roh kudus yang tidak terkira banyaknya yang menghamba kepada Tuhan Yang Mahakuasa.

Dalam Perjanjian Lama, Tuhan disebut Bapak karena Dia sebagai pencipta dan pelindung yang penuh kasih, tetapi karena gereja menyalahgunakan nama ini, maka Al-Qur'an dengan tepat menahan diri dari menggunakannya.

Perjanjian Lama dan Al-Qur'an mengutuk doktrin tiga oknum dalam Tuhan; Perjanjian Baru tidak secara tegas memegang atau mempertahankannya, tapi meskipun ia mengandung isyarat-isyarat dan jejek-jejak yang berhubungan dengan trinitas, namun ia sama sekali tidak punya otoritas, karena ia tidak dianggap dan juga tidak ditulis oleh Kristus, tidak juga dalam bahasa yang ia gunakan, juga tidak ada dalam bentuk dan isinya seperti sekarang selama --paling tidak-- dua abad pertama setelah Kristus.

Menarik untuk ditambahklan bahwa di Timur kaum kristen Unitarian selalu melawan dan memprotes kaum Trinitas, dan bahwa ketika mereka melihat penghancuran sama sekali atas "Binatang Buas Keempat" oleh Rasulullah yang Agung, mereka menerima dan mengikutinya. Iblis, yang berbicara lewat mulut ular kepada Hawa, mengucapkan hujatan-hujatan terhadap Yang Mahatinggi lewat "Tanduk Kecil" yang muncul di antara "Sepuluh Tanduk" di atas kepala "Binatang Buas Keempat" (Dan.
Viii), tak lain adalah Konstantin Agung, yang secara resmi dan dengan keras mengatakan Aqidah Nicene. Namun, Muhammad telah menghancurkan sang "Iblis" dari Tanah yang Dijanjikan selamanya, dengan menegakkan Islam di sana sebagai agama Tuhan sejati yang Esa.



Footnotes

4. "Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya'qub, dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nyalah kami menyerahkan diri." (QS Ali 'Imran 3:84)

5. Berkenaan dengan logos, sejak abad kedua kontroversi yang sangat hebat mengenai logos terjadi di tengah para "Bapa" Gereja, terutama di Timur, dan berlanjut sampai kaum Unitarian sama sekali remuk dan literatur mereka hancur. Sayangnya, hingga kini hampir tidak ada lagi bagian yang utuh atau suatu penggalan yang tidak berubah dari "kitab-kitab Injil" dan "Penafsiran" dan juga tulisan-tulisan kontroversial dari kaum Unitarian, kecuali yang telah dikutip dari mereka dalam tulisan musuh-musuh mereka, seperti Uskup Yunani, Photius, dan uskup-uskup sebelumnya.

Di antara para "Bapa" umat Kristen Timur, salah satu yang paling terkenal adalah St. Ephraim dari Syria. Ia mengarang banyak karya, terutama sebuah penafsiran tentang Alkitab yang diterbitkan dalam bahasa Syriac dan Latin, edisi latinnya telah saya baca dengan teliti di Roma. Ia juga mempunyai khotbah-khotbah, disertasi yang disebut 'madrasyi' dan 'contra Haeretici', dan sebagainya. Kemudian ada pengarang Syria terkenal Bar Disan (umumnya ditulis Bardisanes) yang berkembang pada akhir bagian kedua dan pasal pertama abad ketiga Masehi. Dari tulisan-tulisan Bar Disan tidak ada Kitab dalam bahasa Syriac yang masih ada selain dari yang dikutip Ephraim, Jacob dari Nesibin, dan orang-orang Nestorian dan Jacobite lainnya untuk pembuktian kesalahan, dan selain dari yang digunakan sebagian besar Pendeta Yunani dalam bahasa mereka. Bar Disan menyatakan bahwa Yesus Kristus adalah kursi dari bait firman Tuhan, tapi baik Yesus maupun firman adalah diciptakan (makhluk). St. Ephraim, ketika melawan bid'ah Bar Disan, mengatakan:

(Terjemahan bahasa Syriac):

"Wai lakh O, dovya at Bâr Dîsân
Dagreit I'Milta eithrov d' Âllâhâ.
     Baram ktabha la kthabh d'akh hâkhân
     Illa d'Miltha eithov Âllâhâ."

(Terjemahan Arab):
Wailul-laka ya antas-safil Bâr Dîsân
Li-anna fara'aita kânal-kalâmu lil-Lâhi
Lâ-kinal-kitâbu mâ Kataba Kazâ
Illal-Kalâmu Kânal-Lâh."

(Terjemahan Inggris)
"Woe unto thee O miserable Bâr Dîsân (celakalah engkau Ya Bâr Dîsân yang menyedihkan)
That thou didst read the "word was God's" (karena engkau membaca "firman adalah milik Tuhan")
But the Book [Gospel] did not write likewise (tapi Kitab [Injil] tidak menulis seperti itu)
Except that "the word was God" (melainkan bahwa "firman adalah Tuhan")

Hampir dalam semua kontroversi mengenai logos, kaum Unitarian "dicap" bid'ah karena menolak kekekalan dan personalitas Tuhan dari logos dengan "mengubah" Injil Yohanes, dan sebagainya. Penyalahan-penyalahan ini dikembalikan kepada kaum Trinitas oleh kaum Nashara yang sejati--yakni kaum Unitarian (Ahlutauhid). Maka kita dapat mengetahui dari literatur patristik bahwa Trinitarian (kaum penganut faham trinitas) selalu disalahkan telah mengubah kitab-kitab suci.

Sumber:
Benjamin Keldani, Menguak Misteri Muhammad

"Dan Ahmad Semua Bangsa Akan Datang" (Haggai 2:7)

Sekitar 2 abad setelah Kerajaan Israel yang musyrik dan tidak mempunyai rasa sesal digulingkan, dan seluruh penduduk dari 10 suku dideportasi ke Assyria, Yerusalem, dan bait agung Sulaiman diratakan dengan tanah oleh bangsa Khaldea, dan sisa keturunan suku Yudas dan Benjamin yang tidak terbantai dipindahkan ke Babylonia. Setelah penahanan selama beberapa tahun, bangsa Yahudi diizinkan untuk pulang ke negeri mereka dengan kewenangan penuh untuk membangun kembali kota dan bait mereka yang telah hancur.

Ketika fondasi-fondasi rumah Tuhan yang baru diletakkan, terjadi luapan kegembiraan dan sambutan yang luar biasa dari umat; sementara para orang tua yang pernah menyaksikan bait Sulaiman yang indah sebelumnya tiba-tiba hanyut dalam tangisan pilu. Pada upacara yang khidmat inilah Yang Maha Kuasa mengutus hambaNya, Nabi Hagai, untuk menghibur umatnya yang sedih dengan pesan penting ini:

"Dan Aku akan menggoncangkan semua bangsa, dan Himada untuk semua bangsa ini akan datang; dan Aku akan mengisi rumah ini dengan kemegahan, kata Tuhan pemilik rumah. Kepunyaankulah perak dan kepunyaankulah emas, kata Tuhan pemilik rumah, kemuliaann rumah terakhirku akan lebih besar dari kemuliaan rumah pertama, kata Tuhan pemilik rumah; dan di tempat ini Aku akan memberikan Syalom, kata Tuhan pemilik rumah." (Haggai 2:8-10)

Saya telah menerjemahkan paragraf diatas dari satu-satunya salinan Alkitab yang ada pada saya, yang dipinjamkan kepada saya oleh sepupu perempuan Assyria dalam bahasa daerahnya. Tetapi, marilah kita melihat Alkitab versi bahasa Inggris, yang kami dapati telah mengubah kata himda dan Syalom dalam bahasa Yahudi aslinya menjadi berturut-turut 'desire' (hasrat) dan 'Peace' (perdamaian).

Para ahli tafsir Yahudi dan Kristen sama-sama memberikan perhatian yang sangat besar terhadap dua janji yang terkandung dalam nubuat diatas. Mereka memahami prediksi mesias dalam kata Himda. Sebenarnya, disinilah nubuat yang sangat hebat, ditegaskan melalui sumpah Tuhan yang biasa dalam Alkitab, “kata Tuhan Sabaoth” diulang-ulang 4 kali. Jika nubuat ini dipahami dari pengertian abstrak kata Himda dan Syalom sebagai 'desire' dan 'peace', maka nubuat menjai tak lebih dari sebuah aspirasi yang tidak dapat dipahami. Tetapi jika kita memahami istilah Himda sebagai sebuah gagasan konkrit, sebuah pribadi dan realitas, dan dalam kata Syalom, bukan suatu kondisi, melainkan suatu kekekuatan yang hidup dan aktif dan sebuah agama yang pasti tidak terpungkiri adanya, maka nubuat ini pasti benar dan terpenuhi pada sosok Ahmad dan tegaknya Islam.
Karena himda dan syalom -atau sylama persis memiliki pengertian yang sama dengan, berturut-turut, Ahmad dan Islam.

Sebelum berusaha membuktikan pemenuhan nubuat ini, ada baiknya menjelaskan dulu etimologi dari dua kata itu sesingkat mungkin.
  1. Himda. Kalau saya tidak salah, ungkapan dalam teks bahasa Yahudi asli bunyinya demikian, "Ve yavu himdath kol hagoyim," Yang secara harfiah berubah ke dalam bahasa inggris menjadi “ and will come the Himda of all nations” (dan akan datang Himda untuk semua bangsa). Akhiran hi dalam bahasa Yahudi, sebagaimana dalam bahasa Arab, diubah menjadi th, atau t apabila dalam kasus genitif. Kata “himda” berasal dari akar kata bahasa Yahudi –atau malah Aramia- yang tidak dipakai lagi, yaitu hmd (konsonan-konsonan yang diucapkan hamad). Dalam bahasa Yahudi, hamad umumnya digunakan dalam arti keinginan, kerinduan, selera, dan nafsu yang besar.

    Perintah kesembilan dari Decalogue (Sepuluh perintah) adalah : “Lo tahmod ish reikha” (janganlah engkau merindukan istri tetanggamu) dalam bahasa Arab kata kerja hamida, dari konsonan yang sama hmd, artinya terpuji, dan seterusnya.
    Apa yang lebih terpuji dan terkenal dan paling diharapkan, dirindukan dan diinginkan? Yang mana pun, dari 2 makna itu yang diambil, kenyataan bahwa Ahmad dalam bentuk bahasa Arab dan Himda tetap tak terbantahkan dan meyakinkan.

    Al-Qur'an suci (Surah 61) menyatakan bahwa Yesus memberitahukan kepada bangsa Israel akan kedatangan "seorang Rasul dari Tuhan yang namanya adalah Ahmad." Injil Yohanes, yang ditulis dalam bahasa Yunani, menggunakan nama Paracletos, bentuk biadab yang tidak dikenal dalam literatur Yunani klasik. Namun periclytos, yang persis cocok dengan Ahmad dalam arti "amat terkenal", "mulia", dan "terpuji", dalam tingkat superlatifnya, pasti merupakan terjemahan ke dalam bahasa Yunani dari Himda atau mungkin dari bentuk Aramia Hamidaa, sebagaimana diucapkan oleh Yesus Kristus. Waduh! Sudah tidak ada Kitab Injil dalam bahasa asli yang digunakan oleh Yesus!

  1. Adapun mengenai etimologi dan pengertian dari kata Syalom, Syalam¸ dan kata arab Salam, Islam, saya tidak perlu menghambat pembaca dengan membawa-bawa kedalam uraian-uraian lingustik. Setiap sarjana bahasa Semit mengetahui bahwa Syalom dan Islam berasal dari satu kata yang sama dan bahwa keduanya berarti "kedamaian, ketundukan, dan penyerahan diri".

    Saya bermaksud memberikan suatu penjelasan singkat mengenai nubuat Haggai ini. Agar dapat memahaminya dengan lebih baik, saya kutipkan nubuat lainnya, dari kitab terakhir Perjanjian Lama yang disebut Maleakhi, atau Malakhi, atau menurut Versi yang sah, Malachi (pasal 3:1)

    "Lihatlah Aku akan mengirim utusanku, dan ia akan menyiapkan jalan dihadapanku: tiba-tiba ia akan masuk ke baitnya. Dia adalah Adonai [yakni, Tuhan] yang engkau inginkan, dan Pesuruh yang Dijanjikan yang menggembirakanmu. Sesungguhnya dia sedang datang, kata Tuhan pemilik rumah."

    Kemudian bandingkan ramalan-ramalan yang misterius ini dengan kearifan yang terkandung dalam ayat suci Al-Qur'an:

    “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam dari [bait] Masjidil Haram [di Mekah] ke [bait] Masjidil Aqsha [di Yerusalem] yang telah Kami berkahi sekelilingnya." (QS al-Isra:1)

    Bahwa yang dimaksud orang yang datang tiba-tiba ke kuil, seperti yang diramalkan dalam dua dokumen Alkitab tersebut diatas itu adalah Muhammad, dan bukan Yesus, maka argumen-argumen berikut pasti cukup untuk meyakinkan setiap peneliti yang objektif:
    1. Kekeluargaan, hubungan, dan kemiripan antara kedua tetrogram Himda dan Ahmad, dan identitas akar kata hmd dari mana kedua kata benda berasal, tidak meninggalkan keraguan sebesar zarah pun bahwa subjek dalam kalimat "dan Himda untuk semua bangsa akan datang" adalah Ahmad; maksudnya, Muhammad. Tidak ada hubungan etimologis sedikit pun antara himda dan nama-nama lainnya seperti "Yesus", "Kristus", dan "juru selamat", bahkan satu konsonan pun tidak ada yang sama diantara mereka.

    1. Meskipun dibuktikan bahwa bentuk bahasa Ibrani Hmdh (baca Himdah) adalah kata benda abstrak yang berarti "keinginan, nafsu, kerinduan, dan pujian", namun argumen tersebut lagi-lagi cocok dengan tesis kita. Karena bentuk bahasa Ibrani tersebut, secara etimologis, justru sama dalam makna dan serupa dengan, atau malah identik dengan, bentuk bahasa Arab Himdah. Makna apa pun yang Anda kehendaki dari tetrogram Hmdh, hubungannya dengan Ahmad dan Ahmadisme bersifat menentukan, dan tidak ada hubungannya dengan Yesus dan Yesuisme!

      Jika St. Jerome dan sebelum dia para penulis Septuagint, telah mempertahankan seutuhnya bentuk bahasa Ibrani Hmdh, daripada menuliskan kata latin Cupidatas atau kata Yunani Euthymia, barangkali para penerjemah yang ditunjuk oleh King James I juga sudah mereproduksi bentuk orisinilnya dalam Versi yang disahkan, dan Bible Society telah menyesuaikan terjemahan-terjemahan mereka kedalam bahasa yang islami.

    1. Bait Zorobabel lebih agung dibandingkan bait Sulaiman, karena sebagaimana yang diramalkan oleh Maleakhi, Rasul atau Utusan besar yang Dijanjikan, sang "Adonai" atau Sayid (tuan) dari para utusan akan mengunjunginya secara tiba-tiba, sebagaimana benar-benar dilakukan Muhammad pada waktu perjalanan malamnya yang ajaib, seperti dinyatakan dalam Al-Qur'an!

      Bait Zorobabel direnovasi atau dibangun kembali oleh Herod Agung. Dan Yesus, tentu saja, pada setiap kesempatan kunjungannya yang sering ke bait itu, menghormati bait itu demi orang suci dan kehadirannya. Sudah pasti, kehadiran setiap nabi di bait Tuhan telah menambah kemuliaan dan kesucian tempat tersebut. Tetapi setidaknya harus diakui, bahwa kitab-kitab Injil yang merekam kunjungan-kunjungan Yesus ke bait ini dan pengajaran-pengajaran dia didalamnya tidak menyebutkan satu pun percakapan diantara pendengarnya. Semua kunjungannya ke bait itu konon berakhir dalam pertengkaran sengit dengan para pendeta dan Pharisee yang tidak beriman.

      Harus juga disimpulkan bahwa Yesus bukan saja tidak membawa “kedamaian” kedunia sebagaimana yang dinyatakannya secara sengaja dalam Matius.24, Markus 34, Lukman 21), tetapi dia pun meramalkan kehancuran total bait itu (Matius 10:34, dan sebagainya), yang terpenuhi sekitar empat puluh tahun kemudian oleh bangsa Romawi, ketika pembubaran terakhir bangsa Yahudi dituntaskan.

Ahmad yang merupakan bentuk lain dari nama Muhammad dan dari akar kata serta pengertian yang sama, yakni "yang paling mulia", selama perjalanan malamnya mengunjungi tempat suci dari bait yang hancur tersebut, seperti dinyatakan dalam Al-Qur’an, dan seketika itu juga, sesuai dengan hadis yang dinyatakan berulang kali oleh dirinya kepada para sahabatnya, memimpin sembahyang dan penyembahan kepada Allah di depan semua nabi; dan kemudian Allah "memberkahi sekeliling masjid (bait) itu dan menunjukkan tanda-tanda-Nya" kepada Nabi terakhir.

Jika Musa dan Ilyas dapat muncul secara fisik diatas gunung perubahan bentuk, mereka dan ribuan nabi semuanya dapat juga muncul disekeliling bait di Yerusalem. Dan selama "kedatangan mendadak" Muhammad ke "baitnya" (Maleakhi 3:1) itulah Tuhan benar-benar mengisibnya "dengan keagungan" (Hagai 2)

Bahwa Aminah, seorang janda nonmuslim dari Abdullah, harus menamai anak yatimnya "Ahmad", kata benda nama diri yang pertama dalam sejarah umat manusia, adalah, menurut keyakinan saya sederhana, sebuah keajaiban terbesar untuk Islam. Khalifah kedua, Umar, membangun kembali kuil itu, dan Mesjid yang penuh keagungan di Yerusalem tetap, dan akan tetap hingga akhir dunia, menjadi monumen kebenaran dan perjanjian yang abadi yang dibuat oleh Allah bersama Ibrahim dan Ismail (Kejadian 15-17).
Pertanyaan Tentang Hak Kelahiran Dan Perjanjian

Ada perselisihan keagamaan yang sangat-sangat lama antara bani Ismailiah dan Israeliah mengenai beberapa persoalan menyangkut hak kelahiran dan perjanjian. Para pembaca Alkitab (Bibel) dan Al-Qur’an mengetahui tentang kisah nabi besar Ibrahim dan kedua anaknya yang bernama Ismail dan Ishaq. Kisah tentang seruan Ibrahim dari kota Ur di Khaldea, dan kisah tentang keturunannya sampai kematian cucunya Yusuf di Mesir, tertulis dalam kitab Kejadian. Dalam silsilahnya sebagaimana terekam dalam kitab Kejadian, Ibrahim adalah keturunan ke dua puluh dari Adam, dan sejaman dengan Raja Namrud, yang membangun menara Babel yang menakjubkan.

Kisah awal tentang Ibrahim di Ur, Khaldea, meskipun tidak disebutkan dalam Alkitab, direkam oleh sejarawan Yahudi terkenal, Joseph Flavius dalam Antiquities-nya dan juga dikonfirmasi oleh Al-Qur’an. Tetapi Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa bapak dari Ibrahim bernama Terah (Azar), adalah seorang penyembah berhala (Yoshua 24:2,14)

Ibrahim mewujudkan kecintaan dan kesetiaannya kepada Tuhan ketika ia masuk kedalam bait Allah dan menghancurkan semua patung dan berhala yang ada didalamnya, dan dengan demikian ia adalah prototipe sejati dari keturunannya yang termasyhur, Muhammad. Ia keluar tanpa cedera dan dengan kemenangan dari tungku api yang menyala-nyala yang kedalamnya ia dilemparkan atas perintah Raja Namrud. Ia keluar tanpa cedera dari tungku api yang menyala-nyala. Dengan ketaatan dan kepasrahan mutlak terhadap seruan Ilahi, ia meninggalkan negerinya dan memulai suatu perjalanan yang panjang dan berliku ke negeri Kanaan, Mesir, dan Arabia.

Istrinya, Sarah, mandul; namun Tuhan memberitahukan dia, bahwa dia ditakdirkan untuk menjadi bapak dari banyak bangsa, bahwa semua wilayah yang dia lintasi dalam perjalanan akan diberikan sebagai warisan kepada keturunannya, dan bahwa “ dengan benihnya semua bangsa di muka bumi akan diberkahi ”! Janji yang sangat hebat dan unik dalam sejarah agama ini diterima dengan keimanan yang tak tergoyahkan di pihak Ibrahim, yang tidak punya keturunan, tidak punya anak.

Ketika Ia dibawa keluar untuk memandang ke langit pada malam hari dan diberi tahu oleh Allah bahwa anak cucunya akan sebanyak bintang dilangit dan sama tidak terhitungnya dengan pasir di pantai, Ibrahim mempercayai-Nya. Dan keimanannya kepada Tuhan inilah yang "terhitung sebagai kebajikan", sebagaimana dikatakan kitab-kitab suci.

Gadis Mesir yang miskin dan berbudi luhur, Hajar namanya, adalah seorang budak dan pelayan Sarah. Atas tawaran dan restu sang nyonya rumah, maka sang pelayanan perempuan pun dikawini oleh Nabi Ibrahim sebagaimana mestinya, dan dari perkawinan ini lahirlah Ismail, sebagaimana diramalkan oleh malaikat.

Ketika Ismail berumur tiga belas tahun, Allah sekali lagi mendatangi Ibrahim melalui Malaikat-Nya dan wahyu; janji lama yang sama diulangi lagi kepada Ibrahim; upacara khitanan secara resmi dilembagakan dan dengan segera dilaksanakan. Ibrahim, pada usianmya yang kesembilanpuluh, Ismail, dan semua pelayan laki-laki, dikhian; dan 'perjanjian' antara Tuhan dan Ibrahim bersama satu-satunya anak yang dilahirkan pun dibuat dan disahkan, seakan-akan dengan darah khitan. Hal itu semacam fakta antara Surga dan Negeri yang Dijanjikan yang ditandatangani dalam diri Ismail sebagai satu-satunya keturunan dari kepala keluarga nonagenarian (orang yang berumur antara 90-99 tahun --penerj.). Ibrahim menjanjikan kesetiaan dan kepatuhan pada Penciptanya, dan Tuhan menjanjikan untuk selamanya menjadi Pelindung dan Tuhan dari keturunan Ismail.

Belakangan –maksudnya ketika Ibrahim berusia 99 tahun dan Sarah 90 tahun- ternyata Sarah juga melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Ishaq, ini sesuai dengan janji Tuhan.

Karena tidak disampaikan urutan kronologisnya dalam Kitab Kejadian, maka kita diberitahukan bahwa setelah lahirnya Ishaq, Ismail dan ibundanya dikeluarkan dan disuruh pergi dengan cara yang sangat kejam, semata-mata karena Sarah begitu menginginkannya. Ismail dan ibundanya lenyap ditengah gurun pasir; sebuah mata air menyembur ketika sang anak nyaris menemui ajal karena kehausan; ia pun minum dan terselamatkan. Tidak ada lagi yang didengar dari Ismail dalam Kitab Kejadian selain bahwa ia mengawini seorang perempuan Mesir, dan ketika Ibrahim meninggal ia hadir bersama Ishaq untuk menguburkan bapak mereka.

Kemudian kitab Kejadian melanjutkan kisah tentang Ishaq, dua anaknya, dan turunnya Yaqub ke Mesir, dan diakhiri kematian Yusuf.

Peristiwa penting berikutnya dalam sejarah Ibrahim seperti terekam dalam Kitab Kejadian (22) adalah pengorbanan "anak laki-laki satu-satunya" kepada Tuhan, tetapi ia ditebus dengan seekor kambing jantan yang dipersembahkan oleh seorang malaikat. Al-Qur'an mengatakan:

"Seseungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata (bagi Ibrahim) (QS ash-Shaffat 37:106)

Tetapi kecintaannya kepada Allah melebihi setiap kecintaan lainnya; dan karena alasan inilah maka ia dijuluki "Sahabat Allah" (QS.4)

Demikianlah cerita singkat mengenai Ibrahim dalam hubungannya dengan subjek tentang Hak Kelahiran dan Perjanjian.

Ada tiga poin berbeda-beda yang harus diterima sebagai kebenaran oleh setiap orang yang sungguh-sungguh beriman kepada Allah:

Poin Pertama , adalah Ismail adalah anak sah Ibrahim, anak pertamanya, dan oleh karena itu klaimnya tentang hak kelahiran sangatlah adil dan sah!

Poin Kedua, adalah bahwa perjanjian dibuat antara Tuhan dan Ibrahim dan juga anak satu-satunya, Ismail, sebelum Ishaq lahir. Perjanjian dan kebiasaan khitan itu tidak akan punya nilai dan arti penting kalau janji yang diulang-ulang itu tidak terkandung dalam firman Tuhan, “ Melaluimu semua bangsa bumi akan diberkahi ” dan khususnya ungkapan Benih “ yang akan keluar dari mangkuk-mangkuk ia akan menjadi ahli warismu ” (Kejadian 15:4). Janji itu dipenuhi ketika Ismail lahir (kejadian 16), dan Ibrahim mendapat penghiburan bahwa pelayan utamanya Eliezer tidak akan lagi menjadi ahli warisnya.

Konsekuensinya, kita harus mengakui bahwa Ismail adalah pewaris martabat dan hak istimewa Ibrahim yang riil dan sah. Hak prerogratif bahwa “ karena Ibrahim maka semua bangsa dibumi akan diberkahi ” begitu sering diulang-ulang--meskipun dalam bentuk-bentuk berbeda-- adalah warisan karena hak kelahiran, dan merupakan warisan Ismail dari garis ayah. Warisan yang menjadi hak Ismail karena hak keturunan bukanlah tenda tempat Ibrahim bernaung atau seekor unta tertentu yang biasa ia tunggangi, tetapi hak untuk menaklukkan dan menduduki selamanya wilayah yang membentang dari sungai Nil sampai Efrat yang dihuni oleh sekitar sepuluh bangsa yang berbeda-beda (Kejadian 17:18-21). Negeri-negeri ini belum pernah ditaklukan oleh keturunan Ishaq, melainkan oleh keturunan Ismail. Inilah pemenuhan yang aktual dan sesuai dengan kenyataan terhadap salah satu syarat yang termuat dalam perjanjian.

Poin Ketiga, adalah bahwa Ishaq juga lahir secara ajaib dan secara khusus diberkati oleh Yang Maha Kuasa, dan bahwa untuk kaumnyalah negeri Kanaan dijanjikan dan benar-benar dikuasai oleh Yoshua. Tidak seorang muslim pun pernah berpikir meremehkan kedudukan Ishaq dan anaknya Yaqub yang sakral dan profetis; karena meremehkam seorang nabi adalah sebuah tindakan buruk. Ketika kita membandingkan Ismail dan Ishaq, tidak ada yang dapat kita lakukan selain bersikap ta'zim dan hormat pada mereka berdua sebagai hamba-hamba Allah yang suci.

Sebenarnya, bani Israel, dengan hukum dan kitab sucinya, memiliki sejarah keagamaan yang cukup unik di "dunia lama". Mereka benar-benar umat pilihan Tuhan, meskipun mereka sering menentang Allah dan jatuh ke dalam kemusyrikan, namun mereka telah melahirkan banyak sekali nabi dan laki-laki serta perempuan yang shaleh ke dunia.

Sejauh ini, tidak ada poin kontroversi yang riil antara bani Ismail dan bani Israel. Karena jika “keberkahan” dan “hak kelahiran” diartikan hanya semacam pemilikan materi dan kekuasaan, maka perselisihan akan diselesaikan sebagaimana telah diselesaikan dengan pedang dan fakta yang telah terjadi mengenai penguasaan Arab atas negeri-negeri yang dijanjikan.

Tidak! Ada poin perselisihan yang fundamental diantara kedua bangsa yang sekarang eksis selama hampir empat ribu tahun; Dan bahwa yang diperselisihkan tersebut adalah mengenai perselisihan mengenai al masih dan Muhammad. Kaum Yahudi tidak melihat pemenuhan atas apa yang disebut nubuat-nubuat Mesianis dalam diri Yesus atau kalau tidak dalam diri Muhammad. Kaum Yahudi selalu cemburu terhadap Ismail, karena mereka sangat mengetahui bahwa karena dirinya maka perjanjian dibuat dan melalui pengkhitanannya maka perjanjian pun ditanda tangani dan disahkan. Dan karena dendam inilah para pendeta dan doktor hukum mereka menyelewengkan dan menyisipkan banyak bagian dalam kitab-kitab suci mereka. Menghapuskan nama Ismail dari ayat ke 2, ke 6, ke 7 dalam pasal ke 20 dalam kitab Kejadian, dan memasukkan nama Ishaq sebagai gantinya, dan meninggalkan julukan deskriptif "satu-satunya anakmu yang dilahirkan" adalah menyangkal eksistensi Ismail dan melanggar perjanjian yang dibuat oleh Allah dan Ismail. Dengan jelas dikatakan oleh Allah dalam pasal ini: "karena engkau tidak mengecualikan satu-satunya anakmu yang dilahirkan, maka Aku akan menambah dan membiakkan keturunanmu sebanyak bintang-bintang di langit dan pasir di pantai.” Kata membiakkan mana yang digunakan oleh malaikat kepada Hajar dipadang gurun: Aku akan membiakkan anak cucumu sampai tak terkira banyaknya, dan bahwa Ismail akan menjadi “ orang yang subur” (Kejadian 16:12) Sekarang umat Kristen telah menerjemahkan kata bahasa Ibrani yang sama, yang berarti “subur” atau “berlimpah” dari kata kerja “para” --- identik dengan bahasa arab wefera-- dalam versi-versi mereka sebagai “keledai liar”! Tidakkah memalukan dan kufur menyebut Ismail dengan sebutan “keledai liar” sedangkan Allah menyebutnya “subur” dan “berlimpah”.

Sangat luar biasa bahwa Kristus sendiri (seperti dilaporkan oleh kitab Injil Barnabas) yang mencerca kaum Yahudi (dimana kaum Yahudi mengatakan bahwa Rasul Agung yang mereka sebut 'Mesias' akan turun dari generasi keturunan Raja Daud, terang-terangan memberi tahu mereka bahwa tidak mungkin ia anak Daud, karena Daud menyebut dia 'Tuhannya', dan selanjutnya menjelaskan bagaimana bapak-bapak mereka telah mengubah kitab-kitab suci, dan bahwa Perjanjian dibuat, tidak dengan Ishaq, tetapi dengan Ismail, yang diambil untuk diberikan sebagai pengorbanan kepada Tuhan, dan bahwa ungkapan "satu-satunya anakmu yang dilahirkan" berarti Ismail, bukan Ishaq.

Paulus yang menganggap dirinya sebagai seorang rasul dari Yesus Kristus, menggunakan beberapa kata yang tidak sopan tentang Hajar (Galatia 6:21-23, dan ditempat lainnya) dan Ismail, dan terang-terangan menentang Gurunya. Orang ini telah melakukan segala upaya untuk merusak dan menyesatkan umat Kristen yang dulu dianiayanya sebelum ia memeluk Kristen; dan saya sangat ragu bahwa Yesus versi Paulus tidak mungkin seorang Yesus tertentu, juga anak Maria, yang digantung diatas sebuah pohon sekitar satu abad sebelum Kristus, karena pretensi-pretensi Mesianiknya.

Sesungguhnya, surat-surat Paulus sebagaimana ditunjukkan dihadapan kita penuh dengan doktrin-doktrin yang benar-benar sangat menjijikkan bagi spirit Perjanjian Lama, dan juga spirit Nabi dari Nazaret yang rendah hati.

Paulus adalah seorang Pharisee yang fanatik dan seorang ahli hukum dan filsafat. Setelah memeluk agama Kristen ia malah kelihatan menjadi lebih fanatik lagi dibanding sebelumnya. Kebenciannya terhadap Ismail dan klaimnya terhadap hak kelahiran membuatnya lupa dan mengabaikan hukum Musa yang melarang seorang lelaki menikahi saudara perempuannya sendiri dengan ancaman hukuman mati.


Jika Paulus diberi wahyu oleh Tuhan, maka ia sudah dicela kitab Kejadian sebagai penuh dengan kepalsuan ketika ia mengatakan dua kali bahwa Ibrahim adalah suami dari saudara perempuannya sendiri. Atau kalau tidak, ia sudah menuduh Nabi sebagai pembohong! (Tuhan melarang.) Tetapi ia mempercayai firman-firman dalam kitab, dan kata hatinya tidak menyiksanya setidaknya ketika ia mengidentifikasikan Hajar dengan Gurun Sinai yang tandus, dan sifat-sifat Sarah sebagai Yerusalem diatas surga (Galatia 4:25-26).

Pernahkah Paulus membaca laknat dari hukum ini:

“Terkutuklah orang yang tidur dengan saudaranya perempuan, anak perempuan bapaknya, atau anak perempuan ibunya. Dan seluruh bangsa itu akan berkata: Amin?” (Ulangan 27:22)

Adakah hukum manusia atau Ilahi yang menganggap lebih sah orang yang merupakan anak laki-laki dari paman dan bibinya daripada orang yang bapaknya adalah orang Khaldean dan ibunya orang Mesir? Apa engkau menentang kesucian dan keshalehan Hajar? Tentu tidak, karena ia adalah istri dari seorang nabi dan ibu dari seorang nabi, dan ia sendiri memperoleh wahyu Ilahi.

Tuhan yang membuat perjanjian dengan Ismail karenanya menjelaskan hukum waris, yaitu jika seorang lelaki mempunyai dua istri, yaitu satu dicintai dan satunya lagi tidak dicintai, dana masing-masing melahirkan seorang anak laki-laki, dan jika anak dari istri yang tidak dicintai adalah lahir yang pertama (sulung), maka anak itu, dan bukan anak dari istri yang dicintai, berhak atas hak kelahiran (warisan). Konsekuensinya yang lahir pertama akan mewarisi dua kali dari saudaranya (Ulangan 21:15-17). Lantas, apakah hukum ini tidak cukup untuk membungkam semua orang yang menentang klaim Ismail yang pantas atas hak kelahiran (warisan sebagai anak sulung)?

Sekarang kita membahas persoalan hak kelahiran ini sesingkat mungkin. Kita tahu bahwa Ibrahim adalah seorang kepala nomadem dan juga seorang Rasul Tuhan, dan bahwa ia biasa tinggal di tenda dan mempunyai banyak kawanan ternak dan kekayaan. Kini orang-orang suku nomadem tidak mewarisi tanah dan padang rumput, tetapi sang tokoh menyerahkan kepada masing-masing anaknya klan-klan atau suku-suku tertentu sebagai warga negara atau tanggungannya. Peraturannya, yang paling muda mewarisi tungku atau tenda orang tuanya, sedangkan yang lebih tua --kecuali kalau tidak layak-- mewarisi singgasananya.

Sang penakluk dari Mongol Jenghiz Khan, digantikan oleh Oghtai, anaknya yang paling tua, yang bertahta di Pekin sebagai Khaqan, tetapi anaknya yang paling muda tetap mendapat tungku bapaknya di Qaraqorum, Mongolia. Sama persis dengan dua anaknya nabi Ibrahim. Ishaq, yang lebih muda, mewarisi tenda bapaknya dan seperti bapaknya, menjalani kehidupan nomadem di tenda-tenda. Tetapi Ismail, dikirim ke Hijaz untuk menjaga rumah Allah yang telah dibangunnya dengan Ibrahim (Q.S.2). Di sinilah ia menetap, menjadi Nabi dan Pangeran di kalangan suku-suku Arab yang mempercayainya.

Di Mekah, Ka'bah menjadi pusat ziarah yang disebut al Hajj . Ismail lah yang mendirikan agama satu Allah yang sejati dan melembagakan Khitanan. Anak cucunya dengan cepat bertambah dan berlipat ganda seperti bintang-bintang di langit.

Dari masa Ismail sampai dengan lahirnya Muhammad, bangsa Arab Hijaz, Yaman, dan lain-lainnya sudah merdeka dan menjadi pemilik atas negeri-negeri mereka sendiri. Kekaisaran Romawi dan Persia tidak berdaya untuk menaklukkan bani Ismail. Meskipun kemusyrikan kemudian diperkenalkan, namun nama Allah, Ibrahim, Ismail, dan beberapa nabi lainnya tetap tidak dilupakan oleh mereka. Bahkan Esau anak Ishaq yang lebih tua, menyerahkan tungku bapaknya kepada adiknya, Yakub, dan tinggal di Edom, disana ia menjadi pemimpin kaumnya dan segera bercampur dengan suku-suku Arab keturunan Ismail, yang adalah paman sekaligus bapak mertuanya.

Kisah tentang Esau yang menjual hak kelahirannya kepada Yakub untuk mendapat sepiring sop kental adalah muslihat busuk yang dibuat-buat untuk menjustifikasikan perlakuan buruk yang dinisbahkan kepada Ismail. Dinyatakan tanpa dibuktikan kebenarannya, bahwa Tuhan membenci Esau dan mencintai Yakub, sementara anak kembar itu masih berada dalam rahim ibunya. Dan bahwa “ saudara yang lebih tua akan menghamba kepada saudara yang lebih muda ” (Kejadian 25, Roma 11:12,13). Tetapi anehnya, laporan lain, mungkin dari sumber lain, menunjukkan kasus ini hanya sebagai kebalikan dari prediksi tersebut diatas. Karena pasal 33 dari Kitab Kejadian, dengan jelas mengakui bahwa Yakub menghamba kepada Esau, didepan siapa ia tujuh kali sujud menghormat, dengan menyebutnya “tuanku” dan menyatakan dirinya sebagai “hambamu”.

Ibrahim dilaporkan memiliki beberapa anak lainnya dari Qitura dan para 'selir', kepada siapa ia memberikan hadiah atau pemberian dan mengirim mereka ke timur. Mereka semua menjadi suku-suku yang besar dan kuat. Dua belas anak Ismail disebutkan nama-namanya menurut urutannya dan dideskripsikan, masing-masing menjadi tokoh di kota dan kampung atau tentaranya (Kejadian 25). Begitu pula anak-anak dari Qitura, dan lain-lainnya, juga anak-anak keturunan Esau yang disebut nama-nama mereka.

Ketika kita melihat jumlah keluarga Yakub pada saat pergi ke Mesir, yang hampir tidak melebihi 70 kepala, dan ketika ia ditemui oleh Esau diiringi 400 pengawal berkuda dan suku-suku Arab yang kuat yang tunduk pada 12 Emir dari keluarga Ismail, dan kemudian ketika nabi Allah terakhir memproklamirkan agama Islam, semua suku Arab itu secara bersama-sama menyambutnya dengan gembira dan menerima agamanya, dan menyerahkan semua negeri-negeri yang dijanjikan kepada anak-anak Ibrahim, sebenarnya kita harus buta agar tidak melihat bahwa perjanjian dibuat dengan Ismail dan janji teralisir dalam diri nabi Muhammad saw.

Sebelum menyimpulkan bab ini, saya ingin menarik perhatian para pengkaji Alkitab --terutama pengkaji yang kekritisannya terhadap Alkitab lebih tinggi-- pada kenyataannya bahwa nubuat-nubuat dan bagian-bagian mesianik merupakan propaganda untuk Dinasti Daud setelah kematian Raja Sulaiman ketika kerajaannya terpecah menjadi dua. Dua nabi besar Elias dan Elisha yang tumbuh subur di Kerajaan Samaria atau Israel, malah tidak menyebut nama Daud ataupun Sulaiman. Yerusalem tidak lagi menjadi pusat agama untuk sepuluh suku dan klaim-klaim kaum Daud terhadap pemerintahan yang abadi ditolak!

Tetapi nabi-nabi seperti nabi Isyaia dan lainnya yang terikat dengan Bait Yerusalem dan Rumah Daud telah meramalkan kedatangan seorang nabi dan raja besar.

Sebagaimana dikatakan dalam artikel pertama, terdapat beberapa tanda nyata yang menjadi pengenal dari Nabi terakhir yang akan datang. Dan tanda-tanda inilah yang akan coba kita telaah dalam uraian-uraian berikutnya.




 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Misteri Mispa

Dalam uraian ini, sebagaimana judulnya, saya akan mencoba memberikan suatu penjelasan tentang Stone-Cult (pemujaan batu) bangsa Yahudi kuno, yang mereka warisi dari Ibrahim, nenek moyang mereka, dan menunjukkan bahwa Stone Cult dilembagakan di Mekkah oleh Patriarch (bapak para nabi) itu dan anaknya Ismail. Di negeri Kanaan oleh Ishaq dan Yakub, dan di Moab dan tempat lainnya oleh anak cucu Ibrahim lainnya.

Dengan istilah Stone-Cult perlu dipahami dulu, maksud saya bukan penyembahan batu, yakni kemusyrikan (pemujaan kepada berhalaa); saya mengartikannya sebagai penyembahan Tuhan melalaui batu yang secara khusus dijadikan arah yang dimaksudkan untuk tujuan itu.

Pada jaman dahulu kala tersebut, ketika keluarga pilihan itu menjalani kehidupan nomadem dan menggembala, tidak ada tempat tinggal yang tetap dimana ia dapat membangun rumah, yang khusus dipakai untuk menyembah Tuhan; mereka biasa menegakkan sebuah batu tertentu yang disekelilingnya digunakan untuk melaksanakan haji, maksudnya, berputar tujuh kali dalam bentuk gelang menari.

Kata Hajj (haji) bisa menakuti para pembaca Kristen dan mereka mungkin ciut dengan pemandangannya disebabkan oleh bentuk bahasa Arabnya dan karena sekarang, ia merupakan pelaksanaan ibadah keagamaan kaum Muslim.

Kata Hajj benar-benar identik dalam makna dan etimologinya dengan kata yang sama dalam bahasa Ibrani Hagag dan bahasa semit lainnya. Kata kerja Ibrani Hagag sama dengan kata Arab Haji , satu-satunya perbedaan adalah pengucapan huruf ketiga dari alfabet bahasa semit gamal , yang diucapkan orang Arab sebagai j . Hukum Musa menggunakan kata Hagag atau Haghagh ini,6 ketika memerintahkan pelaksanaan upacara perayaannya. Kata tersebut berarti melingkari sebuah gedung, sebuah altar atau sebuah batu dengan cara berlari mengelilinginya dengan langkah yang tetap dan teratur dengan tujuan melaksanakan perayaan keagamaan sambil bergembira dan bernyanyi.

Di Timur, kaum Kristen masih mempraktekkan apa yang mereka sebut higga selama haru-hari raya atau dalam perkawinan. Konsekuensinya, kata ini tidak ada hubungannya dengan ziarah, yang berasal dari bahasa Itali pellegrino, dan ini pun dari bahasa Latin peregrinus--artinya 'orang asing'.

Selama persinggahannya, Ibrahim biasa membangun sebuah altar untuk ibadah dan korban ditempat-tempat yang berbeda dan pada kesempatan-kesempatan tertentu. Ketika Yakub sedang dalam perjalanan ke Padan Aram dan melihat pemandangan tangga yang indah itu, ia menegakkan sebuah batu disana, yang diatasnya ia taburi dengan minyak dan menyebutnya Betel, yaitu 'rumah Tuhan'; dan dua puluh tahun kemudian ia kembali mengunjungi batu itu, yang diatasnya ia taburkan minyak dan 'anggur murni' [!] sebagaimana tercatat dalam Kejadian 28:10-22;35.

Sebuah batu khusus ditancapkan sebagai monumen oleh Yaqub dan bapak mertuanya diatas tumpukan batu yang disebut Gal'ead dalam bahasa Ibrani, dan Yaghar sahdutha oleh Laban dalam bahasa Aramianya yang berarti ‘tumpukan kesaksian'. Tetapi, kata benda nama diri yang mereka berikan pada batu yang ditancapkan itu adalah Mispa (Kejadian 31:45-55), dan saya lebih suka untuk menuliskannya dalam bentuk bahasa Arab yang tepat, Mispha , dan hal ini saya lakukan agar bermanfaat untuk para pembaca Muslim saya.

Kini Mispha (Mizpa) ini kemudian menjadi tempat ibadah yang paling penting, dan pusat berkumpulnya bangsa-bangsa dalam sejarah Bani Israil. Disinilah Naphthah (Yefta) – seorang pahlawan Yahudi – bersumpah “dihadapan Tuhan”, dan setelah mengalahkan Bani Amon, ia diharuskan mengorbankan saudara perempuan satu-satunya sebagai sajian yang dibakar (Hakim 11).

Di Mispha semua orang dikumpulkan oleh Nabi Samuel, dimana mereka "bersumpah dihadapan Tuhan" untuk menghancurkan semua patung dan berhala mereka dan kemudian diselamatkan dari tangan orang-orang Filistin (1 1 Samuel 7). Disinilah bangsa itu berkumpul dan Saul ditetapkan sebagai raja atas Bani Israil (1 Samuel 10).

Singkatnya, setiap peristiwa besar nasional diputuskan di Mispha ini atau di Betel. Kelihatan bahwa tempat-tempat suci ini dibangun diatas tempat yang tinggi atau diatas panggung yang ditinggikan, sering disebut Ramoth , yang berarti “tempat tinggi.” Bahkan setelah pembangunan Bait Sulaiman yang indah pun, Mispha tetap diberikan penghormatan yang besar. Namun, seperti Ka'bah di Mekkah, Mispha-mispha ini sering diisi dengan patung-patung dan berhala. Setelah penghancuran Yerusalem dan Bait Allah oleh Bangsa Khaldea, Mispha masih mempertahankan watak sakralnya paling tidak hingga zaman Maccabees selama pemerintahan Raja Antiochus.7

Sekarang, apa artinya kata Mispa ? Pada umumnya kata ini diterjemahkan sebagai “menara pengawas”, dan tergolong kata benda Semitik – Asma Zarf – yang namanya diambil atau berasal dari benda yang mereka cakup atau kandung. Mispa adalah tempat atau bangunan yang namanya berasal dari sapha , kata kuno untuk “batu”. Kata biasa untuk batu dalam bahasa Ibrani adalah iben , dan dalam bahasa Arab hajar . Bahasa Syriac (bahasa Arami kuno yang dipakai oleh orang-orang Syria – penerj ) untuk batu adalah kipa . Tetapi safa atau sapha nampaknya lazim mereka gunakan untuk suatu objek atau orang tertentu ketika ditunjuk sebagai “batu”. Karena itu, makna sebenarnya dari Mispa adalah lokasi atau tempat dimana sebuah sapha atau batu dipasang.

Akan diketahui bahwa ketika nama ini, Mispa , untuk pertama kali diberikan kepada batu yang dipancang diatas tumpukan batu, maka tidak ada bangunan yang didirikan disekelilingnya. Itulah tempat diatas mana sebuah sapha berada, yang disebut mispa .

Sebelum menjelaskan pengertian dari kata benda sapha , saya harus meminta lagi kesabaran para pembaca yang tidak mengerti bahasa Ibrani. Dalam alfabet bahasa Arab tidak ada bunyi p persis sebagaimana bahasa Ibrani dan bahasa-bahasa Semit lainnya, dimana huruf p , seperti g , kadang-kadang lemah dan diucapkan seperti f atau ph . Dalam bahasa Inggris, biasanya, kata-kata Semitik dan Yunani yang mengandung bunyi f ditransliterasikan dan ditulis dengan sisipan ‘ph' sebagai ganti ‘f' , misanya Seraph, Mustapha, dan Philosophy . Sesuai dengan kaidah ini, saya lebih suka menuliskan kata sapha ini dengan safa .

Ketika Yesus Kristus menjuluki murid pertamanya Shim'on (Simon) dengan gelar ‘Petros' (Peter), sudah pasti yang ia maksud adalah Sapha kuno yang sakral ini yang telah hilang lama! Tetapi, aduh! Kita benar-benar tidak dapat mengemukakan kata yang persis sama yang dia ungkapkan dalam bahasanya sendiri. Bentuk bahasa Yunani Petros dalam jenis kelamin laki-laki (maskulin) – feminimnya Petra – sama sekali tidak kuno dan bukan bahasa Yunani, sehingga kita heran kata tersebut diadopsi oleh gereja.

Apakah Yesus dan orang-orang Yahudi lainnya pernah bermimpi menyebut nelayan Bar Yona sebagai Petros ? Pasti tidak. Versi Syriac yang disebut Pshittha sering mengubah bentuk bahasa Yunani ini menjadi Kipha (Kipa) . Dan fakta bahwa teks Yunani pun telah mempertahankan nama asli “Kephas” yang versi-versi Inggrisnya telah meniru dalam bentuk “Cephas”, menunjukkan bahwa Yesus berbicara bahasa Arami dan memberikan julukan “Kipha” kepada murid utamanya.

Versi-versi Arab kuno Perjanjian Lama sudah sering menuliskan nama Petrus dengan “Sham'un' as-Sapha”; artinya, “Simon si Batu”. Ucapan Yesus: “Engkau adalah Petrus”, dan sebagainya, mempunyai padanan dalam versi bahasa Arab dalam bentuk “Antas-Sapha” (Matius 16:18; Yohanes 1:42; dan sebagainya).

Oleh karena itu, konsekuensinya jika Simon sebagai sang Sapha , maka gereja yang akan dibangun diatasnya pasti menjadi Mispha . Bahwa Yesus harus menyamakan Simon dengan Sapha dan gereja dengan Mispha sangatlah luar biasa. Tetapi, ketika saya membongkar misteri yang tersembunyi dalam persamaan ini dan hikmah yang terkandung dalam Sapha , maka kata itu mesti diterima sebagai kebenaran yang sangat mengagumkan tentang kelayakan Muhammad atas gelarnya yang agung: “Sang Mustapha”!

Dari apa yang telah dinyatakan diatas, keingintahuan pasti membawa kita untuk mengajukan beberapa pertanyaan:

  1. Mengapa kaum Muslim dan Unitarian (Ahlutauhid) keturunan Ibrahim memilih sebuah batu untuk melaksanakan ibadah keagamaan mereka diatas atau disekelilingnya?

  1. Mengapa batu khusus itu harus diberi nama sapha ?

  1. Apa yang diinginkan penulis? Dan seterusnya--barangkali beberapa lagi
Batu dipilih sebagai material yang paling tepat dimana orang yang taat (pada agamanya) berjalan mengelilinginya, memberikan (ibadah) korbannya, menuangkan minyak dan anggur 8 murninya, dan melaksanakan ibadahnya disekeliling batu. Tentunya lebih dari itu, batu ini ditegakkan untuk memperingati sumpah-sumpah dan janji-janji tertentu yang dibuat oleh seorang nabi atau orang shaleh kepada Penciptanya, dan wahyu yang ia terima dari Tuhan. Konsekuensinya, ia merupakan monumen suci untuk mengabadikan kenangan dan tokoh suci dari suatu peristiwa besar keagamaan.

Untuk tujuan seperti itu, maka tidak ada material lain yang mampu mengungguli batu. Bukan hanya kekerasan dan daya tahan batu yang membuatnya cocok untuk tujuan tersebut, tetapi juga kesederhanaannya, kemurahannya, dan ketidakberhargaannya di suatu tempat yang sepi, akan melindunginya dari setiap daya tarik yang menimbulkan ketamakan atau kebencian manusia untuk mencuri atau menghancurkannya.

Sebagaimana diketahui, Hukum Musa dengan keras melarang memecah atau memahat batu-batu altar. Batu bernama Sapha benar-benar harus dibiarkan alami; tidak boleh ada gambar, prasasti, atau peralatan yang ditulis diatasnya, agar tidak satu pun dari hal-hal tersebut dijadikan sembahan di masa akan datang oleh orang-orang bodoh. Emas, besi, tembaga, atau logam lainnya, tidak dapat memenuhi semua sifat ini yang terdapat dalam batu yang sederhana. Oleh karena itu, akan dimengerti bahwa material yang paling murni, paling tahan lama, paling memenuhi syarat, dan paling aman untuk sebuah monumen yang religius dan sakral tidak bisa selain batu.

Patung Yupiter dari perunggu yang disembah oleh kafir Romawi Pontifex Maximus, diangkut dari Pantheon dan dituang kembali menjadi patung St. Petrus atas perintah seorang Kristen Pontiff. Sebenarnya, hikmah yang terdapat dalam sapha itu mengagumkan dan patut mendapat penghargaan dari orang-orang yang tidak menyembah objek lain, selain Tuhan.

Harus juga diingat bahwa Sapha yang ditegakkan itu tidak hanya merupakan sebuah monumen keramat; tetapi juga merupakan tempat dan sirkuit dimana Sapha itu diletakkan. Karena alasan itulah, maka hajj (haji) kaum Muslim, seperti higga dalam bahasa Ibrani, dilaksanakan mengelilingi bangunan dimana batu suci terpasang.

Adalah fakta yang bayak diketahui bahwa kaum Karamatian yang membawa Batu Hitam dari Ka'aba (Ka'bah) dan menyimpannya di negeri mereka selama sekitar dua puluh tahun, diharuskan membawa dan meletakkannya kembali ditempatnya semula karena mereka tidak dapat menarik para peziarah dari Mekkah. Seandainya, ia adalah emas atau objek berharga lainnya, ia tidak mungkin ada, paling tidak, selama kira-kira lima ribu tahun; atau seandainya pun ada pahatan atau gambar seni diatasnya, maka sudah dihancurkan oleh nabi Muhammad sendiri.

Adapun mengenai makna – atau mungkin makna-makna – Sapha , saya sudah membicarakannya sebagai sifat-sifat batu itu.

Kata Sapha terdiri dari konsonan “sadi” dan “pi” yang diakhiri dengan vokal “hi”, yang mana keduanya sebagai kata kerja dan kata benda. Artinya, dalam bentuk qal -nya, “menyucikan, mengawasi, memandang dari jauh, dan memilih”. Ia juga bermakna “menjadi kuat dan baik”; dalam paradigma pi'el -nya, yaitu kausatif, ia bermakna “membuat suatu pilihan, menyebabkan memilih”, dan seterusnya.

Orang yang mengawasi dari sebuah menara disebut Sophi (2 Raja-raja 9:17, dst.). Di zaman kuno – yaitu, sebelum dibangunnya Bait Sulaiman – nabi atau “Manusia Tuhan” disebut Roi dan Hozi , yang artinya “pelihat (ahli ramal)” (1 Samuel 9:9). Para ahli bahasa Ibrani, tentunya tidak asing dengan kata Msaphpi , atau malah Msappi , yang dalam orthografi sama dengan bahasa Arab Musaphphi , yang berarti “orang yang berusaha keras memilih yang murni, baik, dan kuat”, dan sebagainya.

Pengawas di Menara Yisrael, seperti dikutip tadi, memandang dan mengawasi dengan tajam dari jarak yang sangat jauh untuk melihat dengan jelas serombongan orang yang datang ke kota . Ia melihat utusan pertama sang Raja yang tiba dan bergabung dengan rombongan itu tetapi tidak kembali. Kasus yang sama terjadi pada kasus kedua dan ketiga. Baru kemudianlah sang Sophi dapat melihat dengan jelas ketua rombongan, yakni Yehu. Nah, lantas apa urusan dan jasa pengawas itu? Yaitu mengawasi dengan saksama dari jarak tertentu untuk membedakan sesuatu diantara yang lainnya dengan maksud untuk mengetahui identitasnya dan gerakan-gerakannya, jika benar-benar memungkinkan, dan kemudian menginformasikan kepada rajanya.

Jika Anda bertanya: Apa urusan dan jasa dari Sophi yang sendirian berada di Mispa itu? Jawabannya – yang sekadar bahwa ia biasa mengawasi dari Menara Mispha (Mispa) untuk melihat dengan jelas identitas para peziarah di gurun pasir, atau bahwa ia biasa terus menjaga jangan sampai terjadi suatu bahaya – tidak mampu memuaskan seorang penyelidik yang sangat ingin tahu. Jika demikian, Mispha akan kehilangan watak religius dan sakralnya, dan malahan akan kelihatan sebagai menara pengawas militer.

Namun kasus Sophi dan Mispha sangat berbeda. Pada mulanya, Mispha hanyalah sebuah bait sederhana di sebuah tempat tinggi yang terpencil di Gal'ead dimana sang Sophi beserta keluarga dan pelayannya biasa tinggal. Setelah penaklukkan dan pendudukan negeri Kanaan oleh Israel , jumlah Mispha bertambah, dan mereka segera menjadi pusat-pusat keagamaan yang besar dan berkembang menjadi lembaga-lembaga pengetahuan dan confraternities .9 Mereka kelihatannya seperti Maulawi, Bakhtasy, Naqsyabandi, dan kumpulan-kumpulan keagamaan lainnya, masing-masing berada di bawah Syeikh dan Mursyid-nya sendiri-sendiri. Mereka mempunyai sekolah-sekolah yang menempel di Mispha , dimana hukum, agama, literatur Yahudi dan cabang-cabang ilmu pengetahuan lainnya dijabarkan.

Namun disamping karya kependidikan ini, sang Sophi menjadi kepala tertinggi dari suatu komunitas calon-calon anggota yang biasa dilatih dan diajarinya agama esoteris atau mistis yang kita kenal dengan nama Sophia . Sebenarnya, apa yang kita istilahkan sekarang dengan Suphee ( sufee atau sufi ) kemudian disebut nbiyim atau “nabi,” dan yang disebut, dalam istilah Islam takkas, zikr, atau doa dalam sembahyang, mereka biasa mengatakan “bernubuat.”

Di masa nabi Samuel, yaitu kepala negara dan juga kepala lembaga-lembaga Mispha , para murid dan calon anggota ini sudah menjadi banyak sekali; dan ketika Saul diberi upacara perminyakan suci dan dinobatkan, ia mengkuti zikr atau praktek doa bersama para calon anggota dan diumumkan dimana-mana, “Lihatlah Saul juga ada diantara para nabi.” Dan ucapan ini menjadi sebuah peribahasa karena ia juga “bernubuat” bersama kelompok nabi-nabi (1 Samuel 10:9-13).

Kaum Sufi diantara kaum Yahudi masih terus sebagai kelompok keagamaan esoteris di bawah supremasi seorang nabi jamannya sampai meninggalnya Raja Sulaiman. Setelah kerajaan terbagi menjadi dua, nampaklah bahwa telah terjadi pula perpecahan hebat diantara para Sophi . Di zaman nabi Elia, sekitar 900 SM, konon ia adalah satu-satunya nabi sejat yang masih ada dan bahwa semua nabi lainnya terbunuh, dan bahwa ada delapan ratus lima puluh nabi dari Baal dan Asyera (Ishra) yang “makan di meja Ratu Izebel” (1 Raja-raja 18:19). Namun hanya beberapa tahun kemudian, murid dan pengganti Elias, nabi Elisa, di Betel dan Yericho di penuhi oleh banyak sekali “anak-anak para nabi” yang meramalkan dia tentang kenaikan tuannya, Elia, yang sudah dekat (2 Raja-raja pasal 2).

Bagaimanapun keadaan riil para Sophi ( Sophee ) Yahudi setelah terjadinya perpecahan besar dalam keagamaan dan kebangsaan, satu hal pasti, bahwa pengetahuan sejati tentang Tuhan dan ilmu agama esoteris terus dipertahankan sampai munculnya Yesus Kristus, yang membangun Komunitas Inisiasi dalam Agama Batin pada Simon sang Sapha , dan bahwa para Sophi sejati atau para peramal dari Mispha Kristen terus menghidupkan pengetahuan ini dan menjaganya sampai munculnya Pilihan Allah, Muhammad al-Mustapha – bahasa Ibrani “ Mustaphi ”!

Alkitab menyebutkan – sebagaimana telah saya sebutkan sebelumnya – banyak sekali nabi terkait dengan Mispha , tetapi kita harus memahami benar bahwa, sebagaimana dinyatakan Al-Qur'an dengan jelas, “Allah sangat mengetahui siapa yang akan ia tunjuk sebagai rasul-Nya” (QS Al-An'am); bahwa Dia tidak memberikan karuania kenabian kepada seseorang karena keningratan, kekayaan, atau bahkan keshalehannya, tetapi karena keridoan-Nya. Keimanan dan semua amal shaleh, meditasi, latihan spiritual, shalat, puasa, dan pengetahuan Ilahiah bisa mengangkat orang baru menjadi seorang musyid atau pembimbing spiritual, atau ke tingkat orang suci, tetapi tidak akan pernah ke status seorang nabi; karena kenabian tidak diperoleh melalui usaha, namun sebagai karunia Allah. Bahkan dianatara para nabi, hanya ada beberpa saja yang berstatus Rasul dengan membawa kitab khusus dan ditugaskan untuk memimpin kaum tertentu atau membawa misi khusus. Oleh karena itu, istilah “nabi” seperti digunakan dalam kitab-kitab suci bahasa Ibrani sering bermakna ganda.

Saya juga harus menyatakan dalam kaitan ini bahwa barangkali sebagian besar materi Alkitab adalah karya atau hasil dari Mispha-Mispha ini sebelum Penahanan Bangsa Babylonia, atau bahkan lebih awal lagi, tetapi kemudian direvisi oleh tangan-tangan yang tidak dikenal sampai memiliki bentuk seperti kita kenal sekarang.

Sekarang masih membicarakan tentang Sufisme Muslim dan kata Yunani Sophia (hikmah); dan diskusi tentang dua sistem pengetahuan tinggi ini benar-benar berada di luar lingkup artikel ini, adalah studi atau ilmu pengetahuan yang lebih luas dari istilah ini, adalah studi atau ilmu pengetahuan tentang prinsip-prinsip wujud pertama; dengan kata lain, filsafat melampaui batas-batas fisik dalam mengkaji wujud sejati, dan meninggalkan studi tentang sebab-sebab atau hukum-hukum dari sesuatu yang terjadi atau yang terlihat di alam. Perlu usaha yang sangat keras untuk menemukan kebenaran.

Sufisme Islam adalah perenungan tentang Allah dan diri ( nafs ), dan perlu usaha yang sangat keras untuk mencapai penyatuan diantara keduanya. Keunggulan Sophia Islam dibandingkan filsafat Yunani nampak jelas dari objek yang dilihatnya. Dan pasti lebih unggul dari paham membujang dan kebiaraan Kristen dalam pengabaiannya terhadap hati nurani dan keyakinan orang lain. Seorang Sophi (sufi) Muslim selalu mempunyai respek terhadap agama lain, menertawakan ide bid'ah dan benci terhadap semua penganiayaan dan penindasan.

Sebagian besar Santo (orang suci) Kristen adalah penganiaya tukang bid'ah, atau kalau tidak, dianiaya tukang bid'ah, dan para santo terkenal dalam ketidaktolerannya.

Sebagai pernyataan kedua, saya ingin menambahkan bahwa para penulis Muslim selalu menulis kata Yunani philosophy (filosifi) dalam bentuk Phelsepha (filsafat) dengan sin sebagai ganti sadi atau tzadi , yakni salah satu huruf konstituen dalam kata Ibrani dan Arab Sapha dan Sophi . Saya kira bentuk ini diperkenalkan ke dalam literatur Arab oleh penerjemah Assyria yang tadinya anggota sekte Nestorian. Bangsa Turki menulis St. Sophia di Konstantinopel dengan sadi , tetapi filosofi dengan sin , seperti samekh orang Yahudi. Saya percaya bahwa bahasa Yunani Sophia harus diidentifikasi secara etimologis dengan kata bahasa Ibrani; dan ide bahwa kata Muslim Sophia ( sawfiya ) berasal dari soph , yang berarti “wol,” harus ditinggalkan.

Sophia – atau hikmah – sejati, pengetahuan sejati tentang Tuhan, ilmu sejati tentang agama dan moralitas, dan pemilihan mutlak Rasul Allah terakhir dari diantara seluruh Utusan-Nya, termasuk institusi kuno Israel yang disebut Mispha sampai ia diubah bentuknya menjadi Mispha kaum Nassara atau Kristen.

Sangat mengagumkan melihat betapa lengkap analoginya dan betapa perekonomian Tuhan mengenai urusan-Nya dengan manusia dilaksanakan dengan keseragaman dan tata tertib yang mutlak. Mispha adalah filter dimana semua data dan orang disaring dan diteliti oleh Musaphphi (bahasa Ibrani, Mosappi ) sebagaimana oleh sebuah alat pemeras (karena demikianlah makna dari kata tersebut) agar yang asli dibedakan dan dipisahkan dari yang palsu, dan yag bersih dari yang kotor; namun abad demi abad silih berganti, beribu-ribu nabi datang dan pergi, masih saja sang Mustapha , manusia pilihan, belum muncul.

Kemudian datanglah Yesus yang kudus, namun ia ditolak dan dianiaya, karena tidak ada lagi di Israel Mispha resmi yang akan mengakui dan mengumumkan dia sebagai Rasul Tuhan sejati yang diutus untuk memberikan kesaksian kepada sang Mustapha yang merupakan nabi terkahir setelahnya. “Majelis Agung Synagog” yang diadakan Ezra dan Nehemia, yang anggota terakhirnya adalah “Simeon Yang Adil” (310 SM), digantikan oleh Pengadilan Tertinggi Yerusalem, namanya “Sahedrin”; namun majelis yang belakangan ini, yang diketuai oleh Nassi atau sang “Pangeran,” menjatuhkan hukuman mati kepada Yesus karena ia tidak mengenal orangnya dan sifat dari misi Ilahiahnya.

Namun segelintir Sophi mengetahui Yesus dan mempercayai misi kenabiannya, akan tetapi khalayak pada satu waktu keliru karena mengira dia sang Mustapha atau Rasul Allah yang “terpilih,” dan meraih serta menyatakannya sebagai raja, namun ia menghilang dari tengah-tengah mereka. Dia bukan sang Mustapha , kalau tidak maka akan menggelikan seandainya menjadikan Simon sebagai Sapha dan Gerejanya sebagai Mispha . Karena tugas dan kewajiban Mispha adalah mengawasi dan mencari sang Rasul Terakhir, agar ketika ia datang ia akan diproklamirkan sebagai Orang Terpilih (sang Mustapha ). Jika Yesus adalah Mustapha , maka tidak perlu lagi ada lembaga Mispha . Ini memang pokok bahasan yang sangat dalam menarik, dan patut dikaji dengan sabar.
Muhammad al-Mustapha adalah misteri Mispha , dan harta karun Sophia.





Footnotes

6. Tidak seperti bangsa Arab yang mengenal j . Bangsa Yahudi dan Arami tidak mengenal bunyi j dalam alfabet mereka; huruf ketiga mereka gamal , apabila keras berbunyi g dan apabila lembut ada bunyi tambahan h nya sehingga menjadi gh .

7. Alkitab yang saya rujuk tidak memuat kitab-kitab Perjanjian Lama deutrocanonical atau Apocryphal. Alkitab ini diterbitkan oleh American Bible Society (New York, 1893). Judulnya adalah Ktabhi Qaddishi Dadiathiqi Wadiathiqi Khadati an S'had-watha Poushaqa dmin lishani qdimaqi. Matba ‘ta d'dasta. Biblioneta d'America [Kitab-kitab suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, disertai konkordasi atau kesaksian-kesaksian. Terjemahan dari bahasa-bahasa kuno. Terbit di Press of The American Bible Society].

8. Anggur tidak haram bagi orang Israel .

9. Perkumpulan orang-orang yang mempunyai tujuan dan profesi yang sama – penerj .





Muhammad Adalah Sang Syiloh

Yaqub, cucu Ibrahim, terbaring sakit ditempat tidur; usianya sudah seratus empat puluh tujuh tahun, dan ajal sedang mendekat dengan cepat. Ia memanggil keduabelas anak dan sanak keluarganya ketempat tidurnya, dan mendoakan setiap anak serta meramal masa depan sukunya. Peristiwa ini secara umum dikenal sebagai "kesaksian Yaqub", dan ditulis dalam gaya bahasa Ibrani yang bagus sekali dengan sentuhan puitis. Ia mengandung beberapa kata yang unik dan tidak pernah muncul lagi dalam Alkitab.

Kesaksian tersebut mengingatkan pada berbagai macam peristiwa dalam kehidupan seorang manusia yang selalu naik turun. Dilaporkan bahwa Yaqub mengambil keuntungan dari rasa lapar saudaranya dan menjual hak kelahirannya untuk mendapat sepiring sop kental, dan menipu bapak tuanya yang buta dan mendapatkan berkah yang menurut hak kelahiran adalah milik Esau. Ia mengabdi selam sepuluh tahun untuk mengawini Rahel, tapi dibohongi oleh bapaknya Rahel, karena dikawinkan dengan kakaknya, Liah; maka ia harus mengabdi tujuh tahun lagi untuk mendapatkan Rahel. Pembantaian semua penduduk laki-laki oleh dua anak Yaqub, Simon dan Levi, karena penzinaan saudara perempuan Yaqub, Dina, oleh Skhekhim, tokoh kota itu, telah sangat membuatnya bersedih hati. Perbuatan memalukan anak pertamanya, Ruben, ketika mengotori tempat tidur bapaknya dengan tidur bersama selirnya tidak pernah dilupakan ataupun dimaafkan olehnya. Tetapi kesedihan terbesar yang menimpanya setelah kehilangan terbesar yang menimpanya setelah kehilangan istri tercintanya Rahel adalah menghilangnya selama beberapa tahun anak laki-laki kesayangannya, Yusuf. Kepergiannya ke Mesir dan pertemuan dengan Yusuf membuatnya sangat gembira dan memulihkan kebutaannya. Yaqub adalah seorang nabi, dan dipanggil oleh Tuhan dengan julukan "Israel", nama yang diadopsi oleh dua belas suku yang menjadi keturunannya.

Kebijakan tentang perebutan hak kelahiran direkam dalam catatan-catatan Kitab Kejadian, dan Yaqub ditampilkan sebagai seorang pahlawan pelanggaran hak-hak orang lain ini. Dilaporkan, Yaqub memberikan hak kelahiran cucunya, Manasye, kepada adik laki-lakinya, Efraim, meskipun dikeluhkan bapak mereka, Yusuf (pasal 48). Ia mencabut hak kelahiran anak pertamanya dan memberikan restunya kepada Yudas, anaknya yang keempat, karena yang pertama kepergok tidur dengan Bilha, "selir" Yaqub, yakni ibu dari dua anaknya, Dan dan Nefthalli; dan mencabut hak Yehuda karena ia tidak lebih baik dari yang lainnya, dimana ia berzina dengan adik tirinya sendiri, Tamar, yang membuahkan seorang anak laki-laki yang menjadi nenek moyang Daud dan Yesus Kristus (pasal 25:22;pasal 38)

Sungguh tidak masuk akal kalau penulis, atau paling tidak editor terakhir, dari kitab ini "diberi wahyu oleh Roh Kudus", sebagaimana dinyatakan kaum Yahudi dan kristen. Yaqub dilaporkan telah mengawini dua saudara perempuannya sekaligus, suatu perbuatan yang dikutuk oleh hukum Tuhan (Imamat 18:18). Sebenarnya, dengan kekecualian Yusuf dan Benyamin, anak-anak dia lainnya digambarkan sebagai gembala-gembala yang kasar, pembohong (kepada bapak mereka dan kepada Yusuf), pembunuh, pezina, yang berarti itu adalah sebuah keluarga yang tidak pantas menjadi keluarga seorang nabi sama sekali.

Tentu saja, kaum Muslim tidak dapat menerima fitnah apapun terhadap seorang Nabi atau orang shaleh kalu tidak secara jelas dicatat atau disebutkan dalam Al-Qur'an. Kita tidak mempercayai kebenaran dari dosa yang dinisbahkan kepada Yehuda (badingkan pasal 38), kalau tidak maka restu yang diberikan kontradiktif; dan restu inilah yang akan kita kaji dan diskusikan dalam artikel ini.

Yaqub tidak mungkin merestui anaknya, Yehuda, jika Yehuda benar-benar bapak dari anak dari saudara perempuan tirinya, Peres, karena kedua pezina akan dijatuhi hukuman mati oleh Hukum Tuhan, Yang telah memberinya karunia kenabian (Imamat 20:12). Namun, kisah Yaqub dan kisah tentang keluarganya yang sangat tidak pantas dicontoh ini terdapat dalam Kitab Kejadian (pasal 25:-1)

Nubuat yang terkenal, yang bisa dianggap sebagai inti dari kesaksian ini, terkandung dalam ayat kesepuluh dari pasal empat puluh sembilan kitab Kejadia, sebagai berikut:

Tongkat kerajaan tidak akan beranjak dari Yehuda,
dan pemberi hukum [lambang pemerintahan] dari antara kakinya.
sampai datangnya Syiloh,
dan miliknyalah ketaatan umat manusia.


Ini adalah terjemahan harfiah dari teks bahasa I

























Muhammad Adalah Sang "Anak Manusia"

Dalam wacana sebelumnya kita membaca dengan teliti dan memberikan komentar tentang penglihatan Nabi Daniel yang mengagumkan (Daniel 7). Kita melihat bagaimana empat binatang buas yang merepresentasikan empat kerajaan yang silih berganti itu adalah kuasa-kuasa kegelapan, dan bagaimana mereka menyiksa kaum Yahudi dan Gereja Yesus awal, yang terdiri dari orang-orang yang benar-benar beriman kepada Satu Tuhan. Kita juga berkata bahwa Kuasa-Kuasa itu adalah kaum pagan dan secara kiasan yang digambarkan sebagai orang-orang tak berperikemanusiaan yang ganas.

Lebih jauh, kita menyaksikan bagaimana "Tanduk Kesebalas," yang mempunyai mata dan mulut dan melontarkan kata-kata hinaan terhadap Yang Mahatinggi, telah memerangi dan menguasai para Santo-Nya, telah mengubah waktu dan Hukum Tuhan, tak bisa lain selain Konstantin Agung, yang pada 325 M, mengumumkan secara resmi rescript14 kerajaannya yang memproklamirkan akidah dan keputusan-keputusan Majelis Umum Nicene.

Dalam artike ini, mari kita mengikuti kajian kita dengan sabar mengenai BARNASHA atau “sang Anak Manusia” yang dinaikkan ke atas awan menuju Yang Maha Tinggi, kepada siapa diberikan Sultaneh (Sholtana dalam teks aslinya yakni “dominion” atau kerajaan), kehormatan, dan kerajaan selamanya, dan yang ditugaskan untuk menghancukan dan melenyapkan si Tanduk yang mengerikan.

Sekarang marilah kita segera beralih mencari identitas Barnasha ini.

Sebelum mengetahui siapa Anak Manusia ini, sebaiknya kita mempertimbangkan terlebih dahulu poin-poin dan observasi berikut :
  1. Ketika seorang Nabi keturunan Yahudi meramalkan bahwa “semua bangsa dan penduduk bumi akan melayaninya (yakni Anak Manusia/Barnasha) atau "orang-orang suci umat Yang Mahatinggi," kita harus memahami bahwa yang ia maksud dengan itu adalah bangsa-bangsa yang disebutkan dalam Kitab Kejadian 15:18-21, dan bukan bangsa Inggris, Perancis, atau Cina.

  1. Ungkapan “orang-orang suci Yang Maha Tinggi” dipahami artinya pertama kaum Yahudi dan kemudian Kaum Kristen yang mengakuan keesaan Tuhan yang mutlak, berjuang dan menderita untuk itu sampai munculnya sang Barnasha dan hancurnya Kerajaan Tanduk atau Kerajaan Binatang keempat.

  1. Setelah penghancuran kerajaan Tanduk, maka bangsa-bangsa yang akan melayani para Santo adalah bangsa Khaldea, Medo-Persia, Yunani, dan Romawi (empat bangsa yang direpresentasikan oleh empat binatang buas yang telah menginjak-injak dan melanggar Tanah Suci.

    Dari Adriatik sampai Tembok Cina, semua bangsa, apakah sebagai Muslim, telah menerima penghormatan, atau, kalau tidak, sebagai kaum kafir, melayani kaum Muslim, yang merupakan satu-satunya umat sejati yang meyakini Tuhan yang Esa.

  1. Memang luar biasa menyadari fakta penting bahwa Tuhan sering memperkenankan musuh-musuh agamaNya yang benar untuk menaklukan dan menyiksa umatNya karena dua tujuan: Pertama, karena Dia hendak menghukum umatNya oleh sebab kemalasan, kekurangan, dan dosa-dosa mereka. Kedua, karena Dia ingin membuktikan keimanan, kesabaran, dan ketahanan Hukum dan Agama-Nya dari kerusakan, dan oleh karena itu memperkenankan kaum kafir untuk terus dalam kekufuran dan kejahaan mereka sampai cangkir mereka penuh. Tuhan sendiri pada waktunya akan mengintervensi atas nama kaum beriman apabila eksistensi mereka berada di ujung tiangnya.

    Sungguh saat yang mengerikan dan paling kritis bagi kaum Muslim ketika kekuatan-kekuatan yang bersekutu berada di Konstantinopel selama tahun-tahun gencatan senjata yang mengerikan itu. Persiapan besar-besaran dilakukan oleh bangsa Yunani untuk mengambil kembali Masjid Aya Sophia; Patriarch Yunani dari Konstantinopel berangkat ke London dengan membawa jubah patriarkhal kuno yang indah dan bertahtakan mutiara dan permata untuk Uskup Agung Canterbury, yang sangat menganjurkan dilakukannya restorasi Konstantinopel dan gedung megah St. Sophia kepada Yunani.

    Pada perjalanan malan Nabi ke Langit--disebut al-mir'raj--gedung sakral itu penuh sesak dengan orang-orang beriman yang berdo’a hingga fajar dengan sangat khusyu agar Allah Yang Maha Kuasa membebaskab Turki, dan khususnya Rumah Suci itu, dari orang-orang yang akan "mengisinya dengan patung dan gambar-gambar tidak pantas seperti sebelumnya!"

    Dalam kaitan dengan mantel atau jubah patriarkhal itu, saya menulis sebuah artikel dalam koran Turki al-Aqsham, yang menunjukkan adanya perpecahan antara Gereja Ortodoks Yunani dan Gereja Anglikan Protestan. Saya mengatakan bahwa jubah itu tidak dimaksudkan sebagai pallium15 pentasbihan dan pengakuan ordo Anglikan, dan bahwa reuni diantara dua Gereja tidak dapat diwujudkan kalau salah satu pihak tidak menolak dan menanggalkan beberapa pasal keimanan yang dianggap bid’ah dan keliru. Saya juga menyatakan bahwa jubah itu adalah sogokan diplomatik atas nama Negeri Yunani dan Gerejanya. Artikel tersebut diakhiri dengan tulisan sebagai berikut:

    ”Semuanya tergantung pada karamah dan keajaiban yang diharapkan muncul dari Bakhshish jubah kepausan ini”.

    Hasilnya sudah terlalu pada tahu untuk diulang disini. Cukuplah dengan mengatakan bahwa sang patriarch meninggal di Inggris, dan Yang Maha Kuasa mengirim Barnasha untuk menghancurkan Tanduk dan mengusir pasukan Romawi dari timur, memunculkan Mustafa Kemal, yang menyelamatkan negerinya dan memulihkan kehormatan Islam!

  1. Harus dicatat bahwa bangsa Yahudi adalah umat pilihan Tuhan sampai lahirnya Yesus Kristus. Di mata kaum muslim, baik Yahudi ataupun Kristen tidak berhak untuk mengklaim gelar “orang-orang suci umat Yang Maha Tinggi”, karena umat Yahudi sama sekali menolak Yesus, sedangkan umat Kristen menghina Yesus dengan menuhankannya. Selain itu, dua-duanya sama sekali tidak patut mendapat gelar itu karena penolakan mereka untuk mengakui nabi Muhammad sebagai nabi terakhir yang menutup daftar para nabi.


Sekarang kita akan melanjutkan pemuktian bahwa Barnasha (Anak Manusia) yang diperkenalkan ke "Jaman Kuno" dan diberi kekuatan untuk membunuh sang monster, tak lain adalah Muhammad, yang secara harfiah nama ini berarti "yang terpuji dan termasyur". Apa pun yang berusaha Anda berikan kepada orang lain untuk mencabut Rasul Allah yang penuh kebesaran dari keagungan dan kemuliaan yang hanya diberikan di Pengadilan Tuhan, Anda hanya akan membuat diri Anda seperti orang gila, dikarenakan beberapa alasan berikut:
  1. Kita tahu bahwa baik agama Yahudi maupun Kristen tidak mempunyai nama tertentu untuk keyakinan dan sistemnya. Artinya baik kaum Yahudi maupun Kristen tidak mempunyai nama spesial untuk doktrin dan bentuk keyakinan serta ibadah mereka. "Yudaisme" dan "Kristenitas" adalah nama yang tidak berdasarkan kitab suci juga tidak disahkan oleh Tuhan ataupun pendiri agama itu. Sesungguhnya sebuah agama, jika benar, tidak bisa diberi nama menurut pendiri keduanya, karena pengarang dan pendiri sejati dari sebuah agama yang benar adalah Tuhan. Dan bukan seorang nabi.

    Nah kata benda nama diri untuk hukum, keimanan, dan praktek ibadah sebagaimana difirmankan Allah kepada Muhammad adalah “Islam”,. Yang artinya “menciptakan kedamaian” antara Dia dan diantara manusia. “Muhamadanisme” bukanlah sebutan yang tepat untuk Islam. Karena Muhammad sendiri, seperti Ibrahim dan semua nabi lainnya, adalah seorang muslim, dan bukan seorang Muhamadan! Yudaisme artinya agama Yudas, tapi Yudas sendiri apa? Pasti bukan seorang Yudais! Dan sama halnya, apakah Kristus adalah seorang Kristen atau seorang Yesuit? Pasti bukan dari salah satu pun! Lantas, apa nama dari dua agama berbeda ini? Tidak ada nama sama sekali.

    Kemudian kita mempunyai kata Latin yang biadab "religi" (agama), yang artinya "takut pada tuhan-tuhan." Kata itu sekarang digunakan untuk mengungkapkan "setiap model keyakinan dan ibadah." Nah apa kata padanan untuk "religi" dalam Alkitab? Ungkapan apa yang digunakan Musa atau Yesus untuk menyampaikan makna religi? Tentu saja, Alkitab dan pengarang-pengarangnya sama sekali tidak menggunakan kata ini.

    Nah, istilah Alkitab yang digunakan dalam penglihatan Daniel adalah sama dengan yang diterapkan berulang kali oleh Al-Qur'an pada Islam, yakni, "Din" (dan dalam Al-Qur'an, "Din"), yang artiny "pengadilan" (judgement). Tuhan diatas "Kursiy" atau mimbar-Nya adalah "Dayyana" atau "Hakim" (judge).

    Mari kita baca deskripsi tentang Pengadilan Langit ini: "mimbar-mimbar dipasang, kitab-kitab dibuka, dan 'Dina'--pengadilan--dilaksanakan." "Kitab-kitab" yang didalamnya titah-titah Tuhan dituliskn dari mana Al-Qur'an dituliskan dan diwahyukan oleh Malaikat Jibril kepada Muhammad; dan juga kitab-kitab catatan tentang setiap perbuatan manusia.

    Adalah sesuai dengan titah-titah dan hukum-hukum Tuhan yang terdapat di dalam "Daftar yang Terpelihara" itu dan perbuatan-perbuatan jahat sang Tanduk, bahwa "Dayyana" yang Agung --sang hakim-- menjatuhkan hukuman mati kepadanya dan mengangkat Muhammad sebagai "Adon", yakni "Komandan" atau "Tuan", untuk menghancurkan monster itu. Semua bahasa Daniel ini sangatlah Qurani.

    Agama Islam disebut "Din al-Islam." Menurut titah dan hukum "Dina" inilah bahwa "Barnasha" menghancurkan agama setan dan letnannya, si Tanduk. Lantas, bagaimana mungkin seorang selain dari Muhammad dapat diartikan dengan munculnya seorang "Anak Manusia" dihadapan Yang M


















Raja Daud Menyapanya, Tuanku

Sejarah Daud, perbuatannya yang luar biasa, dan tulisan-tulisan kenabiannya, terdapat dalam dua kitab Perjanjian lama yakni Samuel dan Mazmur. Ia adalah anak bontot Yishai (Yessie) dari suku Yudas. Ketika masih seorang gembala muda, ia sudah mampu membunuh seekor beruang dan mencabik-cabik dua ekor singa. Anak muda yang gagah berani itu mengayunkan sebuah batu kecil persis ke dahi Goliat, seorang jawara Filistin yang bersenjata dan menyelamatkan tentara Israel. Hadiah tertinggi untuk prestasi yang terbaik dalam menunjukkan keberanian adalah Michal, anak perempuan Raja Saul.

Daud pandai bermain harpa dan seruling, dan ia adalah penyanyi yang bagus. Pelarian dia dari bapak mertuanya yang iri hati, petualangan dan perbuatan-perbuatan luarbiasa nya sebagai seorang bandit sudah banyak diketahui. Saat kematian Saul, maka Daud diundang oleh masyarakat untuk menerima mahkota kerajaan, untuk mana sudah lama sebelumnya ia diberi upacara perminyakan suci oleh nabi Samuel. Ia memerintah selama sekitar tujuh tahun di Hebron. Ia mengambil Yerusalem dari kaum Yebusit dan menjadikannya ibukota kerajaan.

Dua bukit atau gunung, di Yerusalem diberi nama “Moriah” dan “Sion”. Kedua kata ini memiliki pengertian dan makna yang sama sebagai “Marwah” dan “Shafa” yang terkenal di Mekah, yang berturut-turut artinya adalah “tempat bayangan Tuhan” dan “cadas" atau "batu”.

Berbagai perang yang dilakukan Daud, kesulitan-kesulitan keluarganya yang sangat berat, dosanya terhadap tentara yang beriman, Uria dan istrinya, Batsyeba, tidak dibiarkan tanpa mendapat hukuman. Ia berkuasa selama empat puluh tahun. Kehidupannya diwarnai dengan peperangan dan kesedihan keluarga. Ada beberapa cerita kontradiktif mengenai dia yang jelas-jelas berasal dari dua sumber yang berlawanan.

Kejahatan Daud dalam kaitannya dengan Uria dan istrinya (2 Samuel 11) bahkan tidak disinggung dalam Al-Qur'an Surah 38. Itulah keunggulan al-Qur'an yang mengajarkan kepada kita bahwa semua nabi terlahir tanpa dosa dan mati juga tanpa dosa. Tidak seperti Alkitab (Injil), Al-Qur'an tidak mempertalikan mereka dengan kejahatan-kejahatan dan dosa-dosa --misalnya kejahatan ganda Daud yang disebutkan dalam Alkitab, yang, menurut Hukum Musa, harus di hukum mati --yang, apa lagi seorang nabi yang merupakan hamba pilihan Tuhan Yang Mahakuasa, melekatkan pada nama seorang mansuia biasa pun tidak terpikirkan oleh kita.

Kisah tentang Daud melakukan perzinaan sehingga dua malaikat datang kepadanya dan mengingatkan dia akan dosa adalah dusta yang tolol dan kekanak-kanakan--dimana pun kisah itu adanya. Hal ini sudah disangkal melalui pemikiran yang terbaik dari kaum Muslim. Razi berkata: "Sebagian besar kaum terpelajar, dan yang mencari kebenaran di antara mereka menyatakan tuduhan ini palsu dan mengutuknya sebagai sebuah kisah dusta dan jahat.

Kata-kata istighfara dan ghafarana yang terdapat dalam Al-Qur'an 38:23, sama sekali tidak mengindikasikan Daud telah melakukan suatu dosa, karena istighfar sebenarnya berarti meminta perlindungan, dan Daud meminta perlindungan Tuhan ketika ia melihat bahwa musuh-musuhnya semakin bertambah berani melawannya. Dan dengan ghafarana berarti pembetulan urusan-urusannya, karena Daud sebagai penguasa hebat, tidak bisa berhasil menguasai secara penuh musuh-musuhnya.

Perjanjian Lama tidak menyebutkan waktu kapan karunia kenabian diberikan kepada Daud. Kita membaca bahwa setelah Daud melakukan dua dosa, maka Tuhan mengutus nabi Natan untuk menghukum Daud. Sesungguhnya hingga akhir hidupnya, kita menemukan dia selalu mendapat pertolongan dari nabi-nabi lain. Oleh karena itu, menurut cerita-cerita versi alkitab, nampaklah bahwa karunia nubuat datang padanya setelah ia benar-benar bertobat dari dosa-dosanya.

Dalam salah satu artikel saya sebelumnya, saya mengatakan bahwa setelah terpecahnya Kerajaan menjadi dua bagian yang merdeka dan saling berperang satu sama lain, sepuluh suku yang membentuk kerajaan Israel selalu memusuhi Dinasti Daud dan tidak pernah mengakui bagian manapun dari Perjanjian Lama selain Taurat atau Hukum Musa seperti terdapat dalam Pentateuch. Hal ini jelas menurut versi Samaritan dari lima kitab pertama Perjanjian Lama.

Kita tidak menemukan satupun kata atau nubuat tentang keturunan Daud dalam wacana-wacana tentang para nabi besar, seperti Elia, Elisa, dan lain-lainnya yang tumbuh subur di Samaria selama pemerintahan raja-raja Israel yang kejam. Hanya setelah runtuhnya kerajaan Israel dan pindahnya sepuluh suku ke Assyria barulah pada nabi Yudea mulai meramalkan lahirnya seorang Pangeran dari Rumah Daud yang segera memulihkan seluruh bangsa dan menaklukkan musuh-musuhnya.

Ada beberapa dari ucapan-ucapan yang bermakna ganda ini dalam tulisan-tulisan atau pidato-pidato beberapa nabi terakhir yang memberikan kegembiraan yang luar biasa dan menakjubkan kepada Bapa-bapa Gereja, tetapi dalam kenyataannya, ucapan-ucapan itu tidak ada hubungannya denga Yesus Kristus.

Saya akan mengutip secara ringkas dua diantara nubuat ini. Pertama dalam Yesaya (pasal 7 ayat 14), dimana nabi itu meramalkan bahwa "seorang hadis yang sudah mengandung akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamainya Imanuel". Kata Ibrani a'lmah bukan berarti "perawan", seperti umumnya diartikan oleh para theolog Kristen dan karena itu diterapkan kepada perawan Maria, tetapi berarti "seorang perempuan yang sudah boleh kawin (dewasa), gadis, dara." Kata Ibrani untuk perawan adalah bthulah. Maka nama anaknya harus Imanuel, yang berarti "Tuhan-bersama-kita." Terdapat ratusan nama dalam bahasa Ibrani yang terdiri dari "el" dan kata benda lainnya, yang membentuk suku-suku pertama atau, kalau tidak, suku kata terakhir dari kata benda majemuk seperti itu.

Baik Yesaya ataupun Raja Ahaz, atau setiap orang Yahudi tidak pernah berpikir bahwa bayi yang baru lahir itu adalah “Tuhan-bersama-kita”. Mereka tidak pernah memikirkan hal lain selain bahwa nama dia hanya akan seperti ini. Tetapi teks dengan jelas menyatakan bahwa Ahazlah (yang kelihatannya sudah mengenal sang gadis yang mempunyai anak) yang akan memberikan nama itu kepada sang anak. Ahaz dalam keadaan bahaya, musuh-musuhnya sedang merangsek ke Yerusalem, dan janji ini diberikan kepadanya dengan menunjuki dia suatu tanda , yakni, gadis yang hamil, dan bukan seorang perawan Maria yang akan datang kedunia lebih dari tujuh ratus tahun kemudian!

Ramalan sederhana tentang seorang anak yang akan dilahirkan pada masa pemerintahan Ahaz ini disalahpahami juga oleh penulis Injil Matius (Matius 1:23). Nama "Yesus" diberikan oleh malaikat Jibril (Matius 1:21), dan ia belum pernah dipanggil “Imanuel”. Bukankah keji mengambil nama ini sebagai argumen dan bukti doktrin “inkarnasi” Kristen?

Penafsiran aneh lainnya terhadap ramalan kenabian adalah dari Zakaria (9:9), yang salah kutip dan sama sekali disalahpahami oleh penulis Injil Matiuis (21:5). Nabi Zakaria berkata: “Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion, bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan membawa keselamatan. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda, anak dari keledai betina.” Dalam bagian yang puitis ini sang penyair benar-benar ingin menggambarkan si keledai jantan –dimana sang Raja duduk- dengan mengatakan bahwa ia adalah seekor keledai muda; dan anak keledai ini pun, digambarkan sebagai anak seekor keledai betina. Ia hanyalah seekor anak keledai jantan atau keledai muda. Nah! Matius mengutip bagian ini seperti berikut:

"Katakanlah kepada puteri Sion,
Lihat, Rajamu datang kepadamu,
Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai,
seekor keledai beban yang muda, anak dari seekor keledai betina.”


Baik orang yang menulis ayat diatas benar-benar percaya ataupun tidak bahwa Yesus, ketika masuk ke Yerusalem dengan membawa kemenangannya sambil mengendarai atau duduk diatas keledai induk dan anaknya pada waktu yang sama, melakukan keajaiban bukanlah persoalan; meski demikian, adalah melakukan keajaiban bukanlah persoalan; meski demikian, adalah benar mengatakan bahwa mayoritas Bapa Kristen begitu mempercayai; dan tidak pernah terbetik pada mereka bahwa pertunjukan seperti itu akan terlihat lebih seperti sebuah komedi ketimbang sebuah prosesi kerajaan yang megah. Namun, Lukas bersikap waspada, dan tidak jatuh ke dalam kesalahan Matius. Apakah dua pengarang ini diilahami oleh Roh yang sama?

Zakaria meramalkan di Yerusalem, setelah kepulangan Yesus dari penahanan akan kedatangan seorang raja. Meskipun lembut dan rendah hati, mengendarai seekor anak keledai, tetap saja ia datang membawa keselamatan dan akan membangun kembali rumah Tuhan. Ia meramalkan hal ini pada saat kaum Yahudi sedang berusaha keras membangun kembali Bait Allah dan kota yang hancur; masyarakat sekelilingnya menentang mereka; pekerjaan pembangunan dihentikan sampai Darius, raja Persia , mengeluarkan perintah pembangunan.

Meskipun tidak ada raja Yahudi pernah muncul sejak abad ke enam Sebelum Masehi, namun, mereka sudah memiliki pemerintahan-pemerintahan otonom dibawah penguasa asing. Keselamatan yang dijanjikan disini, perlu dicatat, adalah bersifat material dan segera, dan bukan keselamatan yang akan datang 520 tahun kemudian, ketika Yesus dari Nazaret menunggangi dua ekor keledai sekaligus dan memasuki Yerusalem, yang sudah merupakan sebuah kota besar dan kaya serta memiliki bait yang megah, semata-mata untuk ditangkap dan disalib oleh kaum Yahudi sendiri dan oleh jawara-jawara Romawi, sebagaimana diceritakan Kitab-kitab Injil yang ada sekarang! Ini sama sekali bukan penghiburan bagi kaum Yahudi malang yang dikelilingi oleh musuh-musuh dalam sebuah kota yang hancur. Konsekuensinya, dengan kata “raja” dapat kita pahami, sebagai salah seorang pemimpin utama mereka –Zerobabel, Ezra, atau Nehemia.

Dua contoh ini dimaksudkan untuk menunjukkan terutama kepada para pembaca muslim –yang mungkin kurang familiar dengan kitab-kitab suci kaum Yahudi- betapa umat Kristiani telah disesatkan oleh pendeta-pendeta dan rahib-rahib mereka, ketika menyampaikan penafsiran-penafsiran dan makna-makna bodoh terhadap nubuat-nubuat yang terkandung didalamnya.

Sekarang saya membahas nubuat Daud:

“YaHWaH berkata kepada Adonku,
Duduklah disebelah kananku sampai aku tempatkan
Musuh-musuhmu sebagai ganjal dibawah kakimu.


Ayat Daud ini ditulis dalam kitab Mazmur 111, dan dikutip oleh Matius (22:44), Markus (12:36), dan Lukas (20:42). Dalam Bible semua bahasa, dua nama yang terdapat dalam bait pertama diterjemahkan sebagai "The Lord said unto my Lord" (Tuhan berkata kepada Tuhanku). Sudah pasti, jika Lord yang pertama adalah Tuhan, maka Lord yang kedua juga Tuhan. Tidak ada argumen yang lebih tepat dan pantas untuk seorang pendeta atau pastor Kristen daripada ini, yakni si pembicara adalah Tuhan dan yang diajak bicara juga Tuhan. Oleh karena itu, Daud mengenal dua Tuhan! Tidak ada yang masuk akal daripada jalan pikiran ini! Diantara dua domini ini, mana yang termasuk Lord nya Daud?

Seandainya Daud menulis, ”Dominus meus dixit Domino meo” , maka ia membuat dirinya menggelikan, karena dengan demikian ia mengakui dirinya sebagai budak atau hamba dari dua Lord, tanpa menyebut nama diri mereka. Pengakuan bahkan lebih jauh dari eksistensi dua Lord; itu berarti Lord kedua Daud telah berlindung kepada Lord pertamanya, yang memerintah dia untuk duduk disebelah kirinya sampai ia meletakkan musuh-musuhnya sebagai ganjal dibawah kakinya. Alasan ini membawa kita pada pengakuan bahwa untuk mengetahui dengan baik Agama Anda, Anda harus mengetahui Alkitab atau Al-Qur'an dalam bahasa aslinya ketika ia dituliskan, dan tidak tergantung dan menyandarkan pada terjemahannya.

Saya sengaja menulis kata aslinya dalam bahasa Ibrani “YaHWah dan Adon”, guna menghindari ambiguitas dan kesalahpahaman dari pengertian yang disampaikan oleh kedua kata tersebut. Nama sakral yang ditulis dalam Kitab Suci keagamaan seperti itu harus dibiarkan seperti adanya, kecuali kalau Anda dapat menemukan kata yang benar-benar sepadan untuk keduanya dalam bahasa yang menjadi terjemahannya.

Tetragram Yhwh biasa diucapkan Yehovah (Jehovah), tetapi kini diucapkan Yahwah. Kata ini adalah nama diri Tuhan Yang Mahakuasa. Kata ini adalah nama diri dari Tuhan Yang Mahakuasa, dan saking dianggap sucinya oleh kaum Yahudi sampai-sampai ketika membaca Kitab Suci mereka tidak pernah mengucapkannya, tetapi sebagai ganti membacakannya "Adoni". Nama lain, "Elohim", selalu diucapkan, tapi YaHWaH tidak pernah. Mengapa kaum Yahudi membuat pembedaan seperti itu diantara dua nama dari Tuhan yang sama, adalah sebuah pertanyaan yang sama sekali di luar skup pokok bahasan kita sekarang. Namun, sepintas lalu saja, bisa disebutkan bahwa YaHWaH, tidak seperti Elohim, tidak pernah digunakan dengan akhiran pronominal, dan nampaknya sebagai sebuah nama khusus dalam bahasa Ibrani untuk ketuhanan (Deity) sebagai Tuhan nasional bangsa Israel.

Sebenarnya, "Elohim" adalah nama tertua yang dikenal semua orang Semit; dan untuk memberikan sifat khusus terhadap konsepsi Tuhan sejati, tetragram ini sering dihubungkan dengan Elohim yang diterapkan kepada-Nya.
Bentuk Arab, Rabb Allah, cocok dengan bentuk Ibrani, Yahwah Elohim.

Kata lain, "Adon", berarti "Pempin, Tuan, dan Pemilik", atau sama dengan kata benda bahasa Arab dan Turki Amir, Sayyid, dan Agha. Adon berlaku sebagai lawan kata dari "prajurit, budak, dan barang milik". Konsekuensinya, bagian pertama dari bait itu harus diterjemahkan sebagai "Tuhan berkata kepada Tuanku."

Daud dalam kapasitasnya sebagai seorang raja, adalah Tuan dan Pemimpin dari setiap orang Israel dan Pemilik Kerajaan. Lantas, "hamba" siapa gerangan dia?

Daud, sebagai raja yang kuat, sesungguhnya tidak mungkin menjadi budak atau hamba dari manusia hidup apa pun. Juga tidak bisa dibayangkan kalau dia memanggil Tuan (his Lord) kepada seorang nabi atau orang suci yang sudah mati seperti Ibrahim atau Yaqub, padahal istilah yang biasa dan layak bagi mereka adalah “Bapak”. Juga ada kemungkinan bahwa Daud tidak akan menggunakan sebutan “Tuanku” bagi siapa pun dari keturunannya sendiri, yang bagi mereka, pun, istilah yang biasa adalah “anak”. Tetap saja, disamping Tuhan, tidak ada wujud yang menjadi Tuannya Daud, kecuali manusia yang paling luhur dari ras manusia.

Sangat dapat dimengerti kalau mengira bahwa dalam pandangan dan pilihan Tuhan pasti ada seorang manusia yang paling mulia, paling terpuji, dan paling dirindukan diantara semua manusia. Sudah pasti para ahli ramal dan para nabi terdahulu mengetahui tokoh suci ini dan seperti Daud memanggilnya “Tuanku”.

Tentu saja, para pendeta Yahudi dan para pengulas Perjanjian Lama memahami ungkapan ini sebagai mesias yang merupakan keturunan Daud sendiri. Dan dengan demikian menjawab pertanyaan yang diberikan pada mereka oleh Yesus Kristus sebagaimana dikutip diatas dari Matius pasal 22, dan Injil Synoptic16 lainnya. Yesus dengan tegas menyangkal kaum Yahudi ketika ia menanyai mereka dengan pertanyaan kedua: "Bagaimana mungkin Daud memanggil "Tuanku" padahal ia adalah anaknya?" Pertanyaan dari Yesus ini membungkam pendengarnya, karena mereka tidak dapat menemukan jawabannya.

Para pengabar Injil dengan tiba-tiba memotong subjek diskusi yang penting ini. Menghentikan tanpa penjelasan lebih jauh adalah tidak layak bagi Yesus atau bagi para pelapornya. Karena, dengan meninggalkan pertanyaan tentang ketuahannya dan bahkan tentang ciri kenabiannya, Yesus sebagai seorang guru berkewajiban untuk memecahkan persoalan yang ditimbulkan oleh dia sendiri ketika ia melihat bahwa murid-murid dan para pendengarnya tidak sanggup mengenali siapa gerangan sang "Tuan" itu!

Lewat ungkapannya bahwa "Tuan" atau "Adon" itu tidaklah mungkin anak Daud, maka berarti Yesus mengecualikan dirinya dari gelar tersebut. Pengakuan ini sangat menentukan dan harusnya membangkitkan guru-guru agama Kristiani untuk menempatkan guru-guru agama Kristiani untuk menempatkan Kristus pada statusnya yang sebenarnya sebagai hamba Tuhan yang suci dan mulia, dan melepaskan sifat ilmiah yang luarbiasa yang dianggap berasal darinya, benar-benar karena kebencian dan ketidakrelaan Kristus sendiri [untuk dianggap seperti itu]

Saya tidak dapat membayangkan seorang guru yang ketika murid-muridnya tidak mempu menjawab pertanyaan dia, harus diam seribu bahasa, kalau bukan dia sendiri bodoh seperti mereka dan tidak sanggup memberikan solusinya. Tapi Yesus tidaklah bodoh seperti mereka dan tidak sanggup memberikan solusinya. Tapi Yesus tidaklah bodoh dan bukan pula seorang guru yang berhati dengki. Dia adalah seorang nabi dengan cinta yang membara terhadap Tuhan dan manusia. Dia tidak meninggalkan masalah tanpa terpecahkan atau pertanyaan tanpa jawaban.

Kitab-kitab Injil Gereja tidak melaporkan jawaban Yesus terhadap pertanyaan “Siapakah Tuhannya Daud?” Namun Kitab Injil Barnabas memberikannya. Kitab Injil ini telah ditolak oleh gereja-gereja karena bahasanya lebih sesuai dengan kitab-kitab suci yang diwahyukan, dan karena ia sangat eksplisit tentang sifat misi Kristus, dan yang terpenting adalah karena Injil Barnabas mencatat kata-kata Yesus yang sebenarnya mengenai Muhammad. Kitab Injil selain Barnabas dapat dengan mudah diperoleh.

Dalam Injil Barnabas Anda akan menemukan jawaban Yesus sendiri, yang menyatakan bahwa Perjanjian antara Tuhan dan Ibrahim dibuat untuk Ismail, dan bahwa "yang paling mulia dan terpuji" di antara manusia adalah seorang keturunan Ismail dan bukan keturunan Ishaq melalui Daud.

Yesus berulangkali dilaporkan telah berbicara tentang Muhammad yang roh dan jiwanya telah ia lihat di surga.

Insya Allah, saya akan menyempatkan untuk menulis tentang Kitab Injil ini nanti.

Tidak ada keraguan bahwa penglihatan nubuat Daniel yang melihat "Barnasha" yang agung, yakni Muhammad, melalui pandangan supranatural yang luar biasa, adalah sama dengan penglihatan nubuatnya Daud. Manusia yang paling mulia dan terpuji inilah yang dilihat oleh Ayub (19:25) sebagai “juru selamat” dari kekuasaan Iblis.

Lantas apakah Muhammad adalah yang dipanggil Daud dengan seruan “Tuanku” atau “Adonku”? Mari kita lihat.

Argumen-argumen yang mendukung Muhammad yang disebut “Sayyidul Mursalin” , sama artinya dengan “Adon para nabi”, sangat meyakinkan: Argumen-argumen tersebut begiitu jelas dan tegas dalam kata-kata Perjanjian Lama sehingga kita merasa heran dengan kebodohan dan sifat keras kepala orang-orang yang tidak mau mengerti dan mentaati.
  1. Nabi dan Adon terbesar, dalam pandangan Tuhan dan manusia bukanlah penakluk dan perusak manusia yang hebat, bukan juga seorang pertapa suci yang menghabiskan hidupnya didalam gua atau sel untuk bersemedi pada Tuhan hanya demi menyelamatkan dirinya sendiri, melainkan orang yang memberikan lebih banyak kebaikan dan pelayanan kepada umat manusia dengan membawa mereka kepada cahaya pengetahuian tentang Tuhan sejati Yang Esa, dan sama sekali menghancurkan kuasa iblis dan berhala-berhalanya yang buruk sekali dan istitusi-institusinya yang jahat.

    Muhammad lah yang membuat memar sang kepala ular17 dan itulah sebabnya mengapa al-Qur’an dengan tepat menyebut Devil sebagai "Iblis", yakni “yang dilukai sampai memar”! Ia membersihkan Bait Ka’bah dari semua berhala Arabia dan memberikan cahaya, agama, kegembiraan, dan kekuatan kepada kaum musyrikin Arab yang bodoh, yang dalam waktu singkat menyebarkan cahaya itu keempat penjuru bumi.

    Dalam kebaktian kepada Tuhan, karya dan keberhasilan Muhammad tidak dapat disamai dan tidak tertandingi.

    Para Nabi, dan Orang Suci, dan Syuhada membentuk tentara Tuhan melawan Kuasa Iblis, dan Muhammad sendiri sudah pasti jadi panglima tertinggi mereka semua. Sebenarnya, ia sendiri bukan hanya Adon dan Tuannya Daud, tetapi juga Adon nya semua Nabi, karena ia telah membersihkan Palestina dan semua negeri yang dikunjungi oleh Ibrahim dari kemusyrikan dan penindasan asing.

  1. Karena Yesus Kristus mengakui bahwa dirinya bukanlah Tuan nya Daud, juga bahwa Mesias bukan keturunan Daud, maka tetap tidak ada diantara para nabi, selain Muhammad yang menjadi Adon atau Tuan-nya Daud. Dan ketika sampai pada membandingkan revolusi keagamaan yang patut dipuji yang dibawakan oleh anak Ismail yang Mulia kedunia ini, dengan yang telah dicapai bersama oleh seluruh ribuan nabi, maka kita mesti sampai pada kesimpulan bahwa hanya Muhammad saja yang patut mendapat gelar kehormatan Adon.

  1. Bagaimana Daud tahu bahwa “Yahwah berkata kepada Adonku. Duduklah disebelah kananku sampai aku tempatkan musuh-musuhmu sebagai ganjal dibawah kakimu”? dan kapan Daud mendengar ucapan Tuhan ini? Kristus sendiri memberikan jawabannya yakni “Roh Daud menuliskan ini”. Ia melihat sang Adon Muhammad persis seperti Daniel melihat dia (Daniel pasal 7), dan Paulus telah melihat dia (2 Korintus 12), dan banyak lainnya yang telah melihat dia.

    Tentu saja misteri “Duduklah disebelah kananku” ini disembuyikan dari kita. Namun kita bisa menerka dengan aman bahwa pentasbihan resmi dengan kehormatan untuk menundukkan diri disebelah kanan singgasana Tuhan ini, dan karenanya naik ke martabat "Adon", tidak hanya dari para nabi, tapi juga dari seluruh makhluk, berlangsung pada peristiwa malam Mi’raj menuju Surga yang terkenal itu.

  1. Satu-satu keberatan utama pada misi ilahiah Muhamamd dan superioritasnya adalah pengutukannya terhadap doktrin Trinitas. Tetapi Perjanjian Lama mengetahui tidak ada Tuhan disamping Allah. Dan Tuan-nya Daud tidak duduk di sebelah kanan dari tuhan yang tigam tapi disebalah kanan Allah Yang Esa. Karena itu, di antara para nabi yang beriman kepada Allah, tidak seorang pun yang begitu hebat dan memberikan pelayanan yang demikian menakjubkan kepada Allah dan umat manusia, seperti Muhammad, baginya salawat dan salam.




Footnotes

16. Tentang atau menunjuk kepada tiga kitab Injil pertama dari Perjanjian Baru, yang berkaitan kerat --penerj
17. Lihat Islamic Review, October 1926, artikel saya "Mengapa Al-Qur'an menyebut Devil "Iblis".







Tuan Dan Rasul Yang Dijanjikan

Buku terakhir dari Canonical Jewish Code of The Bible mencantumkan nama “Malachai”, yang kelihatannya lebih sebagai julukan daripada sebagai nama diri. Pengucapan yang benar dari nama ini adalah “Maleakhi” yang artinya “malaikatku” atau “pesuruhku”. Kata Ibrani “mal akh”, seperti lata Arab “ malak ”, seperti istilah Yunani “ anghelos ” dari mana nama Inggris “ angle ” berasal, berarti “seorang pesuruh”, artinya orang yang ditugaskan untuk menyampaikan suatu pesan atau kabar kepada seseorang.

Siapakah gerangan Maleakhi ini, dalam periode apa dari sejarah Yahudi ia hidup dan diramalkan, tidaklah diketahui baik dari buku itu sendiri ataupun dari bagian lain Perjanjian Lama.
Buku itu dimulai dengan kata-kata : “Misa” dari firman Yahweh, El dari Israel dengan tangan Maleakhi”. Yang bilamana diterjemahkan:”Tulisan dari firman yahweh, Tuhan Israel , dengan tangan Maleakhi.” Ia berisi empat pasal pendek.

Ramalan disampaikan tidak kepada seorang raja dan anggota-anggota istananya, tetapi kepada suatu kaum yang sudah berdiam di Yerusalem beserta Bait dan layanan-layanannya. Korban-korban dan sesembahan-sesembahan diberikan dari jenis yang paling kotor dan buruk; domba dan lembu yang dipersembahkan di altar-altar bukan dari kualitas terbaik, melainkan hewan-hewan cacat. Tithe 18 tidak dibayarkan secara tetap, dan jika pun dibayarkan maka dengan bahan yang mutunya rendah.

Para pendeta, pun, tentu saja, tidak dapat mencurahkan waktu dan tenaga mereka untuk melaksanakan tugas suci mereka. Karena mereka tidak sanggup mengunyah daging bistik dan potongan daging domba panggang dari korban-korban yang kurus, tua, dan lumpuh. Mereka tidak bisa hidup dengan Tithe yang hanya sedikit atau gaji yang tidak mencukupi. Yahweh, sebagaimana biasa dengan kaum yang tidak bisa diperbaiki ini, sebentar mengancam, sebentar memberikan janji-janji, dan kadang-kadang mengeluh.

Wacana atau ramalan ini, nampaknya telah disampaikan oleh Nabi Maleakhi pada sekitar awal abad ke empat sebelum Masehi, ketika bangsa Israel juga jemu terhadap yahweh, dan biasa mengatakan, “"Meja Tuhan [Yahweh] memang cemar dan makanan Dia boleh dihinakan” (Maleakhi 1:12). "Setiap orang yang melakukan kejahatan adalah baik di mata Yahweh, dan Dia berkenaan dengan orang-orang yang demikian; atau, jika tidak, dimanakah Tuhan yang menghukum?" (Maleakhi 2:17)

Namun, kitab Maleakhi, meskipun merupakan janji post captivatatem , ditulis dengan gaya Ibrani yang kelihatannya baik. Mengatakan bahwa “misa”, atau wacana, ini telah turun kepada kita secara utuh dan tidak dipalsukan, berarti mengakui kebodohan bahasanya. Ada beberapa kalimat yang dirusak sehingga nyaris mustahil untuk memahami pengertian yang sebenarnya yang hendak mereka sampaikan.

Subjek diskusi kita dalam artikel ini adalah ramalan terkenal yang ditulis Maleakhi 3:1 yang bunyinya:

“Lihatlah, Aku menyuruh Utusan-Ku, dan ia akan mempersiapkan jalan di hadapan-Ku; dan mendadak Adon yang sedang engkau cari itu akan masuk ke baitnya, dan Utusan Perjanjian yang engkau kehendaki. Lihatlah, ia datangm firman Tuhan Semesta Alam." (Maleakhi 3:1)

Ini adalah ramalan Mesianik yang terkenal. Semua orang Kristen, para Santo, Paus, Patriarch, Pendeta, Biarawan, Biarawati, dan bahkan anak-anak sekolah Mingguan, akan mengatakan kepada kita bahwa pesuruh pertama yang disebutkan dalam teks itu adalah Yohannes Pembatis, dan pesuruh kedua, yang versi-versi bahasa daerah mereka menerjemahkan “Utusan Perjanjian (Utusan Yang Dijanjikan)” adalah Yesus Kristus!

Penentuan yang pasti tentang siapa subjek dari ramalan ini sangatlah penting, karena sejak itu Gereja-gereja Kristen meyakini bahwa dua orang yang berbeda dinyatakan didalamnya, dan pengarang dari keyakinan yang keliru ini adalah Matius, ia membuat kesalahan yang begitu besar.

Salah satu karakteristik Injil pertama –Matius– adalah menunjukkan dan membuktikan terpenuhinya pernyataan atau ramalan Perjanjian Lama pada hampir setiap kejadian dalam kehidupan Yesus Kristus. Ia sangat sembrono dalam menjaga dirinya dari berbagai kontradiksi, dan kurang hati-hati dalam membuat kutipan-kutipannya dari kitab suci berbahasa Ibrani. Pasti ia kurang mengetahui tentang literatur bahasanya sendiri.

Saya punya kesempatan untuk merujuk dalam artikel terdahulu dari serial ini, pada salah satu kesalahan besarnya mengenai keledai yang dinaiki Yesus.19 Ini adalah persoalan yang sangat serius yang langsung menyentuh keotentikan dan keabsahan dari kitab-kitab Injil. Mungkinkah Rasul Matius sendiri tidak mengetahui karakter sebenarnya dari ramalan Maleakhi, dan secara bodoh menganggap itu sebagai suatu kesalahan kutip dari gurunya yang sudah pasti akan menimbulkan pertanyaan tentang kualitasnya sebagai nabi yang akan mendapat wahyu Tuhan? Lantas bagaimana kita harus berpikir tentang pengarang kitab Injil kedua –Injil Markus– yang menganggap pasal dalam Maleakhi berasal dari Yesaya? (Markus 1:2)

Yesus dilaporkan oleh Matius (11:1-5), dan ini pun diikuti atau ditiru oleh Lukas (7:18-28) telah menyatakan kepada orang banyak bahwa Yohanes Pembaptis adalah “lebih daripada orang nabi”, bahwa tentang dia Kitab itu menulis, “Lihatlah, Aku mengirim Malaikat-Ku di hadapan wajahmu, dan ia akan mempersiapkan jalanmu di hadapanmu;" dan bahwa "tidak seorang pun di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan lebih besar dari Yohanes, tapi yang paling kecil dalam kerajaan surga adalah lebih besar daripada dia.

Penyimpangan teks Maleakhi adalah jelas dan dilakukan secara sengaja. Teks aslinya mengatakan bahwa Yahweh Sabaoth, yakni, God of Host (Tuhan dan Rombongan Besar), adalah yang berbicara dan kaum beriman adalah orang-orang yang diajak bicara, sebagaimana dapat dengan mudah dimengerti dalam kata-kata "yang sedang engkau cari ... yang engkau kehendaki." Tuhan berkata, "Lihatlah, Aku mengirim Utusan-Ku, dan dia akan menyiapkan jalan di hadapan wajah-Ku." Tapi Injil-injil ini telah menambah-nambah teks tersebut dengan menghapus kata ganti orang dari orang pertama tunggal, dan menyisipkan "dihadapan-mu" (atau "wajahmu," seperti dalam Ibrani) dua kali.

Pada umumnya diyakini bahwa Matius menulis kitab Injilnya dalam bahasa Ibrani atau Aramia pada waktu itu untuk membuktikan kepada kaum Yahudi bahwa Tuhan, dengan menyebut Yesus Kristus, berkata, “Lihatlah, Aku mengirim Utusan [malaikat]-Ku, dan ia akan menyiapkan jalanmu dihadapanmu” dan ingin menunjukkan bahwa malaikat atau utusan ini adalah Yohanes Pembaptis.

Kemudian kontras antara Yohanes dan Yesus diserahkan kepada Yesus, yang menggambarkan Yohanes sebagai di atas setiap nabi dan lebih besar daripada anak-anak dari semua ibu manusia, tetapi yang paling kecil di Kerajaan Surga –dimana Yesus sebagai rajanya– adalah lebih besar daripada Yohanes.

Untuk sementara saya tidak percaya bahwa Yesus atau siapapun muridnya menggunakan bahasa seperti itu dengan tujuan menodai firman Tuhan, namun rahib yang agak fanatik atau uskup yang bodoh telah memalsukan teks ini dan meletakkan kedalam mulut Yesus kata-kata yang tidak akan ada nabi yang berani untuk mengucapkannya.

Pemikiran tradisional bahwa Sang Utusan yag ditugaskan untuk mempersiapkan jalan dihadapan “sang Adon” dan “Utusan Perjanjian” adalah seorang hamba dan bawahan dari “Utusan Perjanjian”, dan karenanya menyimpulkan bahwa dua orang yang berbeda itu adalah yang diramalkan, merupakan kreasi dari ketidaktahuan mengenai misi dan besarnya pekerjaan yang diembankan kepada utusan itu. Ia jangan dianggap sebagai seorang perintis atau pun seorang insinyur yang ditugaskan membangun jalan dan jembatan untuk lintasan prosesi kerajaan. Oleh karena itu, mari kita membaca pokok bahasan ini dengan lebih mendalam dan dengan cara berani, objektif, dan tidak memihak.
  1. Pertama-tama, kita harus memahami benar bahwa Pesuruh itu adalah seorang manusia, makhluk yang bertubuh dan berjiwa manusia, dan bahwa ia bukanlah seorang Malaikat ataupun wujud yang melebihi manusia.

    Kedua, kita harus membuka mata kita yang arif dan penuh pertimbangan untuk mengetahui bahwa ia tidak diutus untuk menyiapkan jalan dihadapan utusan yang lain yang disebut “Adon” dan “Utusan Perjanjian”, melainkan ditugaskan untuk mendirikan dan menegakkan agama yang lurus, selamat, dan baik. Ia ditugaskan untuk melenyapkan semua rintangan dijalan antara Tuhan dan makhluk-makhlukNya, dan memenuhi semua celah dan retakan dijalan besar ini, agar bisa mulus, mudah dipahami dengan baik dan terlindungi dari segala macam mara bahaya.

    Ungkapan Ibrani “ u pinna derekh,” maksudnya mengatakan bahwa sang utusan “akan meluruskan dan membersihkan ibadah atau agama.” Kata kerja “ darak ” dari kata kerja yang sama dengan kata Arabnya “daraka” , yang artinya “berjalan, mencapai, dan memahami”, dan kata benda “ derekh” berarti “jalan, arah, langkah”, dan secara metaforis artinya “ibadah dan agama”. Kata tersebut digunakan dalam makna spiritual didalam kitab Mazmur dan Rasul-rasul. Tentu saja Utusan Tuhan yang mulia ini tidak datang untuk memperbaiki atau membangun kembali sebuah jalan atau sebuah agama demi keuntungan segelintir kaum Yahudi, tetapi untuk menegakkan sebuah agama universal dan tak dapat berubah untuk umat manusia.

    Meskipun agama Yahudi menanamkan eksistensi satu Tuhan, tetap saja konsepsi mereka tentang Dia sebagai Tuhan bangsa Israel, kependetaan mereka, ritual dan upacara pengorbanan, dan kemudian tiadanya artikel yang meyakinkan mengenai kepercayaan dan kekekalan roh, kebangkitan orang mati, pengadilan terakhir, kehidupan yang abadi di surga atau neraka, dan banyak hal-hal kurang baik lainnya, menjadikannya sama sekali tidak cocok dan tidak memadai untuk bangsa-bangsa dari berbagai macam bahasa, ras, iklim, temperamen, dan kebiasaan.

    Mengenai agama Kristen, ia –dengan tujuh sakramen yang tidak berarti, kepercayaan terhadap dosa asal, inkarnasi Tuhan (tidak dikenal dalam semua literatur keagamaan dan mythologis sebelumnya) dan terhadap trinitas tuhan-tuhan individual, dan terakhir karena ia tidak memiliki naskah Injil satu jalur dari yang dianggap pendirinya, Yesus kristus –belum memberikan manfaat kepada umat manusia. Sebaliknya, ia telah menimbulkan sempalan-sempalan dan sekte-sekte, semuanya dikaruniai perasaan benci dan dendam yang hebat terhadap satu sama lain.

    Kemudian, Sang Utusan ditugaskan untuk membatalkan kedua agama tersebut dan menegakkan agama leluhur Ibrahim dan Ismail dab nabi-nabi lainnya, dengan membawa aturan baru untuk seluruh manusia. Ia menjadi jalan paling singkat untuk "mencapai" Tuhan; agama paling simpel untuk menyembah-Nya, dan Keyakinan paling aman untuk selalu murni dan tidak dicampur dengan takhayul dan dogma-dogma bodoh.

    Sang Utusan ditugaskan untuk menyiapkan sebuah jalan, sebuah agama yang akan menuntun semua orang yang ingin meyakini dan mencintai Tuhan Yang Esa tanpa memerlukan kepemimpinan dari ratusan pemandu atau tukang pura-pura yang mengangkat dirinya sendiri. Dan yang terpenting, Utusan itu akan tiba-tiba datang ke baitnya, apakah bait yang di Yerusalem atau yang di Mekah; ia mencabut sampai akar-akarnya semua kemusyrikan di negeri-negeri itu, tidak hanya dengan menghancurkan patung-patung dan gambar-gambar, tapi juga menanamkan kepada para mantan musyrikin itu keimanan pada satu Allah yang sejati.

    Dan penyelesaian tugas raksasan ini –yakni, membangun sebuah jalan baru, sebuah agama yang universal, yang mengajarkan bahwa antara Tuhan dan manusia sama sekali tidak boleh ada perantara mutlak, tidak boleh ada pendeta, orang suci atau sakramen– telah dilakukan hanya oleh seorang rasul yang namanya Muhammad al-Musthafa!

  1. Yohanes Pembaptis bukanlah Utusan yang diramalkan oleh Maleakhi. Catatan-catatan yang disampaikan tentangnya oleh empat Injil sangat bertentangan, tapi satu hal yang mereka sepakati bersama bahwa ia sama sekali tidak menyiapkan jalan. Karena ia tidak dipercayakan untuk membawa sebuah kitab suci baru. Ia tidak mendirikan agama baru ataupun mereformasi agama lama.

    Dikabarkan bahwa ia telah meninggalkan orang tua dan kampung halamannya selagi masih muda. Ia hidup digurun pasir dengan makan madu dan belalang, dan menjalani kehidupan disana sampai ia berusia sekitar tiga puluh tahun, ketika ia menampakkan diri kepada orang banyak ditepi Sungai Yordan, tempat ia biasa membaptis para pendosa yang bertobat yang mengakui dosa-dosa mereka padanya.

    Meskipun Matius tidak tahu apa-apa tentang hubungannya dengan Yesus atau tidak ada perhatian untuk meriwayatkannya, Lukas, yang menulis kitab Injil-nya, tidak dari wahyu melainkan dari karya-karya para murid Yesus, meriwayatkan penghormatan yang diberikan oleh Yohanes kepada Yesus ketika keduanya masih berada dalam kandungan ibu-ibu mereka (Lukas 1:39-46). Yohanes membaptis Yesus dalam air sungai Yordan seperti setiap orang lainnya, dan dikabarkan telah mengatakan bahwa dia (Yohanes) “tidak layak membungkuk untuk melepaskan tali sepatu” (Markus 1:7).

    Yesus dan menurut kitab Injil keempat, dia (Yohanes) berseru bahwa Yesus adalah “Domba Tuhan yang menebus dosa-dosa dunia” (Yohanes 1:29). Bahwa ia mengenal Yesus dan mengakuinya sebagai Kristus adalah sangat jelas. Namun ketika ia dipenjara, ia mengutus murid-muridnya kepada Yesus untuk menanyakan "Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?" (Matius 11:3).

    Sang Pembaptis mati dalam penjara akibat menegur seorang Edomite kafir, Raja Herod sang Tetrach, karena telah mengawini istri adiknya sendiri. Menurut penuturan para Penginjil, demikianlah akhir dari kehidupan nabi yang sangat sederhana dan suci.

    Aneh kalau kaum Yahudi tidak mengakui Yohanes sebagai seorang nabi. Juga lebih aneh lagi menemukan bahwa Injil Barnabas tidak menyebut-nyebut sang Pembaptis, dan lagi, ia meletakkan kata-kata yang konon telah diucapkan oleh Yohanes mengenai Kristus kedalam mulut Kristus tentang Muhammad, Rasul Allah. Al-Qur'an menyebutkan kelahiran Yohanes yang ajaib dengan nama “Yahya” tetapi tidak menyebutkan misi pembaptisannya.

    Deskripsi mengenai khotbahnya diberikan dalam Matius pasal 3. Nampaknya ia telah memberitahukan datangnya Kerajaan Surga dan lahirnya seorang Rasul Agung dan nabi Tuhan yang akan membaptis kaum beriman tidak dengan “air”, tapi dengan “api dengan roh suci”.

    Nah seandainya Yohanes Pembaptis adalah sang Utusan yang diangkat Tuhan untuk menyiapkan jalan sebelum kedatangan Yesus Kristus, dan seandainya ia adalah tentara dan bawahannya, maka tidak ada guna dan manfaatnya bagi Johanes untuk melakukan pembaptisan orang banyak dalam air sungai atau kolam dan menyibukkan diri bersama setengah lusin murid. Ia harus segera mengikuti dan menaati Yesus begitu ia melihat dan mengenalnya! Ia tidak melakukan hal itu.

    Sudah pasti, seorang Muslim selalu membicarakan seorang nabi dengan penuh respek dan ta'zim, dan saya tidak diharapkan memberikan komentar lebih jauh, sebagaimana akan dilakukan oleh Ernest Renan atau seorang Kritikus yang tidak tertarik! Namun, mengatakan bahwa seorang nabi yang mereka gambarkan sebagai seorang darwis belantara padang gurun yang berpakaian kulit binatang, dan seorang darwis yang tampil ke muka serta melihat "Adon"-nya dan "Malaikat yang Dijanjikan," dan kemudian tidak mengikuti dan menggantungkan diri padanya, adalah hal yang menggelikan dan tidak masuk akal.

    Mengira dan meyakini bahwa seorang nabi dikirim oleh Tuhan untuk menyiapkan jalan, menyucikan dan membersihkan agama untuk kedatangan atasannya, dan kemudian menggambarkan dia sebagai menjalani seluruh kehidupannya digurun pasir di tengah-tengah binatangm sama dengan mengatakan kepada kita bahwa ia sedang membangun chaussees, causeways20 atau jalan kereta api, tidak untuk manusia, tetapi untuk binatang-binatang buas dan jin.

  1. Yohanes Pembaptis juga bukan Nabi Elia atau Elias, sebagaimana yang telah dikatakan Yesus. Nabi Maleakhi, dalam pasal keempatnya (ayat 5-6), membicarakan kedatangan Elia yang kebenarannya diramalkan akan terjadi pada suatu waktu sebelum hari Kebangkitan dan tidak sebelum munculnya sang Utusan yang dibicarakan!

    Meskipun Kristus telah mengatakan bahwa Yohanes adalah Elia, namun umat tidak mengenalnya. Yang dimaksud oleh perkataan Yesus itu adalah bahwa dua orang itu sama dalam kehidupan asketisnya, ketaatan mereka pada Tuhan, keberanian mereka dalam memarahi dan menegur raja-raja dan pemimpin agama yang munafik.

    Saya tidak bisa terus membahas klaim gereja-gereja yang tidak beralasan ini mengenai Yohanes sebagai Utusan yang “menyiapkan jalan”. Namun, mesti saya tambahkan bahwa Pembaptis ini tidak membatalkan satu pun Hukum Musa, juga tidak sedikit pun memberikan tambahan padanya. Dan mengenai pembaptisan, itu adalah ma'muditha atau cara penyucian kaum Yahudi lama. Mandi atau penyucian tidak bisa dianggap sebagai sebagai sebuah “agama” atau “jalan” yang tempatnya telah digantikan oleh institusi Sakramen Pembaptisan yang terkenal dan misterius di Gereja!

  1. Jika saya mengatakan bahwa Yesus Kristus bukan yang dimaksud dalam nubuat Maleakhi, maka kelihatan bahwa saya sedang mengajukan suatu argumentum in absurdum , karena tidak seorang pun akan menentang atau mengajukan keberatan terhadap pernyataan saya.

    Gereja selalu meyakini bahwa “Utusan Jalan” itu adalah Yohanes Pembaptis, dan bukan Yesus. Namun, kaum Yahudi tidak mengakui keduanya. Tetapi karena orang yang diramalkan dalam nubuat itu adalah satu dan dia-dia juga, dan bukan dua, dengan sangat sungguh-sungguh saya menyatakan bahwa Yesus bukan, dan tidak mungkin, orang itu.

    Jika Yesus adalah seorang Tuhan, sebagaimana ia diyakini sekarang ini, maka ia tidak bisa dipekerjakan untuk menyiapkan jalan didepan wajah Yahweh Sabaot! Jika Yesus adalah Yahweh Sabaot yang membuat nubuat ini, lantas siapakah gerangan Yahweh Sabaot lain yang didepan wajahnya jalan akan dipersiapkan? Jika ia adalah seorang manusia biasa, terbuat dari daging dan darah, dan hamba Tuhan Rombongan Besar, maka klaim itu pun kandas. Karena Yesus sebagai manusia biasa dan nabi tidak mungkin menjadi pendiri Gereja Trinitas.

    Apa pun bentuk agama Kristen yang kita ambil, apalah Ortodoks, Katolik, Protestasn, Salvasionis, Quaker, atau salah satu sekte dari komunitas yang banyak sekali jumlahnya, tidak satu pun diantara mereka bisa menjadi “jalan” atau "agama" yang diindikasikan oleh Maleakhi. Dan Yesus adalah bukan pendiri atau orang yang menyiapkannya.

    Sepanjang kita menolak Keesaan Tuhan yang mutlak, maka kita dalam kesalahan, dan Yesus tidak bisa menjadi sahabat kita ataupun penolong kita.

  1. Orang yang diindikasikan dalam nubuat Maleakhi itu memiliki tiga kualifikasi yakni Massanger of Religion (Utusan Agama), Lord Commander (Panglima Tuhan), dan Messanger of the Convent (Utusan Biara). Ia juga digambarkan dan dibedakan oleh tiga syarat, yaitu "ia secara tiba-tiba datang ke Masjid atau Baitnya, ia dicari-cari dan diminta oleh manusia, dan sangat diinginkan dan dirindukan."

    Lantas, siapa gerangan manusia mulia ini, Dermawan Agung bagi umat manusia ini, dan Pemimpin gagah berani yang menjalankan tugas mulia di jalan Allah dan agama-Nya ini, selain Muhammad saw?

    Ia membawa ke dunia ini sebuah Kitab Suci yang tidak tertandingi, Al-Qur'an, agama Islam yang paling masuk akal, simpel, dan bermanfaat, dan telah menjadi sarana petunjuk dan perubahan berjuta-juta kaum penyembah berhala di seluruh belahan dunia, dan telah membawa mereka semua ke dalam satu Persaudaraan yang universal dan terpadu, yang merupakan "Kerajaan Allah" yang sejati dan resmi di muka bumi yang dikabarkan oleh Yesus dan Yohanes Pembaptis.

    Sia-sia dan kekanak-kanakan membandingkan Yesus atau Yohanes dengan Rasul Allah yang agung, sementara kita benar-benar mengetahui bahwa tidak satu pun dari kedua orang ini pernah berusaha mengubah keyakinan seorang pagan sekalipun atau berhasil mengajak kaum Yahudi untuk menerima misinya.




Footnotes
18. Semacam zakat, persepuluh atau penghasilan yang diberikan kepada gereja penerj
19. Lihat L.R., Januari, 1929, h.18.
20. Jalan lintasan yang ditinggikan melewati rawa-rawa dsb. --penerj.

























Ini adalah Blog Buku yang menyalin kembali buku karangan Mantan Pendeta Benjamin Keldani yang diterbitkan di Indonesia dengan judul "Menguak Misteri Muhammad SAW".

Sumber utama Blog ini adalah sebuah buku berjudul:

Menguak misteri Muhammad saw
-Pengarang : Benjamin Keldani
-266 hlm.;24 cm
-Diterjemahkan dari Muhammad in the Bible, karya Prof. David Benjamin Keldani (Abdul Ahad Dawud), terbitan Angkatan Nahdhatul-Islam Bersatu (BINA), Kuching, Sarawak, cetakan pertama, tahun 1398 H/1978
-Penerjemah: Burhan Wirasubrata, Penyunting: Tim Sahara
-Diterbitkan oleh PT. SAHARA Intisains
-Cetakan kesebelas: Jumadil Awwal 1427 H/ Mei 2006 M

Diambil oleh dengan Sumber     :     swaramuslim.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar